Chapter 10

1279 Kata
Selamat membaca 1 Minggu kemudian Hari ini adalah hari dimana Sena dan teman-temannya akan berlibur ke Bali. Pak Didi pelatih tim tidak bisa ikut berlibur karena istrinya sedang sakit. Saat ini mereka sudah tiba di hotel. "Girls! Gue mau istirahat dulu ya. Capek banget badan gue," ucap Dela sambil memegang lehernya yang pegal. "Gue juga mau bobok cantik ah," timpal Siska. "Ya udah, kita ke pantainya sore aja ya," tambah Indri. "Setuju! pemandangannya juga bagus kalau sore, nggak panas," ucap Reni. "Bilang aja Lo takut gosong," ledek Sena. Reni hanya cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tau aja Lo Sen." "Jadi jam lima sore kita udah ngumpul di sini ya girls!" ucap Kiki memperingatkan. "Okay!!!!" Teriak semua kompak. Akhirnya mereka masuk ke kamar mereka masing-masing. Jam masih menunjukkan pukul 14.00 siang. Sena benar-benar sangat bosan hanya menonton tv di dalam kamar. Karena tidak ada kegiatan apapun yang bisa ia lakukan, akhirnya Sena memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Sena berjalan sambil membaca n****+ favoritnya. Ia tidak tau jika di depannya itu ada seorang laki-laki berbadan tegap yang sedang menatapnya. "Aduhhh!" pekik Sena memegang jidatnya karena ia menabrak sesuatu. Sena tidak melihat benda apa yang di tabraknya itu. Ia masih tetap fokus membaca n****+ dan kembali berjalan dengan santai. Sena pikir ia menabrak tembok karena itu ia tidak mempedulikannya. Ia tidak sadar jika sudah menabrak seseorang. Tiba-tiba ada yang mencekal tangannya. "Apa kamu tidak pernah minta maaf jika menabrak seseorang?" Tanya orang itu datar. Sena seperti mengenal suara ini, ia pun menoleh. Ia terlonjak kaget. "Pak Kris! Ngapain disini?" Tanya Sena bingung. "Pak, Pak. Emang saya Bapak kamu?" Tanya Kris ketus. Sena memutar bola matanya malas. "Udah tua, nggak sadar-sadar!" ucap Sena tanpa dosa. Kris melotot tajam ke arah Sena. Ia heran kenapa Sena selalu menyebut dirinya tua? "Dasar bocah! Udah nabrak bukannya minta maaf malah ngatain." Giliran Sena yang memberikan tatapan membunuh kepada Kris. Bocah? Batin Sena tidak terima. "Ehh Pak tua! Siapa suruh berdiri di tengah jalan!" Balas Sena ketus. "Kamu___" "Stop! berisik!" potong Sena cepat dan menutup kupingnya. "Oh iya! Azka ku mana?" Tanya Sena santai dan melihat sekelilingnya mencari keberadaan Azka. Azka ku? Batin Kris. "Azka di rumah," ucap Kris datar. "Ya ampun! Anda kok tega sih meninggalkan Azka sendirian di rumah. Sedangkan Anda malah asik berlibur," ucap Sena sok tau. Kris membuang napas kasar. "Kamu pikir saya di sini bersenang-senang? Hah?! Saya juga kerja! Ada masalah di perusahaan cabang di sini yang membuat saya harus turun tangan. Jadi saya tidak bisa membawa Azka," jelas Kris ketus. "Santai bos, nggak usah ngegas," ucap Sena enteng. Kris menarik napas dalam-dalam untuk meredakan emosinya. Bicara dengan Sena hanya akan membuat dirinya cepat tua. "Tau gitu, Azka saya ajak berlibur aja di sini," ucap Sena polos. "Kamu pikir saya akan mengijinkan?" Tanya Kris datar. "Siapa yang butuh ijin Anda?" Tanya Sena balik. "Saya Ayahnya," ucap Kris mulai emosi. "Saya idolanya," ucap Sena sombong sambil menjulurkan lidahnya. Kris seperti merasakan sesuatu yang aneh saat melihat lidah Sena. Entah kenapa saat ini ia sangat ingin mencium bibir merah Sena. Ia sekuat tenaga menahan gairahnya. Bahkan keringat dingin sampai mengucur dari tubuhnya. "Udahlah, bicara sama kamu lama-lama saya bisa gila," ucap Kris datar dan langsung pergi meninggalkan Sena. Sena hanya menaikkan bahunya. Ia kembali ke kamarnya lagi karena sudah tidak mood untuk keluar jalan-jalan. ***** Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore. Mereka sudah berkumpul di tempat tadi sesuai kesepakatan. Mereka kompak memakai dress warna putih tanpa lengan yang sangat tipis hingga menampakkan b*a dan celana dalam yang mereka pakai. Kecuali Sena dan Kiki yang paling aneh dari yang lain. Sena lebih memilih memakai dress warna hitam. Sedangkan Kiki memakai dress warna ungu warna kesukaannya. Dua orang itu memang selalu berhasil membuat orang lain mengeleng-gelengkan kepalanya karena heran dengan tingkah absurd mereka. Saat mereka tiba di pantai. Pandangan orang-orang tidak bisa lepas dari mereka, terutama para laki-laki. Orang-orang menatap mereka dengan tatapan kagum. Teman-teman Sena hanya senyum-senyum malu saat para laki-laki mengedipkan mata ke arah mereka. Berbeda dengan Sena yang tidak peduli dan malah memasang wajah dingin yang membuatnya terlihat sangat berkharisma. Saat melihat pemandangan di pantai yang indah mereka terkagum-kagum dan mulai pergi sendiri-sendiri ke tempat yang mereka sukai. Apalagi Sena yang sudah heboh saat melihat sunset. Ia langsung mengambil ponsel yang ada di kantongnya untuk memotret pemandangan yang ada di depannya itu. Jangan kaget saat melihat tingkah Sena yang seperti ini, karena ia termasuk penggila selfie.  Saat Sena masih sibuk memotret. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya. "Udara sangat dingin, kenapa kamu malah memakai dress yang terbuka seperti itu?!" Tanyanya dingin dan memakaikan jaket ke tubuh Sena. Sebenarnya ia tidak suka karena banyak laki-laki yang menatapnya intens. Sena mendengus. "Terbuka gimana? Saya cuma pakai dress tanpa lengan. Lagian dress ini juga panjang dan nggak tipis." "Apa kamu nggak tau? Banyak laki-laki yang natap kamu kayak mau makan kamu!" ucapnya ketus. Sena menaikkan alisnya sebelah. Ia tidak peduli jika ada yang menatapnya, tapi kenapa pak tua ini yang terlihat sangat emosi? Ya, orang itu adalah Kris. Ia baru saja bertemu dengan rekan bisnisnya. Ia sudah sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menghampiri Sena. Tapi saat melihat tatapan laki-laki yang melihat Sena membuatnya emosi. Entah kenapa ia tidak rela Sena di lihat oleh siapapun. Saat Sena ingin berjalan, tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu, ia sama sekali tidak melihat jika ada benda di depan kakinya itu. Hampir saja ia terjatuh ke depan jika Kris tidak menangkapnya dengan cepat. Orang-orang yang tidak tau kejadian sebenarnya pasti akan salah paham saat melihat posisi mereka saat ini. Karena mereka terlihat seperti sedang melakukan s*x dengan posisi doggy style. Apa lagi tangan Kris yang erat memeluk pinggang Sena membuat orang-orang semakin berpikiran yang tidak-tidak dengan mereka berdua. Sena yang merasa tidak nyaman langsung melepas tangan Kris di pinggangnya. "Terima kasih," ucapnya canggung. Sena sudah berniat ingin pergi, tapi tiba-tiba tangannya di tarik Kris cepat. Sena membelalakkan matanya karena Kris menciumnya dan memegang pinggangnya erat. Ia meronta-ronta untuk melepaskan diri dari Kris, tapi tidak berhasil. Tenaganya tidak bisa menandingi tenaga Kris. Ia menepuk-nepuk pundak Kris agar Kris melepas ciumannya. Kris langsung tersadar. Ia refleks mendorong Sena sampai Sena terjatuh. Ia tidak tau kenapa tiba-tiba ia mencium Sena? Kris benar-benar hilang kendali. Ia tidak bisa mengontrol gairahnya saat wajahnya terlalu dekat dengan Sena. "Awwww!!! Teriak Sena kesakitan karena Kris mendorongnya kasar. "Maaf!" ucap Kris datar. Sebenarnya ia ingin menolong Sena. Ia merasa bersalah karena sudah mendorongnya kasar. Tapi karena Kris lebih mementingkan egonya yang terlalu tinggi, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menolong Sena. Sena menatap Kris tidak suka. "Ya ampun Sena! Kamu nggak apa-apa kan?!" Tanya seorang laki-laki yang datang tiba-tiba menghampirinya. "Kak Bara?! Kakak juga ada di Bali?!" "Iya, aku lagi ada acara di sini," jawab Bara lembut. "Kok Kiki nggak bilang ya?" "Mungkin dia lupa mau bilang ke kamu." Sena hanya manggut-manggut. Mereka memang sangat akrab karena Bara adalah kakaknya Kiki. "Kamu bisa berdiri? Aku gendong aja ya?" "Eh, nggak usah, Kak. Aku bisa jalan sendiri kok," ucap Sena berusaha berdiri. Tapi sebelum Sena berdiri Bara sudah mengangkat tubuh Sena duluan. Sena sudah ingin protes, tapi Bara memberinya isyarat untuk diam. "Sssttttt," ucap Bara agar Sena tidak protes. Sena mendengus. Kakak temannya ini memang sangat keras kepala. Sedangkan Kris sudah mengepalkan tangannya erat. Ingin sekali ia memukul laki-laki yang berani menyentuh Sena itu. "Stop!!!" ucap Kris tegas. Bara berhenti berjalan dan menoleh ke arah Kris. "Saya yang akan menggendongnya," ucap Kris dingin. "Nggak! Aku nggak mau!" Tolak Sena. Ia masih kesal dengan Kris yang tidak menolongnya tadi. "Anda dengar sendiri kan? Sena tidak mau. Jadi jangan mencoba untuk memaksanya!" ucap Bara dingin. Setelah mengatakan itu Bara langsung pergi meninggalkan Kris yang terdiam dengan rahang yang sudah mengeras. TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN