33-?Beautiful Eyes?

1527 Kata
-***- Jika bisa menukar posisi, ingin rasanya aku mengambil saat terburukmu untuk aku hadapi. Aku terlalu cemas jika kamu mengalami kejadian buruk yang tak bisa aku bayangkan. _***_ Terlihat seorang gadis menatap sendu ke arah atap sekolah. Ternyata di sana terdapat dua orang siswa yang entah apa yang mereka lakukan. Anehnya gadis itu juga tersenyum menatap mereka. "Senyummu kini kembali. Namun rasanya sakit ketika mengetahui bahwa orang lainlah yang menjadi alasanmu untuk tersenyum." Gumaman Gadis itu terasa menyakitkan jika pikir-pikir lagi. Nampaknya ia sedang patah hati namun di satu sisi ia berbahagia melihat orang yang ia sukai mampu berbahagia kembali. Tes ... Tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi pipi chubbynya. "Sudah cukup kali ini," ujarmya kemudian pergi meninggalkan tempat itu. *** Langit yang tadinya cerah mendadak berawan hitam. Kilat pun mulai nampak menyambar langit-langit. Tak lama kemudian rintik hujan mulai menetes membasahi bumi. Sungguh cuaca yang mendadak berubah-ubah seperti ini membuat susah untuk diprediksi. Dua insan yang tadinya sedang berlarian bercengkerama bersama, kini mendadak terdiam di tempat masing-masing begitu menyadari tetes-tetesan hujan yang mengenai badan mereka. "Hujan!" teriak mereka serentak. Mereka pun bersamaan mencari tempat berlindung dari guyuran hujan yang membasahi seragam mereka. "Ayo kita turun," ajak seorang siswa membawakan tas sang siswi kemudian menarik siswi itu untuk menuju anak tangga untuk turun dari atap gedung tersebut. "Bener-bener sih cuaca gak nentu banget sekarang," gerutu siswa itu begitu telah menuruni tangga. Sang siswi masih sibuk menepuk-nepuk jilbabnya yang basah. "Yah, kayak lo itu, Dif," celetuknya dengan santai. "Bener sih gue sama langit tu sama, sama-sama susah diprediksi." Siswi itu merebut tasnya dari genggaman siswa tersebut. "Iya bener kalau langit hujan mah emang cuma Allah yang tahu. Tapi kalau lo sih emang udah spesies itu lo sekarang. Spesies Bunglon." Setelah memberikan ejekan tersirat, siswi itu pun berlari menjauh dari kejaran siswa berparas tampan itu. "Lo ya awas aja ketangkep!" seru siswa itu masih tetep mengejar kemanapun siswi itu berlari. Mereka nampak saling berkejar-kejaran sekuat tenaga. Langkah siswi itu kecil-kecil hingga mau tak mau ia harus beelari ekstra untuk mengjindari kejaran siswa laki-laki tadi. "Woy, Dif, udah ah capek gue," seru siswi itu mulai kewalahan meladeni langkah lari laki-laki itu yang super. "Idih lo yang mulai juga," balas siswa itu telah tiba di depan siswi berjilbab itu yang masih mengatur napasnya yang tak beraturan. "Gak kuat gue. Kalau gue pingsan berabe gue." Siswi itu pun menepi dan duduk di bangku karidor kelas. Ia nampak mengeluarkan sebuah botol dari tasnya. "Kalau lo pingsan, bakalan gue tinggal sih." Siswi itu menandaskan seluruh air yang ada di botolnya itu. "Sembarangan lo, Dif, jahat banget," sahutnya setelah merasa berkurang dahaganya. "Ahelah gue juga aus kali, Tang," gerutu siswa bernama Radif itu begitu melihat botol milik Calista telah kosong. "Lo gak bilang sih," jawab Calista tanpa rasa bersalah. "Peka kek lo mah." "Ya udah sih udah abis juga minum gue. Masa iya gue muntahin lagi air yang barusan gue minum," jawab Calista asal. "Iiii jijay lo, Tang. Dah ah yok balik. Udah jam empat," ujar Radif kemudian berdiri untuk meninggalkan Calista. "Lo duluan aja deh, gue nunggu Kak Ken jemput." Radif yang baru berjalan beberapa langkah pun terhenti. "Ya udah gue tunggu," katanya kemudian berbalik melangkah mendekati Calista lagi. "Eh eh lo duluan aja kali santai gue mah." Bukannya menjawab, siswa itu malah kembali duduk di samping siswi itu. Dengan santainya ia mengambil ponsel Calista dan mengotak-atiknya. "Eh lo mau apain!" pekik Calista terkejut. "Pelit amat. Ini ada gamenya gak?" Calista menghela napas tak habis pikir dengan tingkah sosok Radif ini. "Game di sh*pee adanya." "Lah kebiasaan cewek mah daripada masang aplikasi game, malah aplikasi belanja. Awas khilaf nanti ngabisin duit," ucap Radif mulai mode nyinyirnya itu. "Biarin weh. Lagian lebih bermanfaat aplikasi belanja. Kalau game mah bikin khilaf sama waktu," balas Calista membuat Radif tak bisa menjawab lagi. Radif yang bosan pun meletakkan kembali ponsel milik Calista itu. Ia kemudian mengelurakan ponselnya. "Eh iya, lo belum cerita loh," ujar Radif tiba-tiba mengingat sesuatu yang terlupa. Calista yang juga baru mengingatnya pun menampakkan raut terkejut. "Iya juga, lupa kan gegara lo jail tadi sih." "Kak Ken jemput jam berapa?" tanya Radif kemudian. Calista menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya lantas menjawab, "bentar lagi sih kayaknya. Kak Ken biasanya pulang kantor jam empat." Raut wajah Radih nampak melas. "Yah, gagal ceeita nih? Penasaran banget gue padahal." Calista yang nampak tak tega pun tertawa sembari memberikan jawaban jalan tengah. "Ya udah gue cerita sedikit hari ini. Besok gue sambung lagi." Akhirnya Radif pun menyetujui ide yang Calista bicarakan. Radif dengan serius menyimak Calista yang masih terbengong merangkai kata-kata. "Jadi kemarin gue bolos sekitaran sebulan itu karena sesuatu," cerita Calista membawaknnya dengan humor. "Iya gue tau, Tang, lanjut dah!" ucap Radif tak sabaran. "Gue harap sih lo jangan syok ya. Dan dibawa santai saja." Radif lantas mengangguk mengerti. Calista sedikit terkekeh melihat raut penasaran yang Radif tunjukkan. "Jadi bener apa yang lo sangka itu, gue mengalami kecelakaan. Dan yang lo maksud Wendya dapet kabar itu kayaknya waktu bunda gue telepon." "Terus lo kecelakaan kenapa? Kok bisa sampe sebulan gak masuk? Apa lo sempet koma?" tanya Radif semakin penasaran. "Sebenarnya gue gak kena kecelakaannya apalagi sampe koma itu enggak. Gue lama di rumah sakit dan enggak sempet izin sekolah dan ngabarin pak ketua tu karena gue dapet musibah dicabut indera pengelihatan gue," lanjut Calista memaparkan apa yang terjadi kala itu. Raut wajah Radif tak bisa dikondisikan. Ia terbelalak dan melongo. "Gimana-gimana lo ... lo buta? Seriusan?" tanya Radif dengan terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja Calista menganggukkan kepalanya dengan tersenyum sendu. Lantas ia memandang ke arah lain menerawang kejadian yang baru saja ia rasakan. "Wajar sih kalau lo gak percaya, soalnya lo lihat sekarang gue udah jadi orang normal lagi. Tapi beneran gue gak bohong. Gue sempet mengalami masa-masa gelap itu." Radif menutup mulutnya terkejut. Sepertinya ia masih syok dengan cerita yang baru saja ia dengar. "Maaf, Tang, gue baru tau kabar lo ini. Ya Allah, terus gimana lo kemarin?" "Yah gimana lagi, gue coba pasrah walaupun sebenarnya gue sempet down dan gak bisa buat diajak komunikasi. Gue sama syoknya kayak lo. Waktu gue buka mata, cuma gelap aja yang gue lihat. Dan lo tahu, yang lebih nyesek lagi bunda gue nangisin gue tiap malem. Walaupun gue gak tau dan bunda selalu diem-diem nangisnya, gue tetep tahu karena telinga gue mendadak sensitif setelah gue gak bisa lihat lagi," jelas Calista kembali. Radif terlihat iba dengan apa yang Calista alami. Sorot mata kesedihan dan rasa prihatin terpancar begitu saja dari katanya yang menatap Calista masih tak percaya. "Gue sebenernya mau ceritain kronologinya, tapu kayaknya kakak gue udah di depan deh. Ini udah jam setengah lima. Guebtakut dimarahun gegara kelamaan nunggu gue," sahut Calista yang terlihat terburu-buru mengemasi barang-barangnya. "Lo gak perlu iba sama gue, Dif, lo lihat sendiri gue alhamdulillah atas izin Allah dikembalikan indera pengelihatan gue," lanjut Calista tersenyum sembari menggendong tasnya. "Sedih banget gue baru denger ini, Tang." Wajah Radif hanya bisa tertunduk lesuh. Meski begitu ia masih terlihat menyembunyikan keterkejutan yang tak ia sangka. Calista sontak terkekeh. "Ternyata lo bisa melow juga ya, Dif. Udah ah gue mau ke gerbang duluan ya." Radif mendongakkan kepalanya. Ia mengulas senyum berbeda. "Oke boleh gih. Hati-hati ya, jaga mata lo itu baik-baik." Rasa cemas nampaknya bersemayam dihati Radif begitu mendengar cerita Calista tadi. Wajar saja, mereka memang teman dekat. Dan lihat saja kemarin Radif sampai kepalang panik nendengar kabar hilangnya Calista dan ditambah ia mendengar kabar bahwa Calista mengalami kecelakaan. Nampaknya rasa sayang yang Radif miliki kepada Calista akan semakin nampak jelas meski Radif berusaha menutupinya dengan candaan yang selalu ia lontarkan untuk Calista. Kita lihat saja sejauh mana mereka akan mengenal dan mempertahankan satu sama lain. "Iya, Dif, lo juga ati-ati bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut, nanti gue toyor kepala lo," jawab Calista berusaha memberikan humor dan mengubah suasana hati Radif. "Iya-iya. Udah sono ke gerbang, keburu ngomel Kak Ken-nya nanti dikira gua apa-apain lagi adeknya." "Yeee apaan dah lo, Dif, gak jelas. Ya udah dari pada makin ngelantur, gue pulang duluan ya. Assalamu'alaikum," pamit Calista dengan melambaikan tangannya. Radif kemudian menyambut. "Hahaha elah canda bintang kejora. Ya udah sama keburu malem, gue juga mau pulang. Wa'alaikumussalam," balas Radif kemudian Bintang berbalik untuk meninggalkan Rafif di sana. "Gue tunggu besok di rooftop loh. Lo masih utang cerita ke gue," teriak Radif dengan membuat janji kembali dengan Calista melanjutkan ceritanya yang belum selesai. Calista membalikkan badannya menjawab dengan mengisyaratkan dua jempol yang artinya menyetujui janji yang dibuat Radif. Kemudian ia kembali berbalik dan melanjutkan langkah untuk keluar sekolah dan pulang. Wajahnya masih menampakkan ke khawatiran kemungkinan besar akibat cerita Calista yang mengiris hati itu. "Gue masih gak nyangka sih, Tang, lo bisa ngalamin musibah berat itu sendiri. Sepertinya gue kurang bersyukur, cobaan yang Allah timpakan ke gue lebih ringan dari apa yang Bintang hadapi." "Gue harap lo dijauhkan dari hal-hal buruk, Tang. Dan gue harap lo semakin kuat. Gue cuma bisa titipin lo sama penjagaan Allah," bisik Radif menatap kepergian Bintang hingga menghilang dari pandangannya. Ia kemudian melanjutkan langkahnya ke parkiran untuk ikut pulang. Anehnya jika dilihat-lihat langkahnya nampak lesuh. Sepertinya ia masih terpikir dengan kejadian yang baru saja Calista sampaikan kepadanya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN