06. Rahasia asmara.

1135 Kata
Felicia diam-diam menemui Edzard di ruang bawah tanah, selagi Edward pergi menemui kolega perusahaannya. Jangan sampai Edward tahu jika dirinya menemui adik dari pria tersebut. Dengan perasaan was-was Lily menjaga pintu dia sangat takut sejujurnya namun demi sang nona Lily mau melakukan segalanya meski nyawanya yang akan menjaga taruhan nanti. "Felicia." Edzard yang baru saja datang langsung memeluk erat tubuh wani tercintanya. "Kakak, aku merindukanmu mu." isak Felicia di dalam pelukan Edzard. Dia benar-benar tersiksa berada dalam posisi ini. "Bagaimana kabarmu? Apa kakak mu memperlakukan mu dengan baik?" tanya Edzard sembari menangkup kedua pipi Felicia. "Maafkan aku," Felicia menunduk, dia merasa begitu bersalah pada kekasih ini. "Katakan padaku, apa yang terjadi?" panik Edzard. "Aku ... aku tidak bisa menjaga kesucian ku. Maafkan aku." Edzard merepalkan kedua tangan nya erat, giginya gemeletuk menahan amarah. Dia merasa terkhianati di sini. Wanita yang katanya hanya akan memberikan cinta seutuhnya untuk dirinya nyatanya semua hanya ucapan dusta. PLAKK!! Edzard tak bisa menahan amarahnya. Dia menampar wajah Felicia hingga membuat wanita itu terhuyung hampir jatuh. Felicia menatap syok ke arah pria di hadapannya, seraya memegangi pipo kanannya bekas tamparan sopan pria yang selamat ini sangat ia puja. "Kau! Berani sekali mengkhianati diriku! Siapa dirimu, hah?! Kau hanya wanita rendahan. Harusnya kau merasa beruntung sudah berhasil menarik perhatian ku. Tapi apa, hm? Sekarang kau tidak lebih dari seorang w************n!" "Cukup! Apa bedanya diriku dengan dirimu, hah?! Kau bahkan menikah dengan kakak ku. Dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Aku menahan sakit selama ini. Aku hanya bisa menahan sesak di dalam hatiku, saat aku melihat mu bersama dengan kak Elois." emosi Felicia, tubuhnya bergetar. Felicia hancur luar dalam, dirinya merasa hanya bahan mainan bagi Edzard. "Maafkan aku, maafkan aku." Edzard memeluk tubuh Felicia namun tatapan pria itu terlampau datar. "Maukah kau membantuku, hm?" Felicia mendongakkan wajahnya menatap wajah sang kekasih. "Apa?" "Curi permata milik kakak ku, jika kau berhasil maka aku akan menceraikan Elois dan menikah denganmu. Aku akan menguasai perusahaan keluarga besar Lukas dan mempersunting mu menjadi istriku. Kita akan bahagia bersama, Sayang." Felicia terdiam, benarkah apa yang dikatakan kekasih nya ini? Jika iya, maka Felicia akan merasa sangat bahagia. "Apa kau sungguh-sungguh?" tanya Felicia memastikan. "Iya, aku berjanji padamu." Edzard mengecup pucuk kepala Felicia. Tanpa mereka sadari, Elois diam-diam mengikuti suaminya dan melihat semua apa yang prianya lakukan dengan adik tirinya. Elois pergi ke kediamannya dan menemui kedua orang tuanya. Dia mengadu pada mereka tentang apa yang dilihatnya, tentunya kedua orang tuanya sangat marah pada Felicia. "Wanita gila itu! Ck, benar-benar." Geram Helena, ibu Elois. Menatap nyalang suaminya seakan menyalahkan pria tersebut karen membawa Felicia ke dalam keluarganya. "Kenapa anakmu selalu saja membuat putriku menderita, hah?! Dia sudah memiliki suami kenapa masih menggoda suami Elois?!" "Tenanglah, aku akan memanggil nya dan memberi peringatan padanya!" marah pria itu yang di kenal dengan sebutan Charles. Felicia kembali ke kamarnya, dia hanya diam semenjak bertemu dengan Edzard. Kata-kata pria itu terngiang di dalam kepalanya. Dia sedikit ragu dengan ucapan Edzard. "Nona, apa yang terjadi? Kenapa pipi Nona memar?" panik Lily. "Aku hanya terjatuh tadi." alasan Felicia. Tak lama Edward datang dan memandang nyalang ke arah Felicia. Sedang yang merasa dipandang pun hanya menunduk takut, jangan sampai Edward melihat memar di wajahnya dan mengetahui jika dirinya baru saja bertemu dengan Edzard. Edward menggerakkan dagunya mengusir Lily dari sana. Felicia yang merasa gugub dan tertekan tanpa sadar memejamkan matanya lalu dalam sekejap jiwanya digantikan Callista. Edward menautkan kedua alisnya melihat bagaimana wanita di hadapannya berubah dalam hitungan detik. "Ada apa denganmu? Jangan berpura-pura di depanku." Callista membuka matanya, tatapan mata itu begitu berbeda dari Felicia. Dia menatap sosok pria yang berdiri tegap di hadapannya. Lalu meraba pipi kanannya yang terasa ngilu. "Ada apa dengan wajahku?" gumamnya. "Ck, ratu drama." Cibir Edward. Callista memicing tajam ke arah Edward, sembari berdiri tegap dihadapan pria tersebut seakan menantang nya. "Apa maksudmu, hah?! Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada wajahku." Edward hanya mengangguk malas, dia menganggap jika wanita di hadapannya ini berpura-pura, hanya karena ingin menghindari pertanyaan nya. Walau Edward sendiri tahu jika istrinya baru saja bertemu dengan adiknya. Tentunya dia sudah bertanya pada Lily, dan wanita itu tidak mungkin membohongi dirinya. Callista merengut kesal, dia menatap Lily dan meminta penjelasan. "Katakan apa yang terjadi padaku hari ini." Lily kebingungan namun dia tidak bisa melakukan apa-apa selain mengatakan jika sang nona baru saja bertemu dengan kekasihnya. Hah, rasanya sangat konyol. Apa mungkin nonanya ini mengalami gangguan jiwa sungguhan? "Nona baru saja bertemu dengan tuan Edzard, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya pada kalian." cerita Lily. Callista mengangguk paham, lalu beranjak dari tempat duduknya. "Apa di sini tidak ada n****+?" "n****+?" bingung Lily, seumur-umur dia tidak pernah mendengar kata-kata itu. "Iya, n****+. Buku cerita yang menceritakan tentang cinta." senyum Callista membayangkan buku-buku kesayangannya. "Oh, ada." Lily bergegas mengambil buku yang tersimpan di ruang khusus di sana lalu memberikan buku tersebut pada Callista. Callista terlihat aneh menerima buku usang tebal yang diberikan pelayannya. "Ini apa?" "Buku cerita tentang kisah cinta dari leluhur keluarga tuan Lukas sampai mereka memiliki penerus. Kisah mereka sangat melegenda, dan sangat romantis." cerita Lily. "Bukan ini yang aku maksud. Aku tidak ingin tahu silsilah keluarga Lukas. Aku hanya ingin membaca buku n****+. Ah, aku jadi ingin kembali pulang." malas Callista. "Nona ingin pulang? Biar aku antarkan." "Kau bisa mengantarkan aku pulang ke duniaku?!" seru Callista semangat, sembari mengguncang kedua bahu Lily. "Dunia Nona? Eum, apa yang Nona Maksud?" Lily semakin bingung. "Aku bukan Nona mu, aku orang lain." Jelas Callista. "Heh, Nona. Sebaiknya jika Nona ingin pulang besok saja, ya. Sekarang Nona harus tidur dan minum obat. Sepertinya Nona tidak baik-baik saja." Callista menggelengkan kepalanya, sudah ia duga jika dirinya akan dianggap aneh jika berkata yang sesungguhnya. Lily memberikan obat tidur untuk Callista. Kemudian dia pergi meninggalkan ruangan tersebut. "Kenapa keadaan Nona semakin parah?" sedihnya. Edward masuk ke dalam ruang kamarnya, berpapasan dengan Lily. "Apa ada yang aneh dengan Felicia?" tanyanya. "Keadaan Nona semakin aneh, Tuan. Dia mengatakan jika ingin pulang ke dunianya." Edward yakin jika Felicia benar-benar mengalami gangguan jiwa namun di sisi lain dia tetap waspada, takut jika Felicia hanya menggunakan cara licik untuk memperdaya dirinya. "Denis, buat duplikat palsu permata milikku." perintahnya. Dan di angguki paham oleh sosok pria yang merupakan sekretaris pribadi Edward. Edward menatap Felicia yang tertidur pulas di atas ranjangnya. Wajah wanita itu begitu polos untuk dikatakan sebagai seorang penjahat. "Apa yang kau cari dari Edzard, hm? Kenapa kau begitu menurut perintahnya?" gumam Edward, menunduk dan mengecup dahi Felicia. Tak lama terdengar suara langkah mendekat ke arah pintu ruang kamar Felicia dan Edward. Edward hanya melirik sinis ke arah mereka , menunggumu apa yang akan terjadi. "Tuan, keluarga Nona Felicia ingin bertemu." "Katakan jika Felicia sedang tidur." ucap Edward, dia tidak suka dengan kedatangan keluarga dari istrinya. Edward tahu jika keluarga Felicia sangatlah licik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN