“Gimana kalau kita bahas kontrak ini di luar aja? Aku tahu kafe yang enak.” Gala masih bisa bersikap tenang meski sebagian besar pegawai di sana menatap mereka terang-terangan. Beberapa bahkan ada yang bisik-bisik seolah Elisha adalah tontonan yang harus dikomentari. “Itu pun kalau kamu enggak keberatan.” Elisha yang menyadari suasana kantor Gala tidak kondusif, langsung mengiyakan ajakan Gala. Elisha tidak mau ambil risiko. Siapa yang tahu jika Elisha tiba-tiba meledak akibat tingkah Gala? Tak hanya Elisha yang malu, tetapi bluebox juga. “Baiklah.” Elisha tersenyum tipis. “Anda bisa jalan lebih dulu.” “Kenapa aku harus jalan dulu?” Gala memiringkan kepala. Sebelah matanya mengedip jail, begitu pula dengan senyum tipisnya. “Ayo, kita jalan sama-sama.” Sial. Elisha hanya bisa mengumpat