Aku dan Dian perlahan menapaki tangga kayu yang jumlahnya hanya 5 anak tangga. Setelah sampai di atas -teras rumah-aku menengok ke samping kiri dan di sana masih kulihat mesin jahit yang kini telah ditutupi oleh kain putih. Angin berhembus kasar sekali lagi. Dian melangkah mendekat. Dadaku berdebar-debar tak karuan, bisa kurasakan hawa dan suasana yang tak biasa ketika naik ke rumah ini lewat anak tangga. Bangunan rumah ini sepenuhnya terbuat dari kayu, tangganya dari kayu bulat-bulat yang dipasang begitu saja untuk menapaki rumah. Hanya ada beberapa bohlam lampu di teras, jadi ketika malam menjelang, mungkin penerangan tak begitu terang. Di ambang pintu kulihat perempuan tua itu tengah duduk menonton televisi. Saat ia menoleh ke arah kami, tatapan matanya yang mengerikan dan syara