Beberapa hari setelah mengejar Callista, Edzard sadar tak dapat mendekati gadis tersebut hingga pada akhirnya dia bertemu dengan Elois dan mulai jatuh cinta padanya.
"Terima kasih atas tumpangannya." Elois hendak keluar dari mobil Edzard namun sang empu menahannya.
Elois memicingkan kedua matanya menatap penuh curiga ke arah Edzard. Bukan apa-apa, hanya saja Edzard selalu saja membuat ulah selama ini dan itu cukup membuat Elois trauma akan tingkah ajaibnya.
"Kau bilang jika aku membutuhkan bantuanmu maka aku harus mengatakannya?" Tanya Edzard memastikan.
Elois mengangguk pelan dengan wajah penuh curiga. Edzard bertepuk tangan dengan semangat, dia mengambil sebuah undangan mewah dari dasboard mobilnya lalu memberikan ke arah Elois.
Elois membuka undangan tersebut dan membacanya dengan seksama. Ia membuang undangan tersebut dengan cepat ke arah pangkuan Edzard. "Tidak! Aku tidak mau!" Elois menggelengkan kepalanya brutal.
Klik!
Edzard pun membuka kunci mobilnya sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain enggan menatap Elois. Wajahnya terlihat murung dan hal itu membuat Elois merasa tidak nyaman. "Baiklah tak apa. Seharusnya aku tahu diri jika kau tak akan sudi membantu
pria malang sepertiku ini." Gumam
Edzard sembari memainkan kukunya.
Elois merotasi kedua matanya dengan jengah melihat drama yang dilakukan oleh Edzard. Dia selalu dibuat takjub dengan perilaku pria di sampingnya ini, seketika dia menjadi manusia paling hina di dunia ini setelah mendengar ucapan Edzard.
"Baiklah aku ikut denganmu." Final Elois lalu keluar dari mobil Edzard.
Namun dengan cepat Edzard menyusulnya lagi menahan lengannya membuat Elois menatap kesal ke arah Edzard.
"Apa lagi?" Elois berusaha sabar.
Edzard memeluk erat tubuh Elois lalu tanpa ijin mengecup kedua pipinya dengan gemas, tak perlu waktu lama dia sudah kabur masuk kedalam mobilnya. Elois mengambil batu di kakinya lalu melempar ke arah mobil Edzard namun meleset.
"PRIA m***m SIALAN!" Elois berteriak murka.
la pun berjalan menuju rumahnya dengan wajah masamnya. Namun tak lama dia berusaha menyembunyikan senyumannya sembari menyentuh pipinya.
Edzard sedang bersiul santai di dalam mobil menunggu Elois yang sedang bersiap-siap mengakhiri sift nya lebih awal. Tak lama Elois keluar dari kantor tempat kerjanya lalu berjalan ke arah mobil Edzard sembari mematik rokoknya. Edzard menggelengkan kepalanya takjub karena melihat betapa panasnya Elois di matanya.
Cekleek.
"Buka jendela mobilmu. Aku ingin merokok." Ujar Elois sembari masuk kedalam. Edzard menurutinya dan mereka pergi
ke rumah Edzard untuk bersiap-siap.
Elois menaikkan sebelah kakinya sembari merokok santai membiarkan angin menerpa wajahnya yang terlihat dingin dan cuek.
"Ingat. Nanti kau harus tetap di
sampingku." Ujar Edzard sembari
mengelus tengkuk Elois.
Elois menelan ludahnya kasar karena elusan di tengkuknya membuat tubuhnya merinding. Sebelum ia menyingkirkan
tangan Edzard, pria itu lebih dulu
menyingkirkan tangannya. Dan mereka pun sampai di rumah
Edzard yang sudah terdapat make
up artist yang disewa Edzard untuk membantu mereka berpenampilan sempurna. "Apa aku perlu mandi?" Tanya Elois
sembari melepas mantelnya.
Edzard mengangguk dengan pasti
lalu membawa Elois ke kamarnya. Elois menatap Edzard dengan panik saat pria itu ikut masuk kedalam kamar mandi bersamanya.
"Apa yang kau lakukan?! Sana keluar!" Usir eloi sembari mendorong tubuh Edzard.
"Kenapa kau begitu panik? Kita
sama-sama nakal. Dan seharusnya kau sudah terbiasa tak masalah mandi bersama dengan ku." Ejek Edzard membuat Elois seketika menatapnya datar.
Edzard melepas pakaiannya dengan tatapan menantang ke arah Elois seolah mengejek mengenai kenormalan Elois. Hal itu terlihat menjengkelkan
di mata Elois.
Elois pun melepas semua pakaiannya dan melempar ke arah wajah Edzard lalu mulai mandi. Dan sekarang justru Edzard yang terdiam kaku dengan wajah tertekan, kedua matanya menatap
lurus ke arah bongkahan putih Elois yang bulat terlihat kencang. Terdapat tato ular di bagian pinggangnya turun ke bagian kaki
dalamnya.
"Sial." Lirih Edzard menunduk
menatap miliknya yang sudah menegang sempurna.
Elois membalik badannya dan ia
memundurkan langkahnya dengan reflek karena terkejut ketika melihat ukuran milik Edzard.
"m***m sialan. Kenapa itumu
berdiri?!" Elois sudah bersiap menendang milik Edward namun dengan cepat Edzard menjauh.
Edzard berjongkok di ujung sembari menutupi miliknya. Menatap takut ke arah Elois, tentu saja dia masih ingat bagaimana rasa sakit ketika Elois meremas kuat miliknya hingga sedikit membengkak.
"Pria sialan." Geram Elois lalu
menyelesaikan mandinya dengan cepat.
Mata Edzard beralih ke arah milik Elois yang tersembunyi. Miliknya berkedut pelan membayangkan hal yang tidak- tidak. Edzard memejamkan matanya erat sembari mengeraskan
rahangnya.
"Jangan bersikap murahan, Edzard." Edzard mengepalkan
tangannya berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Elois merotasi bola matanya malas
mendengar celotehan Edzard. Ia sudah selesai mandi lalu mengambil handuk kering di sana dan berhenti di samping Edzard. Ia menggertak Edzard seakan ingin menendangnya namun dengan cepat Edzard melindungi tubuhnya.
"Cepat mandi." Ujar Elois sembari terkekeh pelan.
Ia pun keluar dari kamar mandi
mengabaikan Edzard yang menatap siluetnya dengan pandangan tercengang seakan dia baru saja kehilangan ruhnya.
Pasalnya wajah Elois saat terkekeh
tadi sangat sexy di matanya.
"Aku tidak salah jatuh cinta." Edzard mengangguk dengan pasti.
Elois lebih dulu didandani ala
kadarnya oleh MUA tersebut dengan pakaian yang rapi dan elegan, bahkan ia melepas semua tindikan di wajahnya. Lalu dia menunggu Edzard di halaman rumah sembari merokok, dia
melonggarkan oakaianny karena sedikit risih memakai pakaian formal seperti ini namun dia harus menahannya beberapa jam.
"Ayo berangkat Sayang." suara Edzard terhenti saat dia menatap penampilan Elois.
Elois berdiri sembari tetap
menghisap rokoknya. Edzard
menghembuskan napasnya dengan perlahan, dia tak tahan dengan penampilan Elois yang sangat panas.
la pun menarik gaun Elois hingga
jarak mereka sangat dekat.
"Kau harus terlihat rapi sebagai pasangan ki." Ujar Edzard sembari
merapikan baju Elois.
"Kurasa kau memilih orang yang
salah. Aku bukan orang yang seperti itu. Aku lebih suka memakai pakaian yang minim asalkan terasa nyaman."
Elois menepuk sekilas pundak
Edzard. Lalu dia berjalan lebih dulu masuk kedalam limousin yang sudah disiapkan Edzard. Pria itu menyusul Elois dan duduk di depannya.
"Bukan seperti itu maksudku Baby. Walau kau sedikit nakal dan menyeramkan namun aku tetap menerimamu apa adanya." Edzard mengelus sayang pipi Elois.
Tatapan Elois sangat datar, dia
merasa muak mendengar bualan
Edzard yang sebenarnya membuatnya sedikit malu namun ia berusaha tak memperlihatkannya.
Malam ini mereka akan pergi ke sebuah pesta pernikahan teman
Edzard, dengan salah satu sususan
acara 'kedekatan dengan pasangan' yang mana membuat Elois menolaknya mentah-mentah semalam. Namun padaakhirnya dia memilih menerima ajakan
Edzard.
Mereka pun sampai di sebuah gedung hotel bintang 5 yang terlihat sudah ramai dengan mobil-mobil mewah. Mereka
keluar dan Edzard menyodorkan
lengannya, Elois menatap bingung ke arah Edzard.
"Peluk lengan suamimu Sayang."
Edzard menarik paksa tangan
Elois agar memeluk lengannya.
Elois terlihat menahan amarahnya
namun dia menuruti Edzard.
Setidaknya dia tak ingin mempermalukan dirinya sendiri di sini dengan bertindak konyol memukuli rahang tegas Edzard.
Edzard memberikan undangan
VIP dan mereka diperiksa lebih dulu.
Setelahnya mereka masuk dan Elois terkejut melihat dekorasi yang sangat mewah dengan banyaknya makanan, kedua matanya terlihat tertarik dengan
makanan yang ada di sana tak peduli dengan banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.
"Selamat atas pernikahanmu kawan." Edzard menyalami temannya yang menikah.
Ia menarik kepala Elois yang
menoleh ke arah makanan agar menatap ke arah pengantin. Elois pun mendongak dan ia pun menyalami kedua belah pihak.
"Kekasih barumu?" Tanya salah satu dari mereka sembari meninju pelan d**a bidang Edzard.
"Calon istriku." Jawab Edzard dengan santai membuat Elois melirik tajam ke arahnya.
Edzard tertawa canggung sembari
merengkuh pinggang Elois dengan
paksa. Lalu mereka pun membaur dengan tamu yang lain, Edzard menyapa banyak orang sedangkan Elois hanya memasang wajah malasnya karena harus menunggu Edzard.