bc

Diary Sang Janda

book_age12+
15
IKUTI
1K
BACA
possessive
confident
drama
bxg
naive
like
intro-logo
Uraian

Apa yang salah dengan takdir sebagai janda?

Toh, bukan aku yang mau bernasib demikian adanya.

Kalau saja kupunya suami bisa jaga mata.

Sampai kini, aku akan kau kenal sebagai wanita paling setia.

***

Ningsih, adalah seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMP Negeri di Kota Mataram, Lombok. Ia adalah guru yang berdedikasi. Hidupnya terasa lengkap karena memiliki suami yang perhatian, dua anak perempuan yang menggemaskan, juga karir kerja yang memuaskan.

Suatu hari, ia memutuskan mengajak salah seorang siswinya yang sudah piatu-tak memiliki ibu-untuk tinggal bersamanya sekalian membantunya mengurus rumah. Namun, niat baiknya rupanya berakhir justru sebagai petaka dalam rumah tangga. bBagaimana tidak? Setelah bertahun-tahun tinggal bersama, siswi yang ia sudah anggap seperti anak angkatnya justru menikam dari belakang. Bak peribahasa yang selalu ia ajarkan pada siswa, "air s**u dibalas air tuba". Ia memergoki suaminya, Yudis dan Ranti, Siswanya tegah berpelukan di rumahnya. Betapa hancur hatinya melihat kenyataan itu.

Ia dilanda simalakama. Satu sisi ia harus menjaga nama baiknya juga kesan baik rumah tangganya, sebab baru saja diangkat menjadi kepala sekolah. Tapi disisi lain, sakit hatinya karena pengkhianatan suami membuatnya ingin menggugat cerai.

Bagaimanakah Nining menentukan sikap?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
27 Januari 2021 Bila dulu peribahasa "s**u dibalas air tuba" hanya kujadikan materi saat menjelaskan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas, agaknya kini justru terjadi pada hidupku sendiri. s**u manis yang kuberi, dibalas tuba pahit yang kuterima. Adalah Ranti, seorang siswaku kelas 3 SMP, saat kutanya "apa hobimu?", dengan malu ia menjawab "beres-beres rumah, Bu Guru" Kebetulan sekali, waktu itu aku sedang kewalahan mengurus rumah karena pembantu yang mengundurkan diri. Terlebih, aku memang tipikal perempuan yang sangat suka kerapian. Dua anakku, kendati perempuan, sungguh sangat aktif di usia balita. Rumah rapi sangat jarang bertahan lama. Ranti yang piatu, kuajak tinggal bersama. Pulang sekolah, ia bisa membantuku mengurus rumah, pikirku kala itu. Sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, semua berjalan lancar tanpa kendala. Ranti tumbuh di rumahku sebagai gadis baik nan cantik. Sementara aku, semakin hari semakin sibuk. Karirku menanjak. Di usia menjelang empat puluh, aku telah menjabat kepala sekolah, persis saat anak ketiga terlahir. Kak Yudis, suamiku meminta memasang KB. Efeknya sangat mengganggu. Timbangan badan semakin ke kanan dan flek hitam di wajah mulai bermunculan. Kendati berkali ganti jenis KB, tubuhku tak kunjung kembali ke kondisi semula. Lama-lama aku mulai tak peduli. Karena kupikir, selama Kak Yudis tak protes, berarti itu bukan masalah berarti. Sialnya, kondisi tenang dan damai dalam rumah tanggaku, seperti puncak gunung es di tengah lautan. Ada bagian besar dan tersembunyi yang sangat telat kusadari. Seperti kisah kapal "Titanic" yang melegenda, rumah tanggaku hancur karena sebab yang tak pernah aku sangka . "Oh, begini ya perilaku kalian kalau aku sedang tidak ada," suaraku bergetar. Pot keramik yang kujinjing di tangan kanan rasanya ingin kulempar pada dua makhluk tidak tahu diri di depanku. Kak Yudis yang awalnya dalam posisi memeluk Ranti dari belakang sontak menoleh. Matanya membeliak tak percaya. Barangkali pikirnya, tadi pagi aku berpamitan padanya berangkat sekolah sekaligus mengantar anak-anak, dan kini justru telah kembali ke rumah dan memergokinya sedang beradegan gila. Ranti sendiri, terlihat menunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas. Sungguh gadis malang nan tak tahu diri. "Ning, biar kujelaskan dulu ...." ucap Kak Yudis. Ia perlahan berjalan menghampiriku, dengan kedua tangan terbuka seperti hendak meraih bahuku. Aku menepis kasar tangannya yang merapat ke bahuku, "Tak perlu jelaskan apapun, aku melihat kalian berdua sudah gila!" seruku. Air mata memburai di pipi, kuusap kasar dengan tangan kiri. "Ning ... dengar dulu ...." Kak Yudis masih terlihat tak menyerah untuk mengajakku bicara baik-baik. "Selama ini, aku selalu mengabaikan cerita Namira tentang kalian yang sering berduaan. Kupikir, itu hanya cerita rekaannya. Keyakinanku tentang rumah tangga kita yang baik-baik saja membuatku lupa, bahwa Namira terlalu kecil untuk berkata dusta. Tega kamu, Kak. Tega kamu membiarkan anak sekecil Namira melihat ayahnya bermesraan dengan perempuan selain ibunya!" ucapku dengan isak yang semakin memilukan. Di belakang tubuh Kak Yudis yang semakin berusaha merapat, kulihat Ranti duduk menggelosor. Bisikan setan di telinga membuatku tiba-tiba melempar pot keramik di tangan kananku ke arahnya. Sontak ia terpekik. Kak Yudis pun spontan menoleh dan berbalik menghampiri gadis itu. Memastikan bahwa pot keramik yang hancur berkeping di dekatnya tak mengenai tubuh yang terduduk dan menunduk. Sungguh, pemandangan yang membuatku semakin terluka. Next?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

LOVE ME

read
773.4K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

Bermain Panas dengan Bosku

read
1.2M
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
839.1K
bc

MOVE ON

read
96.7K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook