Mulai Jatuh Cinta

1034 Kata
Waktu sudah menunjukan jam delapan pagi, dimana pagi itu, Alma baru saja sampai ke kos-annya setelah tertidur di luar bar bersama pria yang tak dikenalnya. Namun, keberuntungan pada perempuan itu adalah dia hanya tertidur dikursi tanpa melakukan hal-hal yang negatif. "Ya ampun! Badanku serasa remuk semua, ini gara-gara laki-laki itu mengigau terus, aku sampai masuk angin. Udah ditolongin malah kabur, dasar tidak tahu malu!" gerutu Alma sembari mengambil air minum. Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia hendak beristirahat lagi karena waktu untuk bekerjanya nanti adalah jam lima sore. Dan ini kesempatan bagi Alma untuk melanjutkan istirahatnya lagi. Namun tetap saja, meski bisa rebahan, ia tetap harus mencari sesuap nasi untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi karena lapar. Untung saja, ada tukang bubur yang suka nawarin ke tempat kos-annya. Waktu pun begitu cepat, sehingga Alma harus bersiap-siap untuk pergi bekerja kembali. Padahal ia sangat ingin berlama-lama di tempat kos-annya, karena di area itu orang-orangnya mudah bergaul, meski sebagian ada yang tidak ia kenali. Namun, tetap saja mereka sangat baik sehingga Alma betah tinggal di sana. Dengan menggunakan ojeg online, Alma pun segera berangkat menuju ke tempat kerjanya. ***** Sesampainya di bar, Daffa beserta bodyguardnya malah berdiam diri didepan bar itu, mereka belum bisa masuk, karena bar itu masih tutup. "Yaelah Bos! Jam segini mana ada bar yang sudah buka? Kalau warung makan banyak," ucap Farhan menyunggingkan bibirnya. "Iya, lagian masih jam tiga sore Bos, sedangkan bar bukanya rata-rata jam lima sore," tutur Akmal yang masih berdiri menatap tempat bar itu. "Masih ada waktu dua jam lagi, Bos!" "Ya sudah, aku nunggu di sini sampai bar ini dibuka!" kata Daffa dengan pedenya. "Yang benar saja, Bos. Ngapain nunggu disini sampai dua jam begitu!" kata Ikhsan. "Mending tiduran dulu, lumayan kan dua jam tiduran!" "Terus enaknya bagaimana?" kata Daffa yang ikutan juga menatap bar itu. "Ya istirahat saja dulu, bos! Apalagi coba yang akan kita lakukan?" celetuk Farhan yang lama-lama mulai jengkel kepada bosnya itu. "Ya sudah, ayo kita kembali bekerja," ajak Daffa sembari masuk ke dalam mobilnya. "Apa!" kata Farhan dan Ikhsan dengan serempak. "Kenapa bisa begitu, Bos?" kata Akmal mengernyitkan dahinya. "Bisa lah, aku kan Bos nya. Semua yang kalian lakukan itu dibawah perintahku. Kalian lupa ya?" kata Daffa menyunggingkan bibirnya. "Hehehe, tidak Bos, saya tidak pernah lupa," kata Akmal cengengesan. "Ya sudah ayo kita berangkat!" "Siap, Bos!" Seketika Farhan dan Ikhsan saling membelalakan matanya tanda ingin memakan bosnya itu bulat-bulat. Kelakuan Daffa selalu membuat jengkel para bodyguardnya, namun ia tak pernah marah sedikit pun kepada mereka, makanya apapun yang Daffa lakukan, mereka selalu setia mengikutinya. ***** Setelah seharian bekerja, akhirnya Daffa bisa mengunjungi bar itu lagi. Ia masuk beserta bodyguardnya sembari memesan minuman Chardonnay kepada Bartender. Selain itu, Daffa juga memberitahukan kepada bartender bahwa dirinya belum membayar minuman sewaktu malam itu. Awalnya, bartender itu tidak paham apa yang dibicarakan Daffa, karena waktu kemarin malam, ia tidak masuk kerja. Namun setelah Doni datang, barulah ia paham. "Maaf yah, jika kemarin malam sudah merepotkan kalian, jujur saja aku benar-benar tidak enak hati. Aku juga tidak begitu ingat siapa saja orang-orang yang membantuku. Tapi untunglah ada kamu yang tau kronologinya seperti apa," ujar Daffa sembari menuangkan minumannya kedalam gelas, lalu meneguknya. "Tidak apa-apa, saya maklumi. Oh, iya orang yang telah membantu Tuan sampai larut malam, bukan saya saja. Tetapi ada teman-teman saya juga, yang ikut membantu Tuan. Mereka adalah Ikhsan dan juga Alma," sahut Doni. "Oh jadi gadis itu namanya Alma?" tanya Farhan penasaran. "Betul sekali, Bosku. Apa ada sesuatu dengan gadis itu," Doni balik tanya kepada Farhan. Ia takut jika terjadi sesuatu kepada Alma. Biar bagaimanapun, Alma tetap teman perempuannya yang selalu bersikap baik. "Dia kan yang menemani bos kita tidur di luar bar ini!" celetuk Akmal. "Apa? Maksudnya gimana ya?" ucap Doni tegas seraya ingin mengeluarkan amarahnya. Ia mengira jika malam itu, Alma dan Daffa tidur bersama-sama. "Ma-maksudnya tidur di kursi depan sana, dan kita juga tidak melakukan apa-apa, malah ketika aku sadar, aku sudah berada di rumahku," tutur Daffa meyakinkan Doni. "Oh, aku pikir Tuan sama Alma—" belum juga selesai bicara, Alma sudah datang dan memotong pembicaraan Doni. "Kenapa dengan namaku?" tanya Alma kepada mereka yang tengah serius mengobrol. Alma datang dengan pakaian casualnya. Dengan rambut tergerai panjang dan make up ala kadarnya, membuat sang Ceo itu terpesona. Memang kalau dibandingkan dengan Karin, sangatlah jauh. Karin begitu glamour, sedangkan Alma, meskipun memakai kosmetik yang biasa, namun terkesan sangat luar biasa. "Jadi ini wanita, yang telah membantuku? Kenapa aku tidak ingat ya? Dia manis sekali," ucap Daffa dalam hatinya. Daffa masih menatap gadis itu tanpa berkedip sama sekali. Ia masih terkesima melihat Alma yang kini dia sudah tau siapa perempuan yang setia menemaninya kemarin malam. "Yaelah Bos! Kenapa berdiam diri begitu? Sana sambut dia! Sapa kè kenalan kè, jangan malu-maluin ketampananmu itu dong," bisik Farhan sembari menyenggol lengannya. Daffa pun terperanjat ketika bodyguardnya mengagetkan dirinya. Ia pun gelagapan entah apa yang harus ia lakukan, karena hatinya masih dag-dig-dug tidak karuan setelah melihat wajah Alma yang manis. Bisa dikatakan jika sang Ceo ini telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Doni yang sedari tadi menyaksikan mereka, kini bisa bernapas dengan lega karena ia berpikir jika Daffa adalah orang yang tidak baik, melainkan malahan sebaliknya. "Oh, ma-maaf Nona, kemarin malam saya sudah merepotkan anda, tolong maafkan saya," kata Daffa dengan sopannya. "Saya benar-benar menyesal atas perilaku saya kepada teman-teman kemarin malam." "Oh, tidak apa-apa, santai saja. Kalau begitu saya mau kerja dulu, selamat menikmati, Tuan. Eh iya hampir saja lupa, Anda belum membayar minuman kemarin malam bukan? Jadi tolong nanti bayarnya sekalian saja ya," ucap Alma tersenyum manis. "Oh, siap Nona, siap!" kata Daffa dengan penuh semangatnya. "Okey kalau begitu, saya permisi dulu, masih banyak pekerjaan yang harus secepatnya saya selesaikan," ucap Alma sembari melangkah meninggalkan mereka. Namun, belum juga Alma pergi jauh dari hadapannya, tiba-tiba saja Daffa mengejarnya dan berkata, "Tu-tunggu! Bolehkah saya minta nomor ponselnya, Nona?" pinta Daffa gugup. Sejenak Alma terdiam dan memandang wajah Daffa dengan tatapan yang sangat tajam. Ia berpikir, jika laki-laki tampan itu hanya ingin main-main saja, karena bagi Alma hal ini sudah tidak asing lagi di dunia hiburan malam. "Nona, bolehkah saya minta nomor ponselnya?" pinta Daffa lagi yang membuat Alma tersadar dari lamunannya. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN