1. Sonja, Randu dan Bintang

1620 Kata
Di suatu kota kecil di Jawa Tengah, beberapa tahun lalu "Bu, tapi Bintang sudah besar, sudah dewasa. Sudah tahu mana yang baik dan buruk. Kita tidak boleh terus menerus melindunginya, memanjakannya. Biarkan sesekali dia merasakan kalau menyakiti orang lain, dia juga akan bisa mendapatkan balasannya." Seorang lelaki muda, mungkin berusia di awal dua puluhan sedang berbicara serius pada seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik di usia pertengahan empat puluh. "Tapi Ndu, adikmu itu pasti punya alasan kuat kenapa dia sampai memukuli Aden. Mungkin dia menjelek-jelekkan Bintang, seperti biasa. Tolong dia, temani ibu pergi ke sekolah besok dan kita bicara pada kepala sekolah." "Bu, jangan terlalu memanjakan Bintang. Tak baik nanti akhirnya kalau dia hanya akan jadi lelaki yang manja dan selalu berlindung di ketiak ibu dan aku. Dia tak akan pernah jadi dewasa kalau kita selalu membela walaupun dia yang salah." "Ndu, saat ayahmu meninggal, Bintang masih sangat membutuhkan sosok seorang ayah. Dia masih umur enam belas tahun saat itu." "Bu, jangan selalu gunakan alasan itu. Toh kita selalu berusaha melindungi Bintang. Ibu pasti ingat kan kalau aku selalu menjadi tameng bagi Bintang yang sering membuat kekacauan, baik di sekolah ataupun tetangga? Kurang gimana kita bu? Kurang gimana Randu membela Bintang? Randu sangat menyayangi Bintang, ibu tahu itu. Tapi kali ini, biarkan Bintang menerima hukuman atas kesalahan yang dia buat. Jangan lagi kita terlalu melindungi Bintang bu, percayalah kelak tidak akan baik hasilnya jika hanya memanjakan." "Tapi Ndu..." Si perempuan paruh baya itu masih saja hendak protes. "Bu, percayalah pada Randu. Biarkan Bintang kali ini merasakan hukuman atas kesalahan yang dia kerjakan, jadi dia bisa berpikir dua kali kalau hendak berantem lagi." Sebenarnya si ibu itu tidak rela, tapi dia bisa apa? Putra sulungnya benar, selama ini dia selalu menjadi tameng bagi kesalahan yang dibuat oleh adik kecilnya. Dia sedang kuliah di kota lain tapi menyempatkan diri pulang untuk membereskan semua masalah yang ditimbulkan oleh adik kecilnya.  Perempuan paruh baya itu adalah Lies, seorang janda yang memiliki dua putra, Randu Alfarezi dan Bintang Alfarezi. Ketiganya akan menghiasi hari-hari seorang perempuan bertubuh tinggi, Sonja Januar, dengan suka dan duka. Bagaimana kisah cinta di antara ketiganya? Mari kita ikuti secara perlahan di cerita yang berjudul To Tease You. Siapkan hati yang terbuka untuk bisa mengikuti kisah yang berbeda dari n****+ romansa pada umumnya.  Selamat membaca! *** Beberapa tahun kemudian Seorang gadis bertubuh tinggi kurus, tampak tergesa berlari di siang hari yang cukup terik.  Bulir keringat tampak di wajahnya yang tirus. Sesekali disekanya, menggunakan lengan baju. Dia tak sempat untuk mengambil tisu yang dia taruh di tas ranselnya. Tas ransel yang dikenakan di punggungnya semakin menambah beban. Nafasnya ngos-ngosan karena harus berlari dari parkiran motor ke Gedung A Kampus Dwi Warna, sebuah kampus universitas negeri yang bergengsi di sebuah kota besar. Dia harus segera sampai agar tidak terlambat mengikuti kelas mata kuliah akutansi.  Tapi langkah kakinya terhenti sejenak saat melihat di depannya ada dua sosok tubuh jangkung lelaki yang sedang bercengkerama dengan akrab. Bibir si gadis tampak tercetak senyum, walau dari kejauhan tapi dia tahu siapa salah satu lelaki itu. Sang pujaan hati. Si lelaki tentu saja tidak tahu bahwa dia menyimpan rasa padanya. Boro-boro tahu akan hal itu, mungkin saja lelaki pujaan hatinya tidak tahu, bahwa dia bahkan ada. That she even exist.  Gadis itu berhenti sejenak agar bisa melihat sang pujaan hati, walau hanya dari kejauhan. Tapi itu sudah cukup baginya. Mungkin merasa diperhatikan oleh orang lain, kedua lelaki yang sedang bercengkerama itu menoleh ke arah si gadis, yang reflek langsung menunduk malu dan segera melangkahkan kakinya. Malu, karena ketahuan memperhatikan si pujaan hati.  "Siapa tuh? Kok kaya aneh gitu penampakannya." Tanya lelaki yang lebih dewasa. "Ooh, gadis tadi? Namanya Sonja. Kami seangkatan. Gak cuma terlihat aneh, tapi kata anak-anak dia memang aneh." Jawab lelaki yang lebih muda. "Padahal mah dia lumayan manis loh mas, kalau mau merawat dirinya." Lanjut si lelaki muda. "Ingat Bintang, berhenti mempermainkan gadis-gadis. Kalau kamu suka, cukup satu, pertahankan. Pusing aku karena kamu gonta-ganti pacar mulu." Keluh si lelaki dewasa, yang ternyata adalah si kakak. "Aku kan bukan kamu Mas, cukup satu. Kalau ada kesempatan dan mereka yang mendatangiku, ya why not? Aku gak php kok, mereka yang ngotot ingin berpacaran denganku, lebih tepatnya minta berkencan denganku. Bukan salahku kan?" Jawab Bintang enteng.  "Kamu tuh kalau dikasih nasehat kenapa ngeyel sih. Sudah deh, Mas berangkat dulu, kamu baik-baik ya." Randu, si kakak, kemudian mengusap rambut Bintang dengan gemas layaknya adik kecil. "Apa sih, aku kan bukan anak kecil lagi." Bintang mengelak dan ngomel-ngomel. Segera mengalihkan tangan kakaknya dan segera berlari menyusul Sonja. "Hei.. Sonja! Tunggu aku..." Langkah kaki lebarnya berhasil menyamai Sonja dalam sekejap. "A.. ada apa?" Tanya Sonja kikuk, kaget karena tiba-tiba saja wajah tampan Bintang ada di depannya, menghalangi pandangannya. "Kenapa wajahmu merah gitu? Aku mengagetkanmu ya?" Tanya Bintang dengan usil.  Mengganggu Sonja menjadi salah satu hobinya. Sonja berbeda dari gadis-gadis lain. "I.. iya. A.. ada apa Bintang? Ada perlu apa dengan saya?" "Hahaha... gak ada, aku cuma suka melihatmu kikuk begitu. Padahal kamu manis loh, andai kamu mau berdandan dan pakai baju yang lebih menarik, kamu pasti akan jadi gadis yang kuincar." Rayu Bintang, membuat wajah Sonja semakin memerah. "Kamu bercanda kan? Mana ada yang mau denganku yang seperti ini? Kata anak-anak, aku Si Gadis Aneh. Tidak ada, tapi nyatanya aku ada." Jawab Sonja jujur. "Makanya kan aku bilang, kamu cobalah berdandan. Aku akan jadi lelaki pertama yang berkencan denganmu!" kata Bintang dengan yakin. Dia merasa sesekali Sonja melihatnya dengan malu-malu, mungkin saja Sonja memendam suatu rasa yang berbeda untuknya.  Sayangnya, Sonja bukanlah tipe wanita yang dia akan ajak kencan, walau hanya sesaat. Sonja bertubuh tinggi cenderung kurus, pipi agak tirus, mata tajam tapi menandakan kecerdasan. Pemalu, lebih sering menundukkan pandangan terutama jika berada di keramaian. Lebih sering menarik diri. Kenapa dia bisa tahu? Yaa, sesekali Bintang tahu ada beberapa gadis cupu yang memandangnya penuh kekaguman. Salah satunya Sonja. "Aku merasa nyaman seperti ini, terima kasih." "Bintaaaang... di situ kamu. Kamu ngapain sih jalan sama cewek aneh gitu? Awas ntar ketularan aneh loh, ayuk buruan ke kantin yuk. Temani aku makan." Suara centil seorang cewek cantik menyadarkan Sonja bahwa dirinya bukanlah termasuk golongan mereka, cewek-cewek popular. Dia hanyalah, Sonja, si gadis aneh. Si Gadis yang tak terlihat, si gadis yang tak ada tapi ternyata ada. *** Hari berganti hari, pekan berganti pekan, bulan juga berganti. Hubungan antara Sonja dan Bintang biasa saja, masih tetap Sonja yang cupu dan aneh, dan Bintang yang usil dan iseng. Beberapa kali mereka jalan bareng tapi tidak hanya berdua melainkan dengan teman yang lain juga. Seperti saat ini, mereka sedang berkumpul di rumah Bintang. Tidak hanya Sonja, tapi ada juga Farhan dan beberapa teman lainnya. "Waah tante senang kalau kalian mampir ke sini. Jadi Bintang ingat pulang loh. Yuk, kita makan siang dulu. Sudah tante siapkan tadi dibantu bibik." "Senangnya.... terima kasih tante...." Koor ucapan terima kasih terdengar membahana di ruang tamu rumah itu.  Sonja, sebagai satu-satunya perempuan yang ada di situ, memilih terakhir saja untuk mengambil makan siang. Kakinya melangkah mendekati meja yang berisi foto-foto keluarga Bintang. Ada foto saat keluarga itu masih lengkap, masih tampak si bapak dan kedua jagoan yang masih kecil. Bintang dengan mata sembap dan mulut cemberut, dan di sebelahnya tampak si kakak yang berusaha menghiburnya.  Ada satu foto yang menarik hatinya. Ada si ibu, Bintang dan kakak lelakinya, Randu. Foto itu sepertinya baru diambil, karena wajah-wajah yang ada di situ masih tampak sama.  Si ibu duduk dengan anggun di tengah, diapit oleh kedua anak lelakinya. Bintang dengan senyum khasnya yang tengil dan usil, dan si kakak dengan senyum khasnya yang menawan. Tanpa sadar, jemari Sonja menyentuh salah satu wajah di foto itu. Sonja tidak tahu bahwa kegiatannya diperhatikan sedari tadi oleh pemilik rumah.  "Kamu yang namanya Sonja kan?" Suara lembut si empunya rumah menyadarkan Sonja sedang berada di mana dia sekarang. "Eeh tan... tante... Maaf, sa... saya sedang melihat-lihat foto ini." Sonja segera saja menarik jemari tangannya. Dia malu karena ketahuan. "Tidak apa-apa Sonja. Makan yuk, tuh tinggal sisa- sisa aja. Kasian kamu kalau ke sini pasti gak kebagian makanan." Perasaan baru dua kali ke sini deh, kenapa dibilang tiap kali sih? "Iya tante. Tante juga ikut makan yaa."  Sonja akhirnya makan bersama Lies, menemani walau harus dengan kikuk. Entah apa yang membuatnya merasa sungkan pada Lies, padahal dia menerima dengan hangat kehadiran Sonja.  Terdengar suara mobil memasuki halaman depan rumah. Seorang lelaki tampan menggandeng seorang perempuan cantik ke rumah itu.  "Assalamualaikum..." "Waalaikumusalam... Eeh nak, mau makan siang sekalian? Sini.. sini... Looh sama Debby juga toh. Sini makan yuk." Ajak Lies dengan ramah kepada putra sulung dan pacarnya itu.  "Sini sayang, makan yuk, kamu katanya kangen sama masakan ibu kan?" Randu menarik tangan Debby dengan mesra agar duduk dan makan siang, menyantap masakan lezat sang ibu yang tinggal sedikit. Randu bahkan tidak menyadari ada orang lain yang ada di situ, karena dia terlalu fokus pada Debby, kekasih cantiknya. Tanpa Lies tahu ada yang mendadak menjadi tambah gugup, salah tingkah dan kikuk dengan kehadiran Randu. Sonja bahkan menjatuhkan sendoknya karena terlalu gugup saat Randu dan Debby duduk di depannya.  "Eeh eeum ma... maaf, saya permisi dulu. Mari." Sonja bergegas berdiri, membereskan sendok dan beberapa bulir nasi yang terjatuh, kemudian segera pergi dari situ. Matanya terasa panas melihat kemesraan yang tersaji di depannya. Lelaki itu tidak tahu apa yang dirasakannya sekarang. Lies melihat itu, dia semakin yakin, siapa lelaki yang disukai oleh Sonja.  "Loh kok keburu-buru makannya mbak? Gak papa kok temani kami makan." Dengan ramah Randu malah mencegah Sonja pergi meninggalkan meja makan. Tentu saja Sonja menolak. Dia tidak mau meneteskan air mata di depan lelaki yang selalu hadir di mimpi dan doanya, agar bisa menjadi kekasih hati, dunia dan akheratnya. Sudah lama dia menyimpan rasa itu untuk Randu. Dan dia hanya berani dalam mimpi saja.  Randu Alfarezi. Sebuah nama yang selalu dia lafalkan di akhir doanya.  *** Masih bingung yak dengan jalan ceritanya? Ini bakalan agak lama hehe mungkin akan seperti Escape yang lama. Tapi sabar menanti yaa... Insya Allah tetap menarik kok. Tapi kalau ada yang bisa menebak hubungan mereka coba share yaa... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN