Cinta pertama

2197 Kata
Saat Turnamen tiba, Maria kini sedang duduk di halaman sekolah bersama dengan Atikah yang menemaninya dimanapun dan kapanpun sahabatnya itu berada. Meski Atikah selalu tidak pernah mengecualikan bukunya. Yang selalu ia baca dan bawa. "Apa kau yakin semua sudah beres?" tanya Atikah. "Hmmm," jawab Maria. "Aku pikir, Nana itu menyukaimu loh," ucap Atikah. "Hus, kamu ini bicara apa? Nanti ada yang dengar dan malah tambah runyam tau," bantah Maria. "Kalau dia tidak suka, dia pasti protes Maria. Tapi dia malah terlihat biasa saja dan aku rasa dia memang menyukaimu," ucap Atikah. "Masalahnya disini tuh aku yang malah mengungkapkan perasaan. Apalagi mala menulis lewat surat," jawab Maria. "Ya bagus donk tanpa kamu lebih dahulu mengungkapkan," balas Atikah. "Sudahlah, aku malas kalo ingat itu semua. Apalagi pas ingat siapa yang menjebak aku," ucap Maria kesal mengingat Ina yang berkhianat padanya. Atikah terdiam mendengar penuturan Maria yang sedihdan kesal akan hal kenyataan jika sahabatnya Ina yang telah menjebaknya dalam hal seperti itu padanya. Setelah melihat ke lapangan Voli yang sudah mulai ramai. Kini sudah terkumpul para pemain putri dari berbagai sekolahan. Maria menghampiri teamnya. Ia bergabung dengan yang lainnya begitupun dengan team pria yang juga ada Nana yang sebagai kapten teamnya. Maria melihat Nana yang tersenyum memandanginya dan memberi semangat pada Maria. Maria mengangkat alisnya sebelah, ia mengangguk dengan senyum tipisnya. Sudahlah, diakan juga tidak salah. Untuk apa aku kesal padanya? Lagipula aku yidak merasa bersalah dalam hal ini. Batin Maria. Maria dan teamnya kini sudah mulai bermain dan dengan gesit mereka bermain voli dengan lawan mainnya. Hingga satu jam berlalu team Maria memenangkan turnamen di setiap lawannya. Meski ada juga yang mereka tidak sanggup kalahkan. Begitupun team pria kini sedang bermain dengan team dari sekolah lain. Maria melihat Nana yang berjalan ke arahnya dengan srjuta senyumannya yang terlihat manis dan tampan. Semua wanita pasti akan terpesona melihatnya. Namun tidak dengan Maria. Gadis yang hatinya sudah di tutupi setiap kebutuhan ekonomi. Sangat susah untuk peka dalam hal percintaan. "Nih," ucap Nana memberikan botol mineral kepada Maria. "Gak," jawab Maria cetus. "Hmm, sepertinya kamu mau bekas bibirku ya?" goda Nana tersenyum kepada Maria. "Apaan sih? Sana duduk di tempat istirahatmu," jawab Maria menekan bahu Nana. "Ayo kita pacaran!" ucap Nana terlihat serius menatap Maria. "Hah?" Maria tertegun melihat keseriusan Nana. "Apa kamu lebih suka aku mengatakan lebih dari satu kali?" tanya Nana. "Aku ...." "Ayo kita pacaran!" sela Nana meyakinkan Maria yang masih terdiam. "Kamu tidak tahu masalah yang kemarin itu," Maria berbicara ragu. "Aku suka kok," jawab Nana. "Hah," ucapan Maria terhenti ketika melihat Nana menatapnya dan tersenyum. "Kemarin itu ciuman pertama aku," ucap Nana pelan dan tersenyum. Maria tertegun dan tersipu malu mendengar ucapan Nana yang terdengar sangat vulgar baginya. Apalagi saat mendengar bahwa ciuman yang kemarin mereka lakukan, adalah ciuman pertama bagi keduanya. Nana tersenyum ketika melihat wajah Maria yang tersipu malu bahkan terlihat memerah di bagian pipinya saat mendengar bahwa itu adalah cuman pertama Nana. "Apa itu juga ciuman pertamamu?" bisik Nana kembali. Maria semakin tertegun ketika mendengar pertanyaan Nana yang membenarkan. Bahwa ciuman itu juga adalah cuman pertama Maria. "Baiklah, nanti habis pulang sekolah Tunggu aku di gerbang sekolah," ucap Nana kepada Maria. Nana berdiri dan berjalan meninggalkan Maria yang masih terdiam, dengan senyuman dan memberikan botol air mineral yang sudah dibuka oleh Nana untuk Maria. Maria menatap Nana yang sudah berjalan menjauh darinya. Namun ia menyadarkan dirinya dan meminum air dari botol mineral yang sudah dibuka oleh Nana. "Apa itu artinya aku punya pacar?" gumam Maria tersenyum . Maria tersenyum mengingat apa yang ia katakan, bahkan adalah hal konyol baginya jika ada seorang pria yang menyukainya bahkan mengajaknya untuk berpacaran. Bagaimanapun Maria adalah hal yang tidak mungkin jika dirinya memiliki seorang pacar. Apalagi seorang Nana, pria muda dan tampan dan pastinya dia bukan orang miskin seperti Maria. Namun bukan Maria namanya. Jika dia memahami arti dari setiap ucapan Nana. Mengingat dirinya yang tidak peka. Maria berjalan meninggalkan lapangan turnamen dan memasuki kelas dengan hati sedikit bahagia bahkan tersipu malu mengingat apa yang diucapkan oleh Nana tentang ciuman pertama yang mereka lakukan kemarin. Saat Maria duduk di kursinya, ia melihat Ina temannya yang berkhianat kepadanya, bahkan sempat menebarkan fitnah untuk Maria. Namun bukan Maria yang baik hati jika dia menyimpan dendam kepada seseorang. Maria bersikap biasa saja terhadap Ina. Baginya membenci seseorang adalah suatu pekerjaan yang tidak ada gunanya dan bahkan tidak bermanfaat bagi dirinya dan masa depan. Saat Ia berdiri dan melangkah ke depan untuk menghampiri Ina, namun Atika menarik tangan Maria agar tidak menghampiri Ina, yang bagi Atika adalah orang yang semestinya Maria jauhi dan tidak didekati oleh Maria bahkan oleh siapapun. Maria terdiam, lalu ia menuruti apa yang dikatakan oleh Atika sahabatnya itu. Maria lebih mendengarkan ucapan sahabatnya, dibandingkan pendapat dirinya yang memang selalu salah dan bisa disalah artikan oleh orang lain. Saat Maria mencoba untuk menerima Ina kembali, namun tiba-tiba Gadis itu yang bernama Inna menghampiri Maria dan menaburkan buku dan juga kertas yang berisikan tulisan Ina yang membenci Maria. Maria hanya diam dan cuek ketika gulungan kertas itu berada di hadapannya di atas meja. Namun Maria bukannya membuka, tapi ia malah mengambil sapu dan membuang semua kertas tersebut di tempat sampah. Saat melakukan hal itu Maria melihat ke arah Ina dan tersenyum penuh kemenangan dan meledek Ina lalu ia berbicara. "Apapun yang kamu lakukan kamu Tetaplah menjijikan," ledek Maria kepada Ina. Ina tampak kesal ketika mendapati ucapan Maria dan sikapnya yang di luar dugaannya. Saat Maria berjalan kembali ke kursinya, Ina tiba-tiba menghampirinya dan mencoba untuk mendorong Maria. Namun bukan Maria yang tegas dan berpendirian jika ia harus kalah saat didorong oleh Ina, yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari Maria. Saat Ina mencoba mendorongnya. Maria menghindar dan pada akhirnya Inalah yang tersungkur kedalam kursi Maria. Ia tersenyum apalagi saat mendengar tawa anak-anak di kelasnya melihat Ina yang Justru malah terus sungkur saat mencoba untuk mendorong Maria "Apa kamu puas!?" teriak Ina. "Hmm," jawab Maria. "Aku akan lakuakn lebih dari ini Maria," ucap Ina bangun dan pergi meninggalkan Maria dan kelasnya. Maria terdiam dan mencoba untuk menenangkan hatinya. "Apa ini sikap yang tepat?" gumam Maria. "Ya... sudah tepat, dia pantas di perlakuakn seperti itu," jawab Atika. "Tapi ...." "Jangan terlalu baik dan jahat juga, dia sudah dapat ganjarannya Maria," timbal Atika. "Hmm," jawab Maria. Maria terdiam ketika memikirkan Ina sahabatnya yang sempat berhianat namun dia adalah teman sebangku. Dia setiap naik kelas Ina yang selalu duduk bersamanya di setiap naik kelasnya. Namun Maria juga merasa kesal ketika Ina yang justru mengungkapkan perasaannya dan malah membuat Maria difitnah telah membuat tulisan tersebut. Meski bagi Maria itu adalah sebuah berkah yang dilakukan Ina. Hingga membuatnya kini malah menjadi tahu isi hati Nana kepada dirinya. Bahkan saat ini bisa dibilang Maria dan Nana adalah sepasang kekasih walau itu juga baru menurut Maria. Namun dirinya sangat senang dan bahagia ketika mengingat ucapan Nana yang mengatakan bahwa itu adalah ciuman pertama mereka berdua. Maria tersenyum dan tersipu malu, lalu ia menyentuh bibirnya dan mengingat ciuman yang sempat terjadi kemarin saat bersama Nana. Atika yang melihat sikap Maria ia mengerutkan dahinya dan menyentuh dahi Maria yang sedang tersenyum senyum sendiri. "Apa kamu sakit Maria?" tanya Atika. Namun Maria masih terdiam tidak menghiraukan ucapan Atika. Ia hanya asik dengan tingkah dan bayangannya sendiri mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Nana. Atika menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya tersenyum sendiri tanpa menceritakan sesuatu padanya. Namun Atikah ikut senang jika sahabatnya itu bahagia. Baginya adalah sebuah berkah jika Maria tersenyum dengan manis seperti saat ini. Saat jam pulang sekolah, Atika dan Maria kini sudah bersiap dan memasukkan buku-buku mereka untuk keluar dari kelas dan pulang. Setelah murid-murid yang lain sudah tidak ada di dalam kelas. Hanya mereka berdua yang masih berada di dalam kelas dan sekarang untuk bersiap sedang bersiap untuk pulang. Saat Maria dan Atika sering bercanda dengan tawa keluar dari kelasnya. Tiba-tiba mereka berhenti saat melihat Nana berdiri di depan kelas tersenyum di hadapan mereka berdua. Atika mengangkat alisnya sebelah lalu ia menarik lengan Maria Begitu pun dengan Maria yang terdiam Ia juga tertegun saat melihat seseorang yang ada di hadapannya bahkan tersenyum kepada dirinya "Apa aku boleh meminjam temanmu?" tanya Nana kepada Atika lalu ia tersenyum kepada Maria. "Baiklah, Maria aku jalan duluan ya?" ucap Atika. Ia berlalu pergi setelah mendapati anggukan dari Maria dan kini hanya ada Maria dan Nana yang sedang berdiri saling menatap satu sama lain. Saat Maria hanya terdiam saja Nana menarik tangan Maria berjalan memegang tangan Maria dengan erat dan menuntunnya untuk ke belakang sekolah mengingat semua murid ini sudah tidak ada di sekolah lagi sekolahan sudah mulai sepi. Maria hanya diam dan mengikuti setiap langkah Nana yang menuntunnya. Ada begitu banyak pertanyaan di dalam benak Maria mengingat apa yang akan dikatakan oleh Nana kepada dirinya. Setelah sampai di belakang sekolah tempat dimana mereka berdua selalu bertemu dan bercanda Maria. Namun lain dengan sekarang saat ini mereka justru berstatus sebagai pacar. Sesampai di belakang sekolah, Nana melepas pegangan tangannya dan duduk juga mengajak Maria untuk duduk disampingnya. Maria mengangguk dan ia ikut duduk di samping Nana. Namun Maria tidak mengawali pembicaraan diantara mereka berdua. Begitupun dengan Nana. Ia Masih memikirkan apa saja yang akan dia bicarakan kepada Maria. Semua isi dibenaknya sudah direncanakan akan ungkapkan kepada Maria. "Apa kau akan punya pacar disana?" ucapan yang Nana katakan kepada Maria. Membuat Maria tertegun dan menahan tawa mengingat pertanyaan mana yang teramat konyol baginya. Namun Maria tidak menjawab pertanyaan Nana. Saat tidak mendapati jawaban dari Maria Nana mengerutkan dahinya, lalu tampak kesal dan geram melihat Maria. "Jadi kamu kan punya pacar disana?" tanya Nana kepada Maria dengan bibir sedikit maju kedepan. Maria semakin tidak bisa menahan tawanya Ia lalu tertawa kekasihnya itu. "Apa yang kamu bicarakan Nana?" tanya Maria sendari, ia menahan tawanya. Nana tertegun namun ia mengagumi senyum dan tawa Maria, yang ada di hadapannya teramat sangat manis dan terlihat sangat cantik. Ketika Maria tersenyum di hadapannya bahkan tertawa lepas tanpa ada di perasaan tawa Maria. "Kamu sangat manis ketika tertawa dan tersenyum seperti ini sayang," ucap Nana tersenyum. Maria terdiam dan menutup mulutnya lalu ia mengerutkan dahinya mendengar pujian dari Nana. Yang teramat sangat hal yang tidak mungkin bagi seseorang untuk memuji Maria. Namun ia sangat bahagia ketika mendengar pujian itu keluar dari mulut seorang Nana, pria yang kini berstatus sebagai kekasihnya. "Aku tidak suka kalau kamu punya pacar nanti di sana," ucap Nana dengan tegas. "Maksudmu apa memangnya kamu siapa aku? Sampai-sampai aku tidak boleh mempunyai pacar Nanti?" goda Maria sedari menahan tawanya. Nana mengerutkan dahinya tidak percaya Iya akan gadis yang ada dihadapannya ini. Tampak tidak peka sama sekali kepada dirinya. Namun Nana sangat mengagumi seorang gadis yang sangat polos seperti Maria, yang tidak memahami tentang arti sebuah hubungan apa lagi pacaran yang untuk pertama kali mereka jalani saat ini. Nana tersenyum lalu ia memegang tangan Maria kan menekan tangan itu dengan lembut. "Apapun itu untuk saat ini kamu adalah kekasihku," ucap Nana kepada Maria yang kini tersenyum. Maria tersenyum lalu ia mengangguk sebagai tanda persetujuan tentang hubungan mereka berdua. Namun Nana mengerutkan dahinya ketika mendapati jawaban dari gadis yang ada dihadapannya itu. "Apa maksudnya ini kamu hanya mengangguk saja?" rajukna kepada Maria petik "Iya, maksud aku untuk saat ini kita sedang pacaran," ucap Maria tersenyum. Nana tersenyum lebar yang menunjukkan kedua lesung pipi nya yang sangat manis. Ketika ia tersenyum mendengar ucapan Maria yang sangat membuatnya puas. Ia mendapati pengakuan dari gadis yang saat ini telah membuatnya jatuh hati, bahkan untuk pertama kalinya Nana mengajak seorang wanita sebagai kekasihnya. Nana tersenyum, lalu mereka berbincang dan berbicara kesana kemari. Hingga Maria merupakan waktu yang ternyata sudah lewat dari jam pulangnya saat Maria ingat-ingat waktu yang sudah lewat dari jam pulangnya. Ia mengerutkan dahinya lalu berbicara kepada Nana berpamitan untuk pulang. "Aku harus pulang, Ini sudah waktunya aku pulang lagi pulang besok kan kita bisa bertemu lagi," ucap Maria kepada Nana. Nana tersenyum lalu ia mengangguk kepada Maria. Mengijinkan Maria memang seharusnya sudah pulang di jam saat ini mengingat mereka sudah sekitar 1 jam berada di belakang sekolah dan hanya berdua saja. Saat Maria mendapati persetujuan dari Nana agar dirinya segera pulang. Maria berdiri bersama dengan Nana. Lalu Maria berjalan lebih dulu dari Nana. Namun sebuah tangan menarik Maria dan sebuah kecupan bibir mendarat di bibir Maria. Kini terasa hangat lembut dan fresh rasa mint dari mulut Nana yang terasa lembut. Ketika ia mencium bibir milik Maria. Bahkan memperdalam ciumannya hingga Maria menahan nafasnya karena ini adalah untuk yang kedua kalinya di antara mereka berdua. Saat Maria mencoba untuk bergerak Nana tersenyum ketika bibir mereka berdua masih menempel. Ia lalu melepas ciuman itu dan menatap wajah Maria "Kamu diam, tapi kamu harus bernapas atau kamu mau aku kasih nafas buatan?" tanya Nana tersenyum pada Maria. Maria terdiam, namun saat ia mencoba untuk berbicara.Nana kembali menciumnya bibir Maria. Namun untuk kali ini, Maria tidak menahan nafas dan ia membiarkan Nanamenempel di bibirnya bahkan memperdalam ciumannya, hingga ke setiap sudut bibir milik Maria. Yang bagaimana membuatnya ketagihan. Jantung Maria berdetak sangat kencang ketika mendapati cuman dari kekasihnya itu. Untuk pertama kalinya Maria merasakan sebuah bibir yang sangat segar bahkan terasa seperti memakan permen bagi Nana. Maria membulatkan kedua matanya saat bibir Nana masih sangat lama berada di bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN