Dari waktu ke waktu, Reina rasanya sudah sangat terbiasa dengan kehadiran Archard di sekitarnya. Itu tentu saja tidak terlepas dari kedatangan Archard tiap harinya ke kediaman atau toko Reina. Selain itu, Reina juga tidak terlalu bersikap formal pada Archard. Mungkin, Reina terlalu terbawa dengan pembawaan Archard yang santai dan mengakrabkan diri dengannya. Reina sadar akan hal tersebut, tetapi Reina merasa jika dirinya tidak bisa menghentikan perubahan dalam dirinya ini. Karena Reina sadar, Archard sudah membuat dirinya merasa nyaman dan sedikit demi sedikit terbuka padanya.
Tentu saja perubahan Reina ini bisa dilihat secara jelas oleh Vyra dan Brandon. Jika Vyra senang dengan alasan Archard yang memang sangat cocok menjadi pendamping nona mudanya yang cantik dan cerdas, maka Brandon merasa sedikit lega, sebab Reina membuka hatinya dengan orang yang tepat. Mungkin semua orang mengenal Archard sebagai sosok Duke yang berhati dingin dan kejam. Namun, sebagai seorang prajurit, Brancon bisa menilai jika Archard memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan untuk melindungi seseorang yang ia cintai. Karena itulah, Brandon merasa jika Archard adalah orang yang tepat untuk menjaga nonanya yang terkadang berhadapan atau bahkan menantang bahaya.
Reina menyesap teh manis yang baru saja dibuat oleh Vyra, sementara Brandon menerima tumpukan surat dari seorang pelayan. Brandon meletakkan surat-surat yang baru saja datang ke kediaman Heloise pada Reina. Tentu saja Reina mulai memilah surat mana saja kah yang akan ia balas atau akan berakhir di tong sampah. Beberapa surat sudah dipastikan tidak akan mendapatkan balasan dari Reina dan berakhir di tong sampah yang disiapkan oleh Vyra. Sementara Reina masih sibuk dengan memilah surat di ruang bersantai, Vyra beranjak pergi saat mendengar rekannya membutuhkan bantuannya dan Brnadon di pintu depan. Setelah mengatakan hal tersebut keduanya undur diri dan meninggalkan Reina yang tenggelam dalam kegiatannya.
Namun ternyata Vyra dan Brandon tak lama kembali dengan kedua tangan yang sibuk membawa barang-barang yang tak lain adalah hadiah untuk Reina. Begitu menyadari kedatangan kedua orang itu, Reina mengangkat pandangannya dan terkejut dengan sebuah buket bunga berukuran sangat besar, serta berbagai bingkisan lainnya yang sangat Reina kenal. Reina pun bertanya, “Kenapa ini semua ada di sini?”
Vyra dan Brandon sama-sama mengulum senyum sebelum menjawab bersamaan, “Ini hadiah dari Tuan Bangsawan.”
Benar, Tuan Bangsawan adalah sebutan yang sekarang dinobatkan untuk digunakan memanggil Archard. Hal ini dilakukan karena ternyata Archard sama sekali tidak senang saat orang selain Reina memanggilnya dengan namanya. Alhasil, karena mereka tidak mengetahui nama keluarganya, Vyra pun berinisiatif membuatkan nama panggilan yang cocok untuk Archard. Awalnya, Vyra ingin menggunakan panggilan Tuan Tampan untuk Archard. Namun, Brandon menolaknya. Ia sama sekali tidak bisa menggunakan panggilan seperti itu. Meskipun sosok Archard memang tampan, tetapi Brandon tidak akan sanggup memberikan panggilan seperti itu pada sosoknya dengan panggilan seperti itu. Membayangkannya saja sudah membuat Brandon merinding. Alhasil, panggilan Tuan Bngsawan pada akhirnya digunakan untuk memanggil Archard.
Reina yang melihat dan mendengar perkataan bawahannya tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Ia mengenali buket bunga dan logo bingkisan yang diberikan oleh Archard untuknya. Bagaimana mungkin Reina tidak mengenalinya, jika semua itu adalah produk dari toko miliknya atau toko-tok di mana dirinya berinvestasi? Reina merasa begitu geli, lalu mengulurkan tangannya untuk meraih setangkai bunga dan menghirup aroma bunga segar tersebut. “Bukankah dia bertingkah sangat konyol? Dia memberikan bunga dan bingkisan dari toko milikku sendiri,” ucap Reina mempertanyakan kekonyolan sikap Archard pada kedua bawahannya.
“Saya rasa, ini sama sekali tidak konyol. Ini sangat manis. Tuang Bangsawan benar-benar ingin menunjukkan perasaannya,” ucap Vyra dengan kedua netra berbinar. Tampaknya, ia benar-benar akan segera mendorong Reina dan Archard untuk segera menikah. Brandon yang melihat keantusiasan Vyra tesebut tidak bisa menahan diri untuk mendengkus.
Namun, Brandon sendiri menyampaikan pendapatnya, “Sepertinya, Tuan Bangsawan sama sekali tidak mengetahui perihal kepemilikan toko-toko ini yang memang atas nama Nona.”
“Mungkin saja. Tapi, ada kemungkinan pula jika dia tau, ini semua adalah bisnis milikku. Dia sengaa membelinya untuk menambah omsetku, dan memberikan hadiahnya untukku. Betapa cerdiknya, tetapi terasa sangat konyol bagiku,” cemooh Reina atas sikap Archard yang sebenarnya bisa diartikan sangat manis ini.
Saat Reina akan meminta Vyra dan Brandon merapikan semua hadiah itu, Reina melihat sebuah surat yang terselip di antara buket bunga. Reina mengambilnya, dan ternyata itu adalah surat yang dituliskan oleh Archard. Reina tidak membukanya saat itu juga, karena ia menyadari jika Vyra pasti akan mencuri lihat. Reina tidak ingin Vyra melakukan hal itu. Reina bangkit dari duduknya dan berkata, “Aku akan ke kamarku. Tolong bereskan semuanya lalu kalian bisa beristirahat.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Reina tidak membuang waktu untuk segera naik ke kamarnya yang memang berada di lantai dua. Karena Reina adalah satu-satunya pemilik kediaman Heloise ini, secara otomatis dirinya menempati kamar utama yang biasanya digunakan oleh kepala keluarga. Meskipun Reina memang belum mendapatkan gelar Baroness secara resmi karena dirinya masih belum menikah, tetapi Reina sudah bisa menjalankan tugasnya sebagai Baroness dengan sangat baik. Bahkan kemampuan Reina mungkin sebanding dengan kemampuan Baron yang sudah berpengalaman.
Setibanya di dalam kamar, Reina beranjak untuk mengganti gaunnya dengan gaun tidur yang tentu saja akan jauh lebih nyaman digunakan untuk tidur. Setelah membasuh muka, kedua kaki dan tangannya, Reina beranjak mematikan lampu dan duduk di tepi ranjang. Dengan bantuan lampu tidur, Reina pun membaca surat yang dikirimkan oleh Archard padanya. Seketika pipi Reina yang putih bersih memerah di bawah remangnya lampu tidur. Meskipun remang, Reina masih bisa dengan jelas membaca tulisan Archard yang tegak bersambung dan begitu rapi di mata Reina.
“Aku sedikit berkontribusi atas kenaikan omzetmu bulan ini. Jadi, apa kau senang? Aku yakin, kau merasa sangat senang. Karena itulah, ke depannya aku akan kembali memberikan hadiah semacam ini lagi.”
Apa yang dipikirkan oleh Reina tepat. Bukannya tidak tahu, Archard memang mengetahui fakta mengenai kepemilikannya atas toko-toko tersebut dan sengaja membelinya untuk menyenangkan hati Reina. Tindakan Archard ini sungguh konyol. Apa mungkin, Archard berpikir jika dirinya sangatlah mencintai uang? Hingga Archard memikirkan hadiah dan menyiapkannya dengan cara yang eksentrik seperti ini? Reina mengulum senyum dan tidak habis pikir dengan cara pendekatan yang dilakukan oleh Archard. Ia pun berbaring sembari menggenggam surat Archard. “Apa aku harus mengirim balasannya, ya?” tanya Reina pada dirinya sendiri.
Kening Reina mengernyit dalam, sebagai tanda jika dirinya memikirkan hal tersebut dengan serius. Hal yang lucu adalah, Reina tampak sangat kesulitan untuk memutuskan hal sepele semacam ini. Karena bagi Reina sendiri, Reina memilih untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan bisnis dan kerja sama yang tentu saja sangat rumit untuk dipikirkan oleh seorang gadis yang seusia dengannya. Reina bangkit dari posisinya dengan kening yang masih mengernyit. “Kenapa sangat sulit untuk memutuskannya?” tanya Reina kesal.
Reina tidak menyangka jika hubungan antara perempuan dan laki-laki bisa serumit ini. Padahal, Reina dan Archard baru memiliki hubungan sebatas ini, tetapi Reina sudah mulai dipusingkan oleh hal semacam ini. Namun, Reina merasa jika rasa pusing yang ia alami ini tidak terasa seperti rasa pusingnya yang seperti biasa. Rasa pusing ini lebih terasa menyenangkan. Apalagi dengan debaran yang membuat hatinya berbunga-bunga. Reina kembali berbaring dan berkata, “Sejak kapan aku berubah memikirkan hal konyol seperti ini? Sepertinya, pria itu memang membawa efek yang aneh bagiku.”
Saat Reina memutuskan untuk memejamkan matanya, telinga Reina mendengar seseorang memanggil namanya. Reina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, suara itu semakin terdengar jelas. Pada akhirnya, dengan memberanikan diri, Reina pun turun dari ranjang dan melangkah menuju balkon. Karena menurut pendengar dan insting Reina, suara orang yang memanggilnya ada dari sana. Saat membuka pintu balkon, Reina tidak melihat siapa pun yang berada di balkon. Namun, suara yang memanggil namanya terdengar kembali dan semakin jelas. Jantung Reina berdegup dengan kencang, saat dirinya melihat sosok Archard yang berada di taman yang tepat berada di bawah balkon kamarnya.
Reina menahan diri untuk tidak tersenyum saat itu juga, karena tertular senyuman lebar yang saat ini dipasang oleh Archard. Pria itu melambaikan tangannya dan memanggil nama Reina sekali lagi, “Reina.”
Reina pikir, dirinya hanya salah dengar atau berhalusinasi saat mendengar seseorang memanggil namanya. Terlebih, suara yang memanggilnya itu terdengar begitu mirip dengan suara Archard. Namun, begitu melihat orangnya, ternyata orang yang benar-benar memanggilnya adalah Archard. Reina benar-benar tidak bisa menebak jalan pikiran Archard, kenapa dirinya bisa masuk ke dalam kediamannya tanpa izin seperti ini? Dan atas alasan apa dirinya melakukan hal ini?
Reina menyangga dagunya di pembatas balkon dan bertanya dengan suara lembutnya, “Kenapa Tuan Bangsawan datang ke kediaman saya yang sederhana ini di waktu yang rasanya sangat tidak cocok ini?”
Archard mengernyitkan keningnya. “Aku tidak senang jika kamu memanggilku dengan panggilan seperti itu. Panggil namaku saja,” ucap Archard tidak menjawab pertanyaan Reina.
Reina mendengkus pelan. “Kamu tidak menjawab pertanyaanku,” ucap Reina membuat Archard tidak bisa menahan diri untuk tersenyum lebar.
“Aku merindukanmu,” ucap Archard jujur sembari menunjukan tatapan penuh kerinduan yang sama sekali bukanlah kebohongan.
Sontak, Reina yang mendengar hal tersebut tiba-tiba memerah. Jantungnya juga berdegup kencang. Ini benar-benar berbahaya. Bagaimana mungkin Reina bereaksi seperti ini hanya karena ucapan singkat Archard? Melihat reaksi Reina yang positif, Archard pun mengulang perkataannya. “Aku merindukanmu, Reina,” ucap Archard.
Reina menatap Archard dan berkata, “Ini sudah malam, jangan mengatakan omong kosong.”
“Di mana letak omong kosongnya, Reina? Aku memang merindukanmu. Sudah tiga hari aku tidak bisa menghabiskan waktuku denganmu. Bahkan, aku tidak bisa menyempatkan diri untuk makan siang atau mengantarmu pulang. Aku benar-benar merindukanmu, bahkan aku tidak bisa menunggu hari esok untuk kembali bertemu denganmu.”
Wajah Reina semakin memerah. Meskipun berusaha menganggap jika perkataan Archard sebagai omong kosong belaka, Reina tidak bisa mengabaikan tatapan penuh keseriusan yang ditunjukkan oleh Archard. Netra keemasan pria itu tampak menyorot serius dan menunjukkan bahwa dirinya memang sangat merindukan Reina. Selama ini, Reina sudah bertemu dan berhadapan dengan para pria yang menyatakan cintanya padanya. Namun, belum pernah Reina berhadapan dengan pria yang memiliki ketulusan dan rasa cinta sebesar ini padanya. Apakah ini pertanda bahwa sudah waktunya bagi Reina benar-benar membuka hatinya untuk pria itu?
**
“Kenapa Nona tidak mengajak Tuan Bangsawan untuk menjadi pendamping Nona?” tanya Vyra sembari menyematkan jepit rambut untuk menghiasi rambut bergelombang Reina yang dikepang menjadi satu.
Malam ini, Reina memang menyiapkan dirinya untuk menghadiri sebuah acara pesta yang diadakan oleh salah satu rekan bisnisnya. Biasanya, Reina akan mengabaikan undangan pesat bangsawan, sekali pun itu adalah undangan dari seorang bangsawan kelas atas. Namun, kali ini berbeda. Selain orang yang mengundang Reina ini memiliki gelar Marquis, ia juga adalah seorang rekan bisnis yang selama ini membuat Reina terus untung besar. Karena itulah, Reina tidak bisa mengabaikan undangan dari orang yang membuat dirinya terkesan seperti itu. Reina mendengkus saat mendengar pertanyaan Vyra. “Aku masih memiliki Brandon untuk menjadi pendampingku di pesta,” jawab Reina.
“Tapi dia bukan kekasih Nona,” ucap Vyra terus mencoba membujuk sang nona untuk mengubah keputusannya.
Selama beberapa hari terakhir, Vyra sudah mengamati apa yang terjadi. Dan selama itu. Vyra menyadari jika sang nona ternyata sedikit demi sedikit sudah membuka hatinya untuk tuan bangsawan yang tampan itu. Meskipun sampai saat ini Reina belum memerintahkan Vyra dan Brandon untuk mencari informasi mengenai Archard, tetapi keduanya yakin jika Reina juga sudah mulai menyimpan ketertarikan pada pria yang terus berusaha untuk memberikan perhatian dan kasih sayangnya yang tulus pada Reina. Karena itulah, Vyra ingin jika kali ini Reina menghadiri pesta didampingi oleh tuan bangsawan. Apalagi, selama ini Reina sangatlah jarang untuk menghadiri pesta seperti ini.
Kehadiran Reina saja pasti sudah menjadi sebuah magnet di pesta tersebut, apalagi jika Reina datang dengan menggandeng pasangan yang sungguh serasi untuk bersanding dengannya. Jadi, keputusan yang terbaik adalah, Reina hadir dengan didampingi oleh Archard. Meskipun Brandon juga tampan, tetapi kelas ketampanannya berada di level yang berbeda daripada Archard. Jelas, Archard memiliki level yang lebih tinggi daripada Brandon. Membayangkan semua itu, Vyra malah merasa gemas sendiri. Kenapa nonanya ini tidak bisa dibujuk?
“Memangnya, Archie adalah kekasihku?” tanya Reina membuat Vyra bungkam.
Pertanyaan Vyra tersebut membuat Reina bungkam seketika. Meskipun selama ini Archard sudah secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Reina, bahkan memberikan begitu banyak perhatian dan kasih sayang, Archard belum pernah sekali pun menyatakan cintanya untuk meminta Reina menjadi kekasihnya. Tentu saja, karena hal itu, Vyra tidak bisa menyebut Reina dan Archard sebagai pasangan kekasih. Vyra mengerucutkan bibirnya merasa kecewa karena rencananya gagal total. Namun, saat melihat penampilan sempurna Reina, suasana hati Vyra pun membaik.
“Nona sangat cantik! Saya yakin jika Nona pasti akan menjadi nona muda yang paling cantik di pesta itu,” ucap Vyra dengan penuh semangat.
Reina hanya tersenyum tipis. “Aku memang cantik, tapi tidak perlu melebih-lebihkan,” ucap Reina lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menuju lantai bawah. Ia yakin jika Brandon sudah bersiap dan menunggu dirinya untuk turun.
Apa yang diperkirakan oleh Reina memang benar. Brandon sudah siap dengan pakaian formalnya yang menunjukkan pesonanya yang jarang terlihat. Vyra yang melihat Brandon yang berias diri tersenyum lebar dan menggoda, “Nona, sepertinya membawa Brandon juga bukan masalah. Setidaknya, dengan penampilan seperti itu, ia tidak terlihat memalukan untuk dijadikan sebagai pendamping pesta.”
Brandon yang mendengar hal itu melotot pada Vyra yang rasanya akhir-akhir ini selalu mengatakan omong kosong. “Jangan bertingkah menyebalkan, Vyra,” ucap Brandon dengan penuh peringatan.
Namun, Vyra hanya mengangkat kedua bahunya dan bersembunyi di belakang punggung Reina yang sebenarnya sama-sama kecilnya seperti dirinya. Reina menghela napas panjang dan berkata, “Ayo berangkat, Brandon.”
Brandon mengangguk dan menjawab, “Mari, Nona.”
Brandon mengulurkan tangannya pada Reina, yang tentu saja segera diterima oleh Reina. Keduanya melangkah ke luar kediaman dan menaiki kereta kuda yang membawa lambang kediaman Heloise. Karena ini adalah acara formal, Reina tidak bisa menggunakan kereta kuda yang tidak membawa lambang keluarga. Reina mewakiliki keluarga Heloise, karena itulah ia menggunakan kereta kuda dengan lambang tersebut. Setelah Reina duduk dengan nyaman, barulah Brandon ikut naik dan duduk di seberang Reina. Kereta kuda pun beranjak meninggalkan kediaman Heloise dan menuju kediaman Marquis di mana pesta yang ditujui oleh Reina tuju berlangsung.
Tak lama, kereta kuda tersebut pun tiba di kediaman Marquis yang jelas lebih mewah daripada kediaman Baron Heloise. Sebenarnya, Reina sendiri bisa membangun kediamannya untuk semewah ini. Hanya saja, Reina memilih untuk tidak melakukannya. Meskipun hartanya berlimpah, kediaman yang saat ini ditinggali oleh Reina, sudah lebih dari cukup untuknya. Lagi pula, jika Reina memperluas kediamannya, Reina hanya menambah pekerjaan dengan harus menyeleksi pekerja baru untuk mengurus kediamannya. Jadi, Reina lebih memilih untuk tidak memperluas kediamannya, dan tetap mempertahankan kediamannya yang sudah terasa nyaman untuk ia tinggali.
Brandon turun lebih dulu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Reina untuk turun dari kereta kuda. Turunnya Reina, membuat semua orang yang sebelumnya tidak peduli dengan kehadiran perwakilan keluarga Baron Heloise, kini tertuju dengan penuh pujian pada Reina yang memiliki penampilan yang begitu menakjubkan, hampir terasa tidak masuk akal. Reina terlihat begitu anggun dengan bantuan Brandon untuk melangkah menyusuri jalan menuju pintu masuk. Saat petugas mengumumkan kedatangannya, pintu terbuka dan kedatangan Reina dan Brandon membuat semua orang mengarahkan pandangan mereka pada keduanya.
Reina mengabaikan semua pandangan penuh rasa penasaran yang ditujukan padanya. Mereka jelas tahu nama belakang Heloise yang tak lain adalah pemilik dari toko herbal. Namun, orang awam tentu saja tidak akan tahu jika Reina adalah pemilik dan pengelola dari toko herbal yang sangat terkenal tersebut. Karena ini bukan acara bisnis, hanya ada beberapa orang yang mengenal sosok Reina sebagai pemilik dari toko herbal dan pemilik bisnis-bisnis besar lainnya. Kedatangan Reina ternyata disambut dengan hangat oleh Marquis Elfera. Ia tersenyum lebar dan meraih tangan Reina untuk menghadiahi sebuah kecupan pada punggung tangan Reina. “Aku merasa sangat senang dengan kehadiranmu ini, Nona Heloise.”
Beberapa orang yang mendengar sapaan penuh keakraban Marquis, semakin menajamkan telinga mereka. Jelas Reina menyadari hal itu, tetapi dirinya berpura-pura untuk tidak menyadari hal itu dan fokus dengan lawan bicaranya. “Selamat malam, Tuan Marquis Elfera. Saya juga merasa tersanjung dengan undangan yang Anda berikan. Jadi, rasanya sangat tidak sopan jika saya menolak undangan Anda ini,”ucap Reina ramah.
