BAGIAN DUA BELAS

1023 Kata
            Sudah satu minggu lama nya Bima dan Alma saling tidak bertemu satu sama lain, Bima sibuk dengan pekerjaannya serta sibuk menenangkan dirinya karena bertemu dengan Kirana, sementara Alma sibuk dengan pekerjaan dan juga adik nya. Selama satu minggu terakhir, Alma dan juga Bima sangat jarang bertukar pesan satu sama lain, biasanya sebelum tidur Bima selalu mengirim pesan kepada Alma, entah hanya sekedar bertanya bagaimana hari mereka, atau mengucapkan selamat tidur.             Satu minggu terakhir Bima terlihat sangat berbeda, Bima seakan-akan kembali seperti dulu, seperti Bima yang pertama kali Alma kenal. Bima terdengar dingin saat di telepon, tidak ada pesan singkat dari Bima ataupun semua yang biasanya Bima lakukan kepada Alma. Alma juga sedikit bingung dengan perubahan sikap Bima yang secara tiba-tiba. Alma beberapa kali mengajak Bima untuk bertemu namun Bima selalu menolak, dengan alasan ia sibuk.             Ponsel Alma tiba-tiba berdering ketika ia baru saja tiba di rumah setelah seharian penuh bekerja. Alma pikir yang meneleponnya adalah Bima, namun ternyata bukan, yang meneleponnya malah Violet, kakak pertama Bima.             “Halo, iya mbak kenapa?” Ucap Alma sembari memlaui percakapan mereka via sambungan telepon.             “Dek, kamu bisa ke rumah gak sekarang? Berkas mbak ada yang ketinggalan di kamar. Orang rumah gak ada yang bisa di hubungi. Bisa gak kira-kira?”  Viola terdengar begitu panik.             “Iya bisa mbak. Sekarang aku kesana ya. Berkas apa ya mba? Ngambilnya di mana?” Tanya Alma.             “Itu Ijazah mbak, tolong di scan aja ya sekalian, soft file nya kirim via email sebelum subuh, bisa kan Al? kamu ambil di kamar mbak aja, lantai dua, kamar pertama sebelah kiri setelah tangga.”  Ucap Viola. Alma mengangguk kemudian sesegera mungkin, ia berangkat ke rumah calon kakak iparnya tersebut dengan harap dalam hati bahwa ia bisa bertemu dengan Bima malam itu.             Sesampainya di sana, memang tidak ada orang sama sekali, pembantu mereka pun sama sekali tidak terlihat. Untung saja sidik jari Alma trdaftar pada kunci rumah, sehingga Alma bisa dengan mudahnya masuk ke dalam rumah itu. buru-buru Alma naik ke atas, sesuai dengan arahan yang di berikan oleh Viola. Namun hal aneh yang Alma dapatkan ketika ia baru saja menyalakan lampu kamar tersebut.             “Mas Bima… sama siapa? Kok ga asing-?” Ucap Alma kepada dirinya sendiri. Rasanya sakit sekali ketika melihat foto calon suaminya bersama wanita lain, Alma tidak tahu siapa wanita itu, namun rasa penasarannya mengalahkan rasa sakit yang saat ini sedang ia rasakan. Alma berjalan menyusuri kamar yang luas nya bisa tiga kali luas kamarnya tersebut, menatap satu per satu foto yang terpajang di dinding kamar, dan juga yang terpajang di meja kamar itu. wanita yang sepertinya tidak asing untuk Alma, namun… Alma masih belum bisa mengingat siapa wanita itu.             Semakin jauh Alma melangkah, semakin sakit pula yang ia rasakan. Terlihat jelas di foto tersebut, bahwa Bima tampak sangat berbeda dengan Bima yang biasanya ia lihat. Nampak jelas di foto itu bahwa Bima terlihat sangat bahagia, semakin jauh Alma melangkah, maka ia juga semakin penasaran akan siapa wanita itu. tibalah ia di depan sebuah nakas samping tempat tidur di kamar itu, terdapat satu foto yang ketika Alma balik, terdapat suatu nama yang sukses membuat Alma kaget.             “Anjani Kirana Dev- loh?! MBA DESAINER?!” Alma kaget setengah mati ketika ia mendapati foto calon suaminya bersama seseorang yang baru saja ia temui satu minggu yang lalu, seorang wanita yang ia percaya untuk merancang gaun pengantinnya.                                                                                                                       “Gak- gue salah liat. Ini bukan Mba Anjani. enggak, namanya Cuma sama, muka nya Cuma mirip. Engga. Gue yang salah.” Ucap Alma sembari meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang ia lihat adalah orang yang berbeda.             “Tapi siapa perempuan ini? Ada apa sampai foto nya masih di pajang di kamar Mas Bima? Aneh, apa Mas Bima masih ada hubungan dengan wanita lain? Terus untuk apa dia minta aku buat jadi istrinya?” Ada banyak sekali pertanyaan yang terus berputar di kepala Alma. namun Bima masih belum bisa ia hubungi. Ponsel pria itu mati, tidak ada orang di rumah itu. Alma jadi semakin bingung di buatnya.             Malam semakin larut, tanpa pikir panjang Alma langsung pulang ke rumah nya, ia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, dari awal ia sudah menolak untuk menikah dengan Bima, namun insiden di hotel sialan itu membuat Alma harus mengikuti alur yang diinginkan oleh tante Famy. Beruntungnya, Alma bisa melihat foto-foto di kamar tadi, setidaknya ia tahu bahwa hati Bima masih menjadi milik seseorang.             Sudah jelas bahwa Alma tidak akan mau menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya apalagi masih memiliki hubungan dengan wanita lain. Tanpa pikir panjang Alma langsung mengirim pesan kepada Bima bahwa ia tidak akan mau lagi melanjutkan rencana pernikahan itu jika benar bahwa Bima masih memiliki hubungan dengan wanita lain. TO : MAS BIMA           Ayo bicara, besok siang, aku tunggu di kafetaria kantor.             Tidak peduli pesannya akan di balas atau tidak yang jelas, besok mereka harus bertemu. Malam itu pikiran Alma sangat kacau, membayangkan pernikahannya batal membuatnya jadi muak sendiri. Membayangkan wajah kecewa bude nya saja membuat Alma merasa sakit sendiri.  Alma bahkan sampai kesulitan tidur karena terlalu memikirkan Bima, ia bahkan mengutuk diri nya sendiri karena telah terjebak dengan permainan keluarga pria itu. Alma pikir, Bima adalah orang baik, Bima adalah orang yang jujur. Tapi ketika melihat foto-foto tadi, hati Alma terasa sakit.             “Lo… suka sama dia Al?” Tanya Alma kepada dirinya sendiri. Alma menelan ludah nya yang bahkan terasa pahit. Sudah jam tiga dini hari, ia bahkan tidak mendapat balasan pesan dari Bima. Sialnya, Alma bahkan tidak bisa memejamkan matanya hingga pagi datang.             Hari itu, Alma sama sekali tidak merasa tenang, bayangan-bayang foto demi foto yang ia lihat di salah satu kamar di rumah pria yang berstatus sebagai calon suaminya itu membuatnya merasa muak sendiri. Alma bahkan sampai tidak bisa fokus bekerja karena kepikiran dengan hal bodoh itu. Baru saja Alma berdiri, ketika ia ingin berjalan menuju ruang rapat bersama boss nya. Ponselnya tiba-tiba berdering, menampilkan nama Bima di sana. Buru-buru Alma menggeser tombol merah di ponselnya, agar tidak mendapat omelan dari boss nya. Padahal dalam hati Alma ingin sekali berbicara dengan Bima, ya setidaknya sebentar. Hanya lima menit, hanya untuk sekedar meluruskan apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN