Selamat membaca Saat terbangun dari tidurnya, Surya menatap kosong ke arah pintu. Ia tersenyum kecut. Ternyata putri kecilnya benar-benar tidak ingin menemuinya lagi. Semalam Surya sangat kelelahan, karena itu ia tertidur di sofa. Walaupun ia sudah berusaha keras untuk menahan kantuk, tapi tetap saja tubuhnya tidak sanggup untuk berjaga lebih lama lagi. Apakah putrinya itu sangat membenci dirinya? Kenapa Sena tidak datang memberikan ucapan selamat kepadanya? Mata Surya mulai memanas. Ia menangis bukan karena Sena tidak datang. Tapi ia memikirkan perasaan Sena saat ia mencampakkannya dulu. Hati Surya berdesir perih. "Apa ini yang kamu rasakan selama ini, Nak?" lirihnya. Surya memandangi foto anak kecil yang sedang ia pegang. "Bodohnya Ayah yang tidak pernah mengerti perasaa