“Dia melakukannya,” kata Avalon lirih.
Di angkasa, dia melihat cahaya keperakan keluar dari jendela apartemen Jorgi dan menghilang.
Sheeva yang mendengar langsung menengadah, namun cahaya itu sudah menghilang.
“Apa yang Tuan llihat?” tanya Sheeva penasaran.
“Bukan apa-apa. Mm, apa kamu lelah Sheeva? Ingin kembali ke apartemen?” tawar Avalon.
“Apa mereka sudah selesai?” tanya Jorgi sinis. “Mau ciuman saja kita harus pergi. Kalau cuma ciuman aku sudah biasa melakukannya di film yang kubintangi. Apa lagi melihat orang ciuman, bukan hal yang aneh.”
Avalon sudah menduga kalau hal ini akan terjadi makanya dia mengajak Sheeva dan Jorgi menyingkir. Tapi tak mungkin mengatakan itu pada mereka berdua. Bakalan membuat malu Satya dan Minami. Lagipula, Avalon ingin apa yang terjadi antara Minami dan Satya berjalan secara natural, bukan karena dia yang menyarankan.
“Jangan bawel. Aku tau gimana matamu kalau sedang menatap Minami!” kata Avalon ketus.
“Eh, emang gimana? Ada yang aneh sama mataku? Minami itu cantik, lebih menarik dari model yang sering kerja sama aku. Wajar kalau aku tertarik. Itu artinya aku laki-laki normal. Kamu sendiri gimana? Kamu nggak tertarik pada Minami?”
Avalon mendengkus. “Kalau kamu tau gimana buruknya Minami, aku nggak yakin kamu bakalan tetap tertarik sama dia.”
“Seburuk apa?”
“Paling buruk pokoknya!” bentak Avalon.
Malas sekali dia kalau harus menceritakan bagaimana perlakuan Minami padanya dulu. Penyihir m***m itu sering memukulinya dan bilang itu bagus untuk fisik Avalon supaya lebih kuat. Minami bahkan sering memanggilnya cengeng.
Avalon bukan cengeng, tapi dia nggak bisa membalas memukul karena Minami perempuan. Jadinya dia cuma menerima pukulan Minami dan kadang-kadang meringis sampai mengeluarkan air mata kalau sudah nggak tahan sama sakitnya.
Mungkin betul juga. Karena gara-gara perlakukan penyihir wanita itu, badan Avalon sekarang lebih kebas dari hantaman bogem lawan.
“Jorgi! Kamu bantu Sheeva ke atas!” perintah Avalon sambil berjalan duluan menuju apartemen.
Menurut perkiraannya, Satya dan Minami sekarang sudah berpakaian.
***
“Ini yang pertama untuk Minami, Tuan Satya. Sebelumnya, Minami hanya tau dari cerita penyihir yang lebih tua saja. Bahwa berhubungan intim bisa menyelamatkan jiwa kami dan memperkuat tenaga kami. Ketika berhubungan, dua jiwa saling menyembuhkan satu sama lain dan ada kalanya membentuk kekuatan baru. Tapi Tuan Satya bukan penyihir jadi nggak akan memberi kemampuan baru pada Minami. Tapi Tuan Satya manusia dewasa dengan feromon yang berlimpah, Minami senang melakukannya dengan Tuan!” Penyihir cantik itu tersipu malu. Membuat Satya juga jadi malu.
“Cepat berpakaian. Avalon dan yang lainnya bisa tiba sewaktu-waktu.” Satya membantu Minami berpakaian setelah dia mengenakan pakaiannya sendiri.
“Tadi Tuan nanya apa? Apa kita bisa melakukannya lagi? Mmm, apa Tuan suka melakukan dengan Minami?” tanya Minami polos.
Muka Satya memerah. Ini juga hal baru baginya dan rasanya menyenangkan sekali. Bohong kalau Satya bilang nggak ingin mengulanginya lagi.
Dia pernah menonton hal begini dari film yang dia sewa atau potongan-potongan film pendek di layar ponselnya. Sesekali dia juga bermain sendiri untuk membuang suntuk. Sekarang dia bisa mempraktekan semua teorinya, siapa yang nggak senang?
“Sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Aku malu. Sekarang, ayo kita makan supaya kamu segera pulih dan kita pulang ke rumah.”
“Ah, senangnya! Kita pulang ke rumah kita. Minami merasa jadi pengantinnya Tuan Satya!”
Uhuks!
Satya jadi terbatuk mendengarnya. Kalau saja hidupnya lebih mapan, dia mau saja menjadikan Minami sebagai pengantinnya. Sayang, kerja saja dia baru beberapa hari. Hidupnya masih jauh dari mapan.
“Mmm, baguslak kalian sudah selesai!” kata Avalon kasar ketika masuk ke apartemen Jorgi dan mendapati Satya dan Minami sedang duduk di meja makan sambil menyantap hidangan.
“Pangeran Avalon! Anda melihatnya?”
Avalon mendengkus. “Penyihir kalau bercina selalu meninggalkan jejak. Gimana aku nggak tau!”
“Ap-apa? Be-bercinta? Apa maksud perkataanmu itu?!” teriak Jorgi yang baru saja masuk dengan memapah Sheeva.
“Tuan Sheeva! Tuan Sheeva kenapa? Apa yang terjadi pada Tuan Sheeva? “ seru Minami ribut ketika dilihatnya Sheeva yang kesakitan dibaringkan Jorgi di sofa bekas terjadinya pergumulan Minami dengan Satya.
“Aku ti-dak apa-apa Minami. Hanya butuh istirahat,” kata Sheeva lemah ketika Minami bersimpuh di sisi sofa dan memegang tangan Sheeva.
“Tapi Tuan sepertinya kesakitan sekali. Apa lawan kalian begitu kuat? Dan bagaimana hasilnya? Kalian bisa membujuk dia untuk bersekutu dengan kita?”
“Pertanyaanmu banyak sekali Minami. Sedangkan pertanyaanku saja belum ada yang mau menjawab.”
“Apa pertanyaan Tuan Jorgi?”
“Kamu bercinta sama Satya? Apa maksudnya itu kalian berhubungan badan atau apa? Bukannya kamu lagi sakit ya?” cecar Jorgi. Lelaki itu melirik sekilas pada Satya yang duduk di meja makan. Satya kelihatan kikuk. Jorgi yakin memang terjadi sesuatu di apartemennya.
Apalagi dilihatnya Minami juga tertunduk dengan muka kemerahan.
“Astaga! kalian sungguhan melakukan perbuatan m***m di apartemenku?!” teriak Jorgi nggak terima. “Pantas kamu menyuruhku menyingkir! Dasar pangeran sialan!” teriak Jorgi sambil mendekati Avalon dan berusaha memukulnya.
“Hei!” kata Avalon berkelit. Membuat pukulan Jorgi hanya mengenai udara kosong. “Kenapa kamu begitu marah? Mereka melakukannya hanya untuk penyembuhan!”
“Penyembuhan macam apa dengan bercinta? Mereka enak-enakan di atas dan aku memfasilitasinya dengan memberi mereka ruang dan waktu? Astaga! Kotor sekali apartemen aku sekarang!” keluh Jorgi.
“Kotor apanya? Kami bahkan nggak meninggalkan noda,” bela Satya. “Seperti yang dibilang Avalon, itu untuk penyembuhan!”
“Enak sekali penyembuhannya begituan!” ejek Jorgi sinis.
“Kamu pikir kami bisa melakukan seenaknya dengan alibi penyembuhan? Oh, ya aku tau sekali isi kepalamu!” kata Avalon ketika melihat Jorgi membuka mulut hendak protes.
“Seperti kubilang, penyihir kalau melakukan itu meninggalkan jejak. Jadi kami sangat berhati-hati untuk tidak melakukannya karena malu kalau ketahuan orang.”
“Semua orang pasti meninggalkan jejak setelah ena ena,” kata Jorgi sinis.
“Ada cahaya keperakan yang keluar dari tubuh kami ketika sampai puncak. Dan cahaya itu akan melesat ke angkasa lalu terbakar di matahari. Kamu pikir saja setiap kali melakukan ada cahaya berputar di rumahmu dan bisa dilihat orang lain. Apa kamu pikir nyaman membayangkannya?”
Jorgi terdiam. Iya juga. Mana enak lagi w*****k tapi diketahui orang banyak.
“Kalian nggak ada yang mau menjelaskan pada Minami apa yang terjadi?” tanya Minami sambil memandang sedih pada Sheeva.
Avalon menghela napas panjang. “Kalau si buruk ini nggak melakukan sesuatu dengan sistem suaranya, mungkin kami kembali hanya tinggal seonggok daging,” kata Avalon lemah dan menjatukan diri di sofa.
“Kalian gagal?” tanya Minami kecewa.
“Kita cuma butuh strategi yang lebih baik Minami. Marylin penyihir sehat dengan kemampuan sempurna. Dia jauh lebih kuat dari kita semua. Di dunia ini kemampuannya bahkan berkembang semakin baik.”
“Marylin, Marylin. Kenapa namanya terdengar sangat familiar?” tanya Minami pada diri sendiri.
Avalon mendesah. “Tentu saja kamu kenal dia. Karena dia salah satu teman bermainmu di hutan. Penyihir sendirian yang dikucilkan.”
Minami berseru girang. “Ahhh! Marylin yang itu? Yang bisa berubah cantik dan ganteng? Minami suka Marylin! Minami sayang Marylin! Minami mau ketemu Marylin!”
“Hhh, memang kamu sukanya temenan sama makhluk-makhluk aneh!”
“Termasuk Pangeran, kan? Pangeran juga temannya Minami, kan?” tanyanya riang.
Semua yang ada di ruangan itu tergelak kecuali Avalon yang bermuka masam. Kalau semua teman Minami aneh, berarti Avalon juga aneh kan?