Maria tersenyum dan mengangguk, ia membereskan peralatan sekolah yang ia pegang dari kakaknya dan menyusunnya di lemari tempat ia menyimpan buku. Kakak Maria memasuki kamar adik Ya perlahan dan tersenyum kepada Maria. maripun tersenyum melihat kedatangan kakaknya yang menghampirinya.
"Ini buat bekal kamu selama sekolah," ucap Ana memberikan selembaran uang dan juga bingkisan kepada Maria.
"Apa ini Kak?" tanya Maria.
"Lihat saja," jawab Ana.
"Hah? Ini apa Kak?" tanya Mariw membuka bingkisannya.
"Itu handbody, untuk twngan kaki dan seluruh tubuhmu," jawab Ana.
"Iya Maria tau! Tapi untuk apa?" tanya Mariw lagi.
"Ya untuk kamu pakailah," jawab Ana.
"Kenapa Maria harus memakai ini?" tanya Maria.
"Hmmm, kamu itu anak gadis ya harus pakai ini. Jangan lupa kapai gak ada acara protes!" tegas Ana.
'Adik gadisku ini sangat cantik jika Iya terus! Maafkan kakak ya Dek belum bisa memberi yang jauh lebih baik untuk kamu," batin Ana.
"Ini juga Kak? Wah bedak ini pewangi ya Kak? Ini juga apa kak?" tanya Maria memberikan sebuah pembalut kepada kakaknya.
"Itu namanya pembalut, kebutuhan wanita khusus untuk wanita kamu tuh kan? "Jelas Ana.
"Bagaimana Maria bisa tahu Kak lihat ini aja baru kali ini? Apa ini bisa dimakan," tanya Maria tersenyum.
"Dek Apa kamu sudah PMS?" tnya Ana.
Maria terkejut dengan pertanyaan kakaknya yang terbilang sangat vulgar bahkan membuat kedua pipi Maria menjadi bersemu merah muda menahan malu mengingat pertanyaan kakaknya yang di luar dugaan bahkan membuatnya merasa sedikit risih. Maria menarik napas dengan dalam lalu mencoba untuk bersabar menjawab perkataan pertanyaan kakaknya
'Kenapa kalian lebih khawatir aku yang belum PMS sih? Tidak Boyan tidak kak Ana. Aku kan jadinya malu,' batin Maria.
"Kenapa emangnya Kak?" tanya Maria.
"Kalau sudah, gunakan itu! Itu khusus untuk wanita yang sedang PMS," jawab Ana.
"Kakak tahu dari mana harus pakai gini Kak?" tanya Maria mengerutkan dahinya menatap lekat kepada kakak laki-lakinya itu.
"Karena kakak cari tahu! Apa saja kebutuhan seorang wanita apalagi gadis remaja seperti dirimu," jawab Ana.
"Kebutuhan Maria itu adalah uang Kak," ucap Maria.
"Hahaha, kamu ini! Uang bukanlah segalanya Maria," jelas Ana tertawa.
"Tapi segalanya butuh uang Kakak!" jawab Maria.
"Teori dari mana itu Maria?" tanya Ana.
"Aku menyimpulkanya Kak, dari keseharianku dan juga seluruh keluarga kita," jawab Maria.
"Haha, Maria kebersamaan kita juga adalah segalanya Maria. Jadi jangan pernah membuat renggang keluarga kita!" jelas Ana.
"Jangan lupa manfaatkan sebaiknya!" ucap Ana sembari memberikan selembaran uang kepada adik perempuannya itu.
"Kenapa segede ini kak?" tanya Maria
"Pakai saja! Untuk keperluan mau kakak tidak tahu kapan lagi bisa pulang dan bisa memberimu uang jajan," jelas Ana.
"Lebaran nanti Kakak pulangkan?" tanya Maria.
"Insya Allah Kakak akan pulang! Maria mau apa nanti?" jawab Ana.
Ana tersenyum sembari bertanya menatap lekat wajah gadis yang ada dihadapannya itu.
"Maria hanya mau kakak kakakMaria itu pulang dengan selamat dan membawakan kebahagiaan untuk keluarga seperti hari ini," ucap Maria.
"Kamu ini adik-adik kecilmu bagaimana?" tanya Ana.
"Mereka Maria handle dengan baik Kak," jawab Maria
"Kamu ya, Jaga dirimu dengan baik juga. Jangan pacaran dulu! Kakak kamu belum ada yang nikah masa kamu mau duluan," goda Ana tersenyum pada adik perempuannya itu.
"Apaan sih Kakak ini! Maria baru masuk sekolah lho kak, kelas 10 juga baru masuk. Maria juga ga ga harus bekerja dulu kalau sudah lulus nanti biar bisa mendapatkan uang yang sangat banyak," jawab Maria.
Ia tersenyum membayangkan masa depan yang akan datang yang masih memerlukan pendidikan untuk masa depan yang cerah.
"Kamu sekolah yang benar yang kakak banggakan!" ucap Ana.
"Pasti!" jawab Maria tersenyum pada kakaknya.
"Pria dan wanita itu gak baik hanya berduaan saja di dalam kamar," ucap ibu Maria menghampiri mereka berdua.
"Adik dan Kakak ini Bu! Tidak akan ada yang terjadi di antara kami!" seru Ana.
Tidak ingin menanggapi ucapan ibunya yang semakin panjang, Ana bergegas keluar dari kamar Maria dan berpamitan dengan adik perempuannya itu dia berlalu keluar kamar Maria mau dan tersenyum melihat kakaknya yang keluar dari kamarnya meski sebenarnya ia masih banyak yang ingin Ia ceritakan kepada kakaknya itu.
Namun Maria mengingat sesuatu hal yang ia lupakan, bahwa masih ada ibunya yang berdiri di hadapannya di dalam kamarnya dengan tatapan tajamnya. Maria menelan salivanya merasa sedikit takut akan apa yang akan diucapkan oleh ibunya itu.
Namun ia selalu siap apapun yang diucapkan oleh ibunya adalah suatu hal yang mesti ia dengar dan turuti. Namun di luar dari dugaannya Ibu Maria pun kini keluar dari kamarnya tanpa berkata sepatah kata pun kepada dirinya. Semua Kakak Maria menyayanginya, mungkin itu karena dahulu saat Mereka menginginkan seorang bayi yaitu bayi perempuan dikala mereka adalah 4 anak laki-laki bersaudara yang belum memiliki saudara perempuan hingga pada akhirnya.
Saat Maria lahir, maka merekalah adalah orang pertama yang sangat bahagia ketika mendapati seorang adik perempuan yang cantik dan bahkan tumbuh dengan baik. Kelahiran Maria membuat semua keluarga dari keluarga Ayah Maria merasa sangat bahagia.
Namun tidak dengan keluarga ibunya terutama ibu Maria, hanya Ibu Maria yang melahirkan nya tanpa tersirat kebahagiaan. Bahkan Ibu Maria akan sangat marah harus memberi ASI kepada Maria saat bayi. Tapi naluri seorang ibu ibu Maria terpaksa tetap menyusui Maria karena konsekuensinya keluarga harus menyediakan s**u formula dan itu akan hanya akan menambah pengeluaran keluarga bagi ibu Maria. Dan pada akhirnya ia tetap mau untuk menyusui anak gadisnya itu hanya sekitar 3 tahun Ibu Maria menyusuinya,
Namun gadis itu tumbuh dengan sangat pesat bahkan tingginya mendahului Kakak ke-4 nya Amran. Ketidaksukaan Ibu Maria masih terlihat hingga saat ini. Namun keempat Kakak Maria sangat peduli dan menyayangi Maria dengan penuh kasih sayang mengingat merekalah yang memang menginginkan adik perempuan, yang sangat baik dan cantik lahir dan berada di antara mereka berempat keempat Kakak Maria menjaga dan menyayanginya dengan cara mereka masing-masing.
Hingga menanamkan kebaikan dalam diri Maria dan juga keempat adiknya saat ini. Keluarga Maria lengkap malam ini satu keluarga ga ga kini berada di ruang tengah dalam acara makan-makan keluarga besar Budiman. Ada senyum yang tersirat di wajah Maria bakar hati aja sangat senang dan lega ketika melihat keluarganya berkumpul bersama seperti saat ini di mana seluruh keluarga Maria berkumpul dan makan bersama.
'Alhamdulillah kehangatan seperti ini yang selalu aku mimpikan. Semua saudaraku, kedua orang tuaku bahkan saudara-saudaraku berkumpul,' batin Maria.
"Kakak kenapa? di kasih uang ya sama kak Adam?" tanya Lia, membuyarkan lamunan Maria yang sedang terdiam. Ia tersenyum lalu merangkul adiknya senja duduk di pangkuannya.
"Kamu kan juga dikasih," Maria tersenyum dan mengacak rambut Lia.
"Hehehe, tapi gedean Kakak kan?" tanya Lia kembali.
"Makan yang benar jangan banyak bicara saat makan enggak baik!" ucap Pak Budi ayah Maria.
Maria mengangguk dan tersenyum dan ia bahkan menyuapi adik perempuanya itu yang masih duduk di pangkuannya bersama. Ia makan dengan adiknya.
Maria akan tersenyum melihat kakak-kakaknya yang berjejeran duduk sembari memakan makanan mereka, lalu mereka melihat ke arah Maria mengangkat sebelah alisnya tanda Mereka bertanya. Namun Maria mengedikkan bahunya ke atas sebagai tanda Jawaban dari pertanyaan kakak-kakaknya, lalu mereka semua saling melihat satu sama lain dan tersenyum tertahan dan melanjutkan acara makannya
"Gadis nakal," batinke-4 Kakak Maria tersenyum melihat Maria.
Saat ini Maria sedang duduk di teras depan rumahnya, di malam hari ia melihat ke atas langit malam yang bahkan tidak berbintang. Maria tidak ikut mendengarkan obrolan kedua orang tuanya bersama dengan kakak-kakaknya. Lebih memilih duduk di luar rumahnya dengan menatap dan merenung alam yang sudah mulai gelap bahkan tidak ada penerangan Dari Bintang sama sekali.
Maria tidak mendengarkan obrolan kedua otang tuanya dengan kakak-kakaknya yang baru pulang. Namun ia tudakhanya memilih untuk bersantai menikmati malam di luar rumahnya dan melihat langit yang tak berbintang. Amran pergi bersama Boyan menghampiri neneknya yang ternyata rumahnya tidak jauh dari rumah Maria.
'Bagaimana kabar Nana yah? Bikin kangen saja tuh cowok bodoh!' batin Maria tersenyum mengingat kekasihnya.
"Sedang ngelamunin apa?" tanya Ana dari arah belakang Maria dan menghampirinya.
"Uuuuunh Kakak ngagetin Maria saja! Aku hanya sedang melihat langit yang tak berbintang ini Kak, bahkan tidak ada penerangan sama sekali," jawab Maria.
"Liatin gue aja lu gak bakal nyesel!" sela Boyan menghampiri kedua bersama denga Amran tersenyum.
"Berani bayar berapa? Aku harus liatin kamu" balas Maria.
"Hahaha, mata duitan juga ya gadisku ini!" tawa Boyan duduk di samping Ana.
"Siapa yang bilang dia gadismu hah!? Dia gadisku!" tegas Ana.
"Hahaha, dia sodariku juga Bro!" balas Boyan tertawa.
"Kalian seperti rebutan bini saja!" sela Adam berjalan menghampiri mereka dan Maria tersenyum kepada kakak tertuanya.
"Aku tidak keberatan Maria jadi bini aku!" ucap Boyan.
"Tapi hilang jatah warisan lu!" balas Adam tersenyum.
"Uuuunh iya yah, Maria kita gak jadi menikah!" Boyan menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tertawa.
"Hahahaha," mereka tertawa melihat Boyan yang salah tingkah.
Itulah yang akan terjadi di pertengahan mereka jika sudah berkumpul bersama. Pasti akan ada banyak kehangatan di setiap pertemuan kebersamaan mereka ke-4 Kakak Maria dan juga saudara laki-lakinya yang di pertengahan nya adalah Maria. Mereka percakapan penuh dengan kehangatan dan saling bercanda satu sama lain pada saat semua kakak-kakak Maria berkumpul di rumah dengan ramai dan damai tanpa ada sebuah pertengkaran di dalam keluarga. Meski dalam suatu keluarga begitu banyak orang, namun tidak ada pertengkaran diantara perbedaan sifat mereka.
Bahkan Ibu Maria tidak berani untuk membentak Maria dihadapan Atau jika ada keempat kakak kakak Maria disana. Maria tidak pernah bertingkah manja pada keempat kakaknya, pada tapi merekalah yang memanjakan Maria setiap mereka memang ada waktu untuk bersama dengan adik perempuanya itu. Ada Maria dengan Adam tidak ikut permainan yang sedang dilakukan oleh eh kakaknya yang lain
"Apa Kakak hanya sehari saja di sini? Maria masih sangat kangen sama Kakak?" tanya Maria.
"Heem, karena Kakak hanya bisa libur lama saat hari raya saja Dek, jadi ya dalam acara seperti ini Kakaknya bisa izin 1 hari saja," jelas Adam .
"Apa nanti Maria bisa ikut Kakak bekerja di sana juga kak?" tanya Maria.
"Belajar saja yang benar dulu! Baru tentukan akan kemana Maria!"Jawab Adam.
"Baik Kak, Maria akan pastikan membuat ibu senang sama sekali!" ucap Maria.
"Utamakan kamu bahagia dulu Maria, baru setelah itu kamu boleh menentukan siapa yang akan dan harus kamu bahagiakan," jelas Adam.
"Kebahagiaan Ibu adalah kebahagiaan Maria juga Kak," jelas Maria tersenyum.
Adam tersenyum dan mengangguk melihat senyummu adik perempuan itu begitu tulus dan lembut. Bahkan tujuannya pun begitu sangat membuatnya tersentuh. Senyum adik perempuannya terlihat sangat polos bahkan terpancar cahaya ketulusan di dalam senyum Maria.
'Padahal kamu tahu Dek, bahwa Ibu tidak pernah senang. Apapun yang kamu lakukan meski itu sesuatu yang sangat Ibu sukai, namun Kakak harap dengan kamu seperti ini ibu akan berubah kalau kamu bahagia,' batin Adam tersenyum melihat adik perempuannya itu tersenyum dengan bahagia.
Mengingat besok adalah hari libur di sekolah, Maria ikut berbincang dengan keempat kakaknya dan bercanda hingga larut malam. Kakak-kakaknya bermain kesepakatan dengan ramai dan tawa mereka juga bersama dengan bahagia. Maria yang terbiasa tidur sore, ia ternyata sudah tidur di teras disamping Adam. Saat ada Melihat adik perempuannya itu yang ternyata sudah tertidur, ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Gadis ini tidak waspada sekali! Sudah tahu di sini ini banyak laki-laki semua malah tidur di sini!" cap Adam.
"Dia bukan gadis kalau bersamaku," ucap Boyan.
"Karena lu ganteng tidak seperti kakaknya, makanya Maria tidak bisa lembutnya padamu sama sekali!" balas Amran.
"Hahaha, iya ya, dia sudah bilang begitu ke gue," ucap Boyan yang tertawa
"Tapi dia gadisku yang sangat aku sayangi," ucap Adam.
"Tentu saja!" balas bersamaan dengan Kakak-kakanya yang lain.
"Jaga dia! Jangan sampai dia dekat dengan pria yang tidak baik, lu juga!" tegas Adam kepada Amran dan Boyan.
"Tentu saja, meski terkadang aku kewalahan sih ngadepin adik gadismu yang pandai itu!" balas Boyan tertawa.
"Iya, jika dia tidak pandai aku akan jauh lebih khawatir padanya, setidaknya dia bisa jaga diri dengan baik," ucap Adam.
Mereka mengangguk, mengerti apa yang dimaksud oleh Kakak tertuanya Adam.
Pasalnya hanya mereka berdua, yang ada di dekat Maria, selama ketika Kakak laki-laki Maria berada di perantauan. Bahkan akan sangat jarang pulang, mengingat jarak tempuh mereka yang sangat jauh. Meski tahu Maria hidup dan tinggal di tengah-tengah kedua orang tuanya tidak mudah, bahkan tidak seperti kebanyakan anak gadis lainnya.
Maria bahkan hidup dengan keras harus mengurus keempat adiknya dan juga keperluan rumah layaknya seorang pembantu. Namun Maria melakukannya dengan sangat keras. Bahkan ia sangat menyukai kehidupannya saat ini. Ke empat Kakak laki-laki Maria, sangat menyayanginya hingga Ibu Maria pun tidak bisa berbuat apapun, ketika mereka ada di samping Maria. Hanya ada senyum tawa dan kebahagiaan yang mereka dapatkan meski sangat jarang ia dapati ketika ketiga kakaknya berada di perantauan.
Namun Maria menerima keadaan dan nasibnya tanpa mengeluh sama sekali. Ia gadis yang sangat ceria dan luas kebebasan hatinya tanpa memikirkan ataupun banyak kesedihan, yang ia pikirkan tentang kedua orang tuanya yang masih belum bisa menerima dia. Maria tertidur di samping kakaknya Adam, tanpa sebuah beban. Bahkan ia terlihat sangat pulas, meski mengingat malam itu sangatlah dingin dan sudah larut.