“Jadi, kita acara nikahannya di Jakarta aja sekalian?” Vara memastikan kalimat Ganesh. Mereka masih berada di atas ranjang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Mereka hanya tidur bersama, tidak melakukan sesuatu yang iya-iya. “Iya. Aku bakal bawa saudara-saudaraku yang deket-deket aja. Paling enggak sampe dua puluh orang. Buat yang kuat perjalanan jauh aja. Lagian, saudara-saudaraku dari pihak almarhum Ayah juga semuanya di Jakarta.” Ganesh menjawab dengan nada lugas dan tenang, seolah dia sudah memikirkan semua ini sejak jauh-jauh hari. “Ah, jadi si Arsya itu beneran sepupu kamu?” balas Vara. “Kok namanya mirip sama kamu? Ganesha Arsyanendra. Terus kenapa surat yang dikirim Arsya mirip banget sama tulisan kamu? Ini sengaja apa enggak?” Ganes