Kegugupan

1123 Kata
''Eh? Ehehehe~sori Ma, tadi Sarah mimpi jadi Faza. Met pagi, Mama cantik. Sekarang Mama keluar dulu. Sarah mau mandi.'' Fyuh! Untung Faza segera sadar kalau sedang ada dalam badan kakaknya. Langsung saja, Faza mendorong sang Mama keluar meski beliau protes. Pastinya wanita paruh baya yang masih cantik itu bakalan mengira anak perempuanya benar-benar stress karena adik laki-lakinya koma di rumah sakit. ''Sarah, Mama ke pasar dulu, ya. Sarapan udah ada di meja.'' ''Iyaaaa... Maaaaa...'' teriak Faza dari dalam. Ia terkekeh pelan mendapati suaranya yang lebih halus, tak bass seperti biasanya lagi. ''Bahh!! Sialan! Gue gak bisa main solo kalau gini,'' gumam Faza dengan kampretnya saat sudah berada di kamar mandi. Yah, Faza kan juga cowok yang otaknya dipenuhi hal nista. Nonton bokep kemudian muncrat itu sudah sering terjadi pada dirinya. Namun, kalau dengan tubuh ini... arghh! Faza tak tega!! Bagi Faza, kakaknya ini begitu suci dan murni bagai bidadari tanpa dosa. Makanya dia tidak pernah merelakan sang kakak didekati oleh Farel sejak dulu. Setelah berkutat di kamar mandi selama 20 menitan, Faza keluar. Dipakainya kemeja lengan panjang dengan bagian siku digulung miliknya dan jins kepunyaan Sarah. Tiga kancing kemeja ia buka. Dalamannya kaos merah. Rambut ia kuncir seperti ekor kuda, namun Faza tak sudi menggunakan make up. Ia tampil alami saja. Oh... Catat juga, ia terpaksa memakai bra dan dalaman kakaknya! Sesudah sarapan, Faza tancap gas ke kampusnya—ralat—kampus Sarah. Tujuan utama meski terpaksa... minta maaf ke Farel. Tak berapa lama, dia sudah berada di kampus sang kakak. Btw, di mana Farel? ''Apa lo pada lihat-lihat, hah?!'' bentak Faza ke orang-orang yang memperhatikannya, apalagi bisik-bisik. Please, Za... Sarah tak seperti itu penampilannya. Maklumi saja sih, Faza memang rada meledak-ledak. Seperti biasa, Farel datang ke kampus dengan dandanan yang pasti bikin cewek-cewek gigit bibir sambil natap nepsong alias napsu. Atau kalopun ada yg jenis pemalu, pasti natap dia curi-curi maling gitu. Farel emang pangeran kampus. Semua suka dia... entah cowok maupun cewek. Tapi Farel udah mantap sekarang... cuma hanya Sarah satu-satunya. Tak ada lagi selir-selir dan para dayang. Cukup Sarah jadi Ratu bagi Farel. Dia bakal mengakhiri masa kejayaan istana haremnya. "Farel baby... nanti malem ada acara? Ayuk kita—" "Sori, bebi sapi... ane sibuk. Kita udah end. Muah!" Farel memotong omongan seorang cewek yang entah siapa namanya dia tak tau. Cuma kencan semalam doang. Kagak sempet nanya nama. "Fareelll darling... kau mematahkan hatiku, my prince..." Cewek tadi mengejar Farel, belum mau nyerah. Farel menoleh sekejap doang. "Ente maunya ane patahin hati apa patahin kaki?" Dan cewek itupun melongo lalu lari lebai ke semak-semak. Auk ngapain, Farel tidak menggubris. Farel meneruskan jalannya sambil mencangklong ransel kecilnya. Tak berapa lama, mata lebar miliknya ngeliat sekelebat bayangan Sarah. Farel pun mengejar. "Sarah!" Tap... tap... tap... "Sarah, apa ka—bar..." Farel yang tadinya udah semangat perjuangan, tapi begitu liat penampilan sang calon Ratu, suaranya langsung lunglai. "Sarah, kamu pake baju siapa? Kok..." Farel ampe kehilangan kosakata.  ''Kenapa? Gak suka?'' Faza sudah melotot gahar ke arah Farel yang sepertinya terkejut. Tentu saja, siapa yang tak terkejut melihat penampilan sang pujaan hati dengan cara berpakaian tak biasa, coba? Bahkan... Farel pun juga. Oke, Faza lupa itu. Ia merasa tak enak sekarang karena membuat keributan di hari pertama kuliah. 'Ah! Paling kak Sarah dikira lagi stress karena gue koma.' Faza mengelus tengkuknya tak enak, menyadari penampilannya memang absurd. Kemeja, kaos dan celana jins. Belum lagi memakai sepatu kets karena Faza tak biasa dengan sandal wanita. Tapi jika cara agar Farel berhenti mengejar-ngejar Sarah hanya dengan cara ini, maka Faza akan lakukan. Tapi rasanya tak menyenangkan sama sekali jika tak membuat pria itu menderita sedikit. Yah, mungkin dia musti memberi sedikit pelajaran pada playboy kakap satu ini? Hei! Faza mau buktikan saja tak semua wanita bisa jatuh hati pada Farel. Meski ia yakini sebenarnya Sarah pun diam-diam menyukai Farel. No! Lagipula, menjadi wanita itu adalah hal langka yang bisa dirasakan seorang pria. Jadi kenapa tak ia nikmati saja dulu? Kakaknya tak akan marah kok, pasti! ''Oi, yang kemarin gue minta maaf ya, Rel. Ituuuuu lho, yang ngintipin lo di kamar mandi pas sibuk main solo,'' ucap Faza tanpa rasa bersalah. Belum lagi ucapannya didengar beberapa orang pula. Farel merasakan lidahnya kelu tanpa bisa menyahut. Memangnya dia harus memberikan sahutan apa atas kalimat ajaib Faza yang didendangkan cukup keras? ''Dah! Pokoknya lo harus maafin gue!'' Faza menepuk pundak Farel cukup keras kemudian tergelak. Habisnya, ekspresi pria ini lucu sih. Apa penampilannya seaneh itu? Sehabis itu, ia rangkul bahu Farel dan melangkah ke arah kelas... Sarah. Ngomong-ngomong, Sarah jurusan apa, sih? Faza tak pernah bertanya soal itu karena menurutnya tak penting. Nah, sekarang ia bingung kan mau masuk kelas mana, tsk!  Farel manut dirangkul. Toh hal begini termasuk langka, kan? Biasanya dari dulu paling banter cuma jalan bersisian doang sambil Sarah mesem-mesem malu gitu. "Sar, kamu beneran baek-baek aja? Kenapa kamu sekarang jadi mirip adekmu, sih? Sampe pakaian aja gaya-gaya adekmu." Nah loh! Farel merasakan sesuatu. ''Apa'an sih? Ini gu-Sarah lah! Y-Ya, gue cuma...cuma kangen ama Faza.'' Mencoba berkilah, mencari alasan yang tepat adalah hal bagus. Faza mencoba menunjukan ekspresi paling sedihnya di hadapan Farel agar pria itu percaya. "Bukannya aku sok perhatian ama adekmu. Tapi aku pahamlah gimana dia." Langkah kaki mereka jadi jalan sembarangan. Sekarang mereka malah nyampe ke aula utama. Langkah pun dihentikan Farel ketika udah di depan aula. "Ini kita mo ke mana, sih Sar? Kenapa nyampe sini? Kan fakultasmu beda ama aku." Nah... nah... gimana tuh kalo gitu? Apalagi Farel memandangi Sarah dengan raut heran dan ada sedikit curiga gitu.  ''Err...''  Faza nepuk pundak Farel sangat keras sampai si empu kesakitan kemudian tertawa. Sumpah! Ia canggung karena tak tahu sebenarnya jurusan Sarah itu apa?! ''Gue kangen Faza. Kegantengan dia, cara dia bersikap, suara badass dia. Pokoknya semua...hiks! Fareeeeellll~'' Dengan seenak dengkul, Faza menerjang Farel dengan pelukan mautnya. Tersedu-sedu palsu sambil peluk super erat pria tersebut sampai kesusahan nafas. Ia sesegukan pelan, menenggelamkan wajah di perpotongan leher Farel padahal ketawa laknat dalam hati. Akting Faza udah bagus belum sih sekarang? Apalagi tadi ia sempat narsisin diri sendiri dengan mulut sang kakak. Hohoho! Abaikan saja para penggosip sialan yang menatap posisi keduanya. Apalagi Sarah yang terlihat menangis. Mereka paling mikir, apa Farel kembali membuat anak gadis orang nangis? GYUUTT~ Owh, pasti kerasa asoy, kan Farel? Body Sarah yang bohay nempel erat di tubuh lo? Ditambah dadanya yang nekan-nekan d**a lo? So pasti~ Demi k****t ibu peri yang dicolong voldemort... dari sekian tahun Farel termehek-mehek mengejar Sarah, baru kali ini si cewek meluk dia! Sumpah! Someone? Anybody? Ada yang bisa abadikan scene ini dalam sebuah jepretan kamera, plis? Farel bakalan berterimakasih banget kalo ada. Kalo perlu bakal dia bayar mahal, deh! Acara termangu sang (mantan) playboy pun selesai. Dan Farel dengan riang hati balas peluk tubuh aduhai Sarah. Kira-kira udah mirip adegan Yoko pelukan ama Bibi Lung, nggak? Sumpah, bro, dia merasa tampangnya adalah perpaduan Andy Lau ama Brad Pitt, loh! "Ermm... iya... iya... aku ngerti, kok kamu sayang banget ke Faza. Nanti kita tengok bareng, mau?" rayu Farel so sweet banget. Dah pantas jadi kakak ipar yang budiman, kan? Tapi... ini... masalahnya... "dedek unyu" Farel klugetan di bawah sono! MAMAMIAAAA! HEEEELPPPP!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN