Penghancur

1610 Kata

38 Tubuh Zein mulai bergerak, pertanda jiwa telah kembali ke raga. Keringat di dahinya disusut Triska dengan pelan. Saat matanya terbuka, pandangan Zein beradu dengan sepasang mata sang istri. Saling menatap dan mengunci. Satya menepuk lengan kanan Zein sambil mengucapkan syukur. Zein membalas dengan tepukan yang sama seraya tersenyum. "Makasih, udah nungguin," lirihnya. "Sama-sama, Bang. Kapan-kapan aku diajak, ya. Jangan disuruh jagain mulu," sahut Satya yang membuat senyuman Zein melebar. "Gimana di sana, Bang?" sela Triska. "Sudah aman, tapi Zaid terluka," jawab Zein sambil bergerak duduk. "Abang mau ke sana?" tanya Ary yang tengah berdiri di ujung tempat tidur. "Sepertinya begitu, aku khawatir dengan kondisi Priscilla," sahut Zein. "Aku ikut!" timpal Ary dan Satya berbareng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN