Ada begitu banyak sorotan mata yang tidak suka dari kejauhan melihat kebersamaan Maria dengan pria yang terlihat cukup tampan namun belum mereka kenali satu sama lain.
"Siapa pria yang sedang bersama Maria itu?" tanya seorang gadis kepada Dede.
"Aku juga tidak tahu! Namun itu akan jauh lebih baik untuk kita memprovokasi Maria dengan kekasihnya yang masih berada di sekolah lama hehehe," jawab Dede tersenyum dengan liciknya.
Meski Ia pun tidak suka melihat Maria bersama pria yang tampan dan juga terlihat sangat menawan, namun akan jauh lebih menyenangkan ketika melihat Maria dicampakkan oleh kekasihnya Nana.
"Aku akan membalaskan segala sesuatunya yang pernah kamu lakukan kepadaku! Aku dulu bahkan setiap saat," batin Dede.
Mereka memperhatikan Maria yang bersama Lafi terlihat sangat romantis ketika seorang pria memberikan payung berdiri di samping kekasihnya yang Bahkan terik matahari tidak boleh menyentuh tubuh sang kekasih.
"Aku seperti melihat gadis Cinderella yang dicintai oleh pangerannya. Bahkan terik matahari pun tidak boleh menyentuh tubuh kekasihnya itu," ucap seorang gadis mengagumi, apa yang sedang ia lihat saat ini.
Dengan Maria yang diberi payung oleh seorang pria yang sangat tampan dan bahkan mereka pun masih belum tahu tentang siapa pria yang saat ini berada tepat berdiri berdua saja bersama Maria di tengah sekolahan menghadap tiang bendera.
"Eeh, kamu tahu tidak jika Maria punya pacar?" tanya Ani.
"Kenapa memangnya?" tanya Dede.
"Aku tahunya tuh si Maria punya pacar sama Nana tapi kenapa dia sama cowok lagi ya?" jawab Ani.
"Hmmm, gadis jelek itu mana mungkin Nana jadi pacarnya," balas Dede sinis.
"Tapi aku sempat dengar Maria iru pacarnya Nana tahu," ucap Ani.
"Heh, kalo beneran kan bagus juga buat aku balas dendam," ucap Dede tersenyum licik.
Dede dan teman-temannya berbicara dan berbincang membicarakan tentang Maria yang saat ini sedang berdiri dengan seorang pria yang tidak dikenal kini bahkan tampak sangat mesra hingga pada akhirnya, Dede memotret momen mereka berdua dan setelah mendapatkan hasilnya dia tersenyum licik ketika melihat hasil fotonya yang sangat memuaskan dirinya.
"Ini bahkan jauh lebih baik, dan akurat akan sangat memuaskan ketika, Nana tahu ini," ucap Dede tersenyum.
Setelah mengirimkan pesan kepada Nana, Dede kini terlihat sangat bahagia dan penuh kepuasan saat sesuatu yang akan terjadi di kepada Maria ketika mereka bertemu satu sama lain dengan Nana. Kini dia hanya sedang duduk saja Meski sebenarnya guru fisika.
Saat ini sudah pergi namun tidak ada diantara mereka yang mengusulkan agar Maria segera untuk mengikuti kelas mereka justru sangat suka ketika melihat gadis itu terkena hukuman setiap kalinya.
Maria memang sangat sering dihukum hanya karena kesiangan atau saat ia sedang ketahuan tertidur di dalam kelasnya. Namun itu tidak menyurutkan semangat Maria dalam belajar ataupun mengurangi kecerdasannya, meski ia selalu kesiangan dan mendapatkan hukuman dari gurunya.
Maria memang seorang gadis yang cukup pintar dalam hal belajar, meskipun waktu dan tubuhnya tidak sesuai dengan apa yang semestinya. Saat Maria mencoba untuk hidup jauh lebih baik lagi, ia malah merasa terbebani. Namun saat ia mencoba untuk menjalani kehidupan dengan apa adanya. Bahkan mengalir seperti air sungai yang mengalir ke dalam laut. Maria kini tumbuh hingga sekolah SMA nya tanpa harus menjaga image dirinya, yang hanya seorang anak petani dan juga tidak menonjol dalam setiap hal
"Kenapa kamu malah ikut berdiri di samping aku?" tanya Maria mengerutkan dahinya melihat ke arah Lafi.
"Karena aku mau," jawab Lafi.
"Kamu kok aneh sekali sih?Aku heran bukannya orang-orang itu sangat tidak mau ya jika harus berdiri menghadapi tiang bendera sambil menghormat?" tanya Maria.
"Memang apa salahnya, jika kita memberi hormat atau mengagumi bendera negara kita! Atau kamu mau aku melakukannya juga?" jawab lafi.
"Sepertinya kamu memang sedang gila atau Kamu memang tidak pernah terkena terik matahari sama sekali?" balas Maria.
"Lalu bagaimana ini, jika kamu melarang aku untuk ikut memberi hormat kepada tiang bendera ini, bersama denganmu," tanya Lafi tersenyum menatap Maria.
Meski sama-sama berdiri di depan tiang bendera namun lain dengan Maria, Lafi hanya berdiri untuk memberi payung kepada gadis yang saat ini, dia tidak pernah tertarik pada wanita manapun. Tapi gadis yang ada di hadapannya ini membuatnya tertarik.
Namun untuk kali ini, Lafi begitu sangat menyukai hal seperti memandangi seorang gadis, seperti yang sedang dilakukan saat ini, meski gadis yang ada di hadapannya itu tidak menanggapinya. Bahkan tampak terlihat acuh kepada dirinya, ia justru menyukai sikap Gadis itu yang bahkan mengacuhkan dirinya, lain dari gadis-gadis lainnya yang selalu mencari perhatian kepada dirinya.
"Apa kamu kelelahan?" tanya lafi kepada Maria.
Tapi Maria menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan pria yang sedari tadi berbicara terus kepada dirinya. Meski Maria mengacuhkannya pemuda itu akan selalu berbicara tanpa henti kepada Maria.
"Apa kamu mau minum atau kamu belum makan?" tanya Lafi kembali.
Meski tidak ada jawaban dari Maria, Lafi tidak pernah kenal lelah untuk bertanya atau berbicara kepada gadis yang ada di hadapannya itu. Yang kini terdiam dengan tangan diatas kepalanya memberi hormat kepada ada tiang bendera yang ada di hadapan mereka berdua.
Lafi tersenyum memandang dan melihat keseriusan gadis yang ada di hadapannya itu bahkan jarak diantara mereka itu sangat dekat mengingat mereka berdua. Kini sedang berdiri di tengah sekolahan dengan payung di tangan Lafi persamaan dengan Maria. Maria tidak ingin menanggapi pria yang ada di sampingnya itu, hanya dia sudah merasa lelah dan juga matahari yang terik menerpa ke tubuhnya dan juga kulitnya yang cukup putih mulus itu.
Maria melihat ke setiap kulitnya dan terasa perih, namun pada saat ini Maria tersenyum bahagia, ketika dirinya tidak merasakan trik matahari lagi mengingat ada seorang pria yang bahkan baru saja ia kenali.
Saat ini juga sedang berdiri di sampingnya memberinya payung, bahkan ikut berdiri bersama dirinya titik meski Maria sangat penasaran dengan apa yang dilakukan pemuda itu disampingnya. Dia sangat lelah untuk berbicara ataupun berdebat dengan orang lain melihat dirinya, justru malah mengantuk ketika menjalani hukuman kali ini semalam Maria memang kurang tidur, mengingat dirinya banyak sekali tugas sekolah yang harus ia kerjakan hingga larut malam tiba, ia baru tertidur dengan buku berada di dekatnya.
"Apa kamu tidak lelah berdiri selama 1 jam seperti ini ini?" Lafi selalu bertanya dengan senyum tipisnya.
"Aku sudah lebih sering mendapatkan hukuman lebih dari ini malah," jawab Maria.
"Maksud kamu apa? Kamu sering dihukum seperti ini? Kenapa seperti itu? Aku tidak suka jika kamu sering dihukum! Sayang kulit kamu yang mulus putih ini harus terkena terik matahari yang sangat kencang seperti saat ini," ucap Lafi.
Maria tertegun, bahkan ia mengerutkan dahinya melihat ke arah pria yang sedari tadi berbicara panjang lebar kepada dirinya, meski Maria tahu jika pria yang ada di hadapannya itu bukanlah seorang pria atau siswa yang memang berasal dari sekolahnya.
"Kamu anak pindahan baru?" tanya Maria.
Maria mulai penasaran akan pria yang ada di hadapannya itu, mengingat dirinya memang tidak pernah bertemu dengan di Lafi. Lafi mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan atau pertanyaan Maria sama sekali, ia malah asyik tersenyum memandangi seorang gadis yang ada di hadapannya itu.
"Aku berasal dari kota c dan aku baru saja pindah hari ini juga," balas Lafi.
"Bukankah itu sekolahan elit? Kenapa kamu malah memilih keluar dan bergabung dengan sekolah yang standarnya jauh lebih rendah dari sekolah elit," tanya Maria.
"Kenapa, Aku tidak pernah merasa ingin sekolah di sekolahan elit seperti yang kamu ucapkan itu. Namun aku akan suka ketika aku memang sudah nyaman di kota ini. Aku kan baru masuk hari ini juga," balas Lafi.
Maria mengangguk, ia memahami apa yang dikatakan oleh Lafi. Meski ia merasa sedikit risih ketika diikuti oleh pria yang bahkan baru saja mereka berkenalan.
"Apa kamu beneran tidak kelelahan seperti ini," tanya Lafi dengan lantangnya.
"Sudahlah, sudah berapa kali kamu bertanya seperti itu padaku? Jawabanku tetap sama. Lebih baik kamu pergi sana!" jawab Maria.
Lafi terdiam dan ia tersenyum menanggapi ucapan Maria yang terbilang acuh dan malas pada dirinya.
Ia justru tersenyum melihat Maria yang sangat acuh padanya apalagi gadis yang ada di hadapannya itu terlihat manis ketika ia mencoba untuk lebih dekat dengan dirinya.
Maria terdiam dan tetap memberi hotrmat dengan hukumannya yang masih berlaku beberapa menit lagi. Ia membiarkan Lafi melakukan apapun yang ia mau. Meski Maria sudah protes dan mengusirnya namun tidak menyurutkan Lafi, yang masih saja berdiri dan memperhatikan Maria tanpa melepas payung yang kini berada tepat di antara keduanya.
Terlihat sangat romantis jika kita melihat dari kejauhan antara keduanya. Meski sebenarnya Maria dan Lafi hanya berdiam saja. Namun sangat romantis bagi siapapun yang melihat keduanya.
Maria masih dengan tatapan tajamnya tidak mengerti apa yang dilakukan pria yang saat ini berada di samping yaitu. Iya menatap lekat wajah lapi yang masih tersenyum tipis melihat kearah Maria mereka bersitatap dengan pemikiran keduanya satu sama lain.
Maria merasa heran akan apa yang dilakukan pria yang baru saja ya karena tadi pagi itu hingga ia mengerutkan dahinya berharap ada jawaban dari pria yang saat ini ada di hadapannya itu.
Lain dengan Lafi yang masih asyik menatap gadis yang ada dihadapannya saat ini memandangnya terheran-heran. Bahkan begitu banyak pertanyaan dari gadis yang saat ini ada di hadapannya itu. Namun lapi menikmati momen dirinya yang melihat wajah gadis yang baru saja tadi pagi, ia temui bahkan tanpa sengaja mereka bertemu tepat di belakang sekolah di mana hari pertama ya masuk ke sekolah barunya.
Lafi tersenyum tipis lalu sedikit mendekatkan wajahnya ke arah Maria yang masih mengerutkan dahinya menatapnya. meski tidak ditanggapi oleh Maria, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk bisa berada dekat dengan gadis yang saat ini ada di hadapannya bagi Lafi, gadis yang satu ini sangat unik dan membuatnya terkagum-kagum melihat gadis yang di usianya sangat cerdas bahkan masuk rangking kedua
"Sebentar lagi waktu istirahat di mulai! Apa kamu masih mau seperti ini bersamaku?" ucap Lafi.
Maria terkejut bahkan ia mundur beberapa langkah menghindari wajah pria yang ada di hadapannya itu, yang semakin mendekat kepada dirinya bahkan tidak ada jarak di antara keduanya.
"Aku tidak minta kamu menemani aku! Lagipula, dapat dari mana kamu payung itu?" ucap Maria sembari bertanya kepada Lafi yang tersenyum tipis melihat gadis yang ada di hadapannya itu mundur beberapa langkah menghindarinya.
"Aku di beri sama guru yang menyuruhku, untuk memberimu payung agar kamu tidak kepanasan," jawab Lafi dengan tersenyum tipis.
Maria mengerutkan dahinya, ia bahkan tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh pria yang ada di hadapannya itu. Namun sedikit masuk akal baginya jika memang seorang guru menyuruhnya, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin karena mereka sendiri dihukum oleh seorang guru.
"Aku tidak percaya, kamu disuruh oleh guru-guru yang mana?" tanya Maria.
"Apa perlu aku memberitahu siapa guru itu?" ucapan Lafi berbalik bertanya kepada Maria yang masih mengerutkan dahinya tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh dirinya.
"Tidak perlu!" jawab Maria.
"Apa kamu sekarang sudah mau masuk ke kelas?" tanya Lafi.
Maria tidak menjawab pertanyaan pria yang ada di hadapannya itu, yang masih dengan senyuman ia menatap ke arah Maria yang masih bertanya tentang dirinya. Namun Maria tidak menghiraukan pria itu dan dia berjalan meninggalkan Lafi yang masih berdiri dan menatapnya dengan senyuman manisnya.
Dari kejauhan terlihat, Topan dari arah dimana tempat ia duduk, melihat Maria yang sedang dihukum akan memberi hormat kepada tiang bendera. Awalnya ia tersenyum melihat Maria yang cukup berani dan juga apa adanya sifat gadis itu sangat lain dari sifat gadis yang biasanya ia temui, yang selalu menjaga image kebaikan di hadapan siapapun terutama seorang pria.
Namun Maria tidak seperti itu, ketika ia justru bertingkah apa adanya tanpa dibuat buat. Topan tersenyum melihat dan mengingat sifat gadis itu setiap kali bertemu dengan dirinya, namun saat ia mengingat tentang pertemuan pertama kalinya dengan Maria.
Topan mengerutkan dahinya, ketika melihat seorang pria berjalan menghampiri Maria yang cukup tampan. Namun memberikan sebuah payung dan ikut berdiri di samping Maria.
Mereka berdua terlihat sangat dekat bahkan saling mengenal satu sama lain yang bisa disalah artikan oleh siapapun yang melihatnya. Topan mengerutkan dahinya ia bertanya-tanya, siapakah pemuda yang saat ini berdiri bersama Maria bahkan rela memegang kan payung untuk Maria.
"Siapa pemuda itu? Kenapa dia begitu sangat dekat dengan Maria? Bukankah dia hanya punya aku seorang teman lelakinya tanda tanya," gumam Topan.
Ia menatap tajam kearah Maria yang berdiri di luar sekolah bersama dengan seorang pria yang cukup tampan, bahkan lebih tampan darinya karena memiliki kulit yang putih lain dengan dirinya yang berkulit sawo matang.
Maria berjalan meninggalkannya tanpa menoleh sama sekali dan kini Maria memasuki kelasnya yang ternyata teman-teman sekelasnya sudah beristirahat. Saat ia memasuki kelasnya ada ani yang masih duduk di kursinya dengan dirinya yang masih menulis di atas meja. Maria duduk di kursinya lalu Iya menundukkan kepala di atas meja menahan dirinya yang kelelahan sehabis dihukum.
"Kamu kenapa Maria?" tanya Ani yang duduk di samping.
Maria tidak menjawab atau pun mendongakkan kepalanya Iya tidak menghiraukan pertanyaan teman sebangkunya itu, yang menurutnya sama sekali tidak akan menguntungkan bagi Maria jika gadis itu duduk tepat di sampingnya. Apalagi mengingat sikap teman sebangkunya itu tadi pagi yang malah membuat dirinya dihukum oleh guru fisika.
Dia tidak merasa dendam, namun akan jauh lebih baik jika tidak menghiraukan gadis yang saat ini sedang mencari muka kepada dirinya. Mengingat teman sebangkunya itu pernah satu kelas atau 1 sekolah dengannya Maria sudah tahu sifat dan kelakuan teman-temannya selama di sekolah lamanya.
Ia lebih memilih untuk menunduk di atas meja dan tertidur meski gadis yang ada di sampingnya itu, tetap saja berbicara seolah-olah mereka berdua adalah teman lama bahkan bersahabat. Hingga teman sebangkunya itu mengguncang tubuhnya, agar Maria menanggapi setiap ucapannya. Namun itu sama sekali tidak berhasil, Maria yang memang sudah kelelahan setelah dihukum berdiri selama 1 jam penuh dari pagi.