Marquis Elfera yang mendengar hal itu tertawa dengan renyahnya. “Kalau begitu, silakan nikmati pesta ini, Nona. Saya harap Anda bersenang-senang,” ucap Marquis mempersilakan Reina untuk menikmati pesta yang memang sudah dimulai tersebut.
Brandon tentu saja mengerti dengan apa yang diinginkan oleh nonanya. Ia segera menuntun sang non auntuk beranjak ke sudut ruangan dan mengambil tempat di salah satu meja. Reina sama sekali tidak senang berdansa, jadi ketika pesta dimulai, Reina akan menepi dan menikmati jamuan yang tersaji. Jelas, Brandon akan menjadi tameng untuk menghindarkan sang nona dari para pria bangsawan yang akan memaksanya untuk turun ke pesta dansa dan menarikan sebuah lagu bersama mereka. Lagi pula, Brandon sendiri tidak akan melepaskan sang nona untuk menari begitu saja dengan pria yang tidak memenuhi kualifikasinya. Daripada bersikap selayaknya seorang pengawal, Brandon malah terlihat seperti seorang kakak yang tidak akan melepaskan adik gadisnya ke pelukan pria yang tidak memenuhi standarnya.
Saat Reina mulai menyicipi beberapa potong kue yang terasa sangat manis dan sesuai dengan seleranya, Reina mendengar pengumuman jika Duke Archard Wilton Baxter datang. Kening Reina seketika mengernyit dalam. Reina tidak tahu jika Duke Baxter yang dingin itu mau datang ke perjamuan yang diadakan oleh Marquis seperti ini. Padahal, Reina mendengar kabar jika sama hal sepertinya, Duke tidak menyukai sebuah pesta. Bahkan pesta di istana kekaisaran saja sering kali tidak ia hadiri dengan serius. Ia hanya menampakkan wajah, sebelum kembali menghilang dari pesta yang sebenarnya diselenggarakan untuk memberikan penghargaan padanya.
Namun, ini adalah kesempatan yang bagus bagi Reina. Ia bisa melihat seseorang yang sangat sulit untuk ditemui. Dan bisa saja, Reina menjadikan Duke Baxter sebagai seorang rekan. Karena itulah, Reina bangkit dan memberikan hormat selayaknya bangsawan lainnya. Ketika salam sudah diterima, Reina mengangkat pandangannya dan seketika terkejut ketika netra hijaunya bertemu dengan netra keemasan yang juga membulat karena sebuah keterkejutan. Untuk sepersekian detik, Reina terpaku. Brandon yang berdiri di belakang Reina tidak bisa melakukan apa pun. Nonanya pasti sudah menyadari apa yang selama ini terjadi.
Archard yang tentu saja menyadari jika Reina sudah mengetahui kebenaran dari identitas yang selama ini ia simpan. Archard pikir, Reina akan menunjukkan ekspresi marah. Namun, Reina sama sekali tidak menampilkan ekspresi yang berarti. Reina saat ini malah terkesan tidak pernah mengenal Archard dan berbalik begitu saja untuk kembali ke mejanya dan menikmati kudapan yang sebelumnya tengah ia nikmati. Jika diperintahkan untuk memilih, tentu saja Archard akan memilih untuk berhadapan dengan kemarahan Reina. Ia tidak mau diacuhkan oleh Reina seperti ini.
Padahal, hubungan mereka sudah mulai mendekat. Bahkan, Archard yakin jika dirinya bisa menjadikan Reina segera menjadi kekasih atau tunangannya. Namun, yang terjadi saat ini malah tidak sesuai dengan perhitungannya. Sungguh, Archard benar-benar kesal. Ia lalu menoleh menatap Nero yang tidak menyangka dengan insiden yang terjadi ini. Archard memberikan tatapan membunuh, dan Nero hanya bisa menelan ludahnya kelu. Ini memang kesalahannya karena tidak memastikan terlebih dahulu siapa saja yang akan datang pada pesta yang dilangsungkan di kediaman Marquis. Jika sudah seperti ini, hal yang bisa Nero lakukan adalah menunggu hukuman yang akan diberikan oleh Archard padanya.