Dia berhenti Mengejar

1035 Kata
Di balik gorden rumah ruang depan Khansa mengintip kearah luar, tepatnya rumah tetangganya. sembari menghela napas lega kemudian memutar tubuhnya menghadap kursi namun ternyata ada kakaknya yang sudah berdiri di belakangnya. "anjir!eh,teh ngagetin aja!?"serunya sambil memegang dadanya karena saking terkejutnya. "hayo ngintip nanti bintitan!?"sarkasnya. "nggak kok,"sangkalnya meninggalkan Kakaknya yang menatapnya curiga. Dengan tergesa memakai sepatu snakers putihnya,diraih tas selempang berwarna navy di atas bupet jangkung di ruang TV. "aku berangkat assalamu'alaikum!?"seru Khansa setengah berteriak dan dengan langkah tergesa keluar rumah setelah mendengar ada sahutan yang menjawab salamnya tadi. pandangannya masih menatap rumah tetangganya yang menurutnya tampak sepi di luar,penghuninya masih ada di dalam. hati ini Khansa lebih memilih membawa motor milik bapaknya daripada motornya sendiri yang kemarin baru selesai dari bengkel dan sudah membuat lagi kunci motornya,seakan trauma justru dia bermaksud akan menjualnya saja untuk nanti menggantinya dengan yang baru. setelah naik ke atas motor bebek milik bapaknya itu dan sudah menyalakan starter motornya tepat saat hendak berangkat tiba-tiba muncul tetangganya itu,ya Fabian keluar rumah dengan seorang perempuan cantik menurutnya yang Khansa sangat hafal kalau itu adalah calon istrinya.keduanya tampak senang sekali dengan senyuman manis yang di perlihatkan. Didapatinya Fabian menoleh padanya yang kemudian cepat Khansa melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya. Kalau ingat kejadian kemarin akan sangat malu untuk bertemu bahkan berbicara menurutnya yang dengan lancang bicara sembarang,entah apa yang akan di pikirkan tetangganya itu tentangnya. sementara Fabian masih melihat nya yang pergi namun tak lama kembali fokus bicara pada perempuan yang merupakan calon istrinya yang sudah di pacarinya selama dua tahun itu. *** "jadi teteh beneran akan menjual motornya?"tanya Rika ketika keduanya tengah menikmati makan siangnya di kantin. sebagai jawaban Khansa hanya mengangguk mengiyakan.sementara mulutnya sibuk menyeruput segelas jus mangga. "lagian kok bisa sih,kunci asli sama cadangan hilang teh,beneran itu gak ketemu?"tanya Rika lagi masih belum puas . "ya,kayaknya masuk kolam!?"jawab Khansa asal. "teh,di sini mana ada kolam,apa mungkin jatuh pas teteh di dalam ruangan kerja kali,ke bawa teknisi mesin, atau pas ke toilet jatuh ke WC!?"cerocosnya. Khansa yang sibuk menyeruput jus mangganya berhenti dan menatap Rika tidak percaya akan pemikirannya yang ajaib.mana mungkin dia membawa kunci motornya ke mana-mana apalagi saat bekerja untuk apa ada locker tempat menyimpan barang yang ia bawa.apalagi itu jatuh ke mesin sepatu ga masuk akal. "iya kali,aku bawa kunci saat kerja,mungkin pengen ganti motor aja!?"seru Khansa nyengir. "hebat!orang lain hilang kunci motor, yang di ganti kuncinya,ini teteh,hilang kunci motornya malah motornya yang ganti!?"cerocosnya tertawa kecil. Khansa hanya mengangguk setuju dengan apa yang di katakan sahabat baiknya itu walaupun dengan pemikirannya yang kadang menurutnya aneh namun juga menghibur di saat bersamaan. Khansa melirik Rika yang tiba-tiba berhenti tertawa melihat kearah seseorang,mereka yang duduk berhadapan jadi Khansa harus menoleh ke belakang saat orang yang di lihat Rika ternyata Fai. "hai,ini!?"serunya berdiri di samping Khansa memberikan s**u kambing yang di kemas dalam botol plastik, meletakkannya di meja di hadapannya. "kenapa memberi ku ini?aku juga dapat!?" "nggak apa-apa,bawa pulang!" Khansa melirik Rika untuk melihat ekspresi wajahnya tapi terlihat biasa saja, bukannya keduanya ini lagi dekat kenapa Fai masih perhatian padanya batinnya. "aku udah selesai makannya, terus mau ke toilet ya,"seru Rika bangkit dari duduknya. "nanti ke sini lagi kan?jam istirahat masih lama?!"tanya Khansa sambil melirik jam di pergelangan tangannya. "aku nanti langsung ke ruang kerja aja teh,dadah!?"serunya berlalu pergi sambil melambaikan tangannya, sementara Fai duduk di sebelahnya. setelah kepergian Rika kini Khansa kembali meminum jusnya yang tinggi seperempat lagi sampai habis. "Rika masih bantu kamu nyomblangin?!"tanya Khansa pada Fai tanpa menoleh. "iya mungkin,"sahut Fai sambil mengedikan bahunya. "kan aku_" "biar aku yang bicara?!"potongnya menjeda ucapannya kemudian mengubah posisi duduknya menghadap Khansa dan menatapnya serius. Khansa meliriknya menjadi sedikit tegang karena menurutnya ini bukan Fai yang biasanya.walaupun sering bilang suka padanya tapi tidak dengan wajahnya yang tampak sangat serius seperti sekarang. "kita kenal udah dari setahun lebih dan selama itu juga aku berusaha supaya bisa di terima sebagai pacar_" "hei,Fai_" "jangan di potong dulu,dengarkan sampai selesai baru putuskan!?" "oh,oke." "aku tanya sekali lagi ini yang terakhir,apa aku nggak bisa jadi pacarmu?" "nggak!"sahut Khansa tegas seolah tidak ingin di bantah ucapannya bahkan dia sampai menatapnya serius. "aku akan jahat banget kalau membiarkan kamu seperti di beri harapan, karena dari awal memang cuma menganggap sebagai teman,"lanjut Khansa merasa tidak nyaman apalagi ini posisinya mereka ada di kantin pabrik banyak sekali orang. "apa karena usiaku lebih muda darimu?!" "em, sebenarnya bukan itu alasan terbesarnya, gimana ya ngomongnya, pokoknya aku memang cuma ingin kita berteman aja karena cuma itu yang nyaman untukku, tolong jangan buat aku jadi merasa bersalah dan terbebani," "iya,ini sudah final,ku harap kamu tidak menyesal ya,karena aku mulai suka Rika,"tuturnya. Khansa yang sudah menduga itu sejak lama, karena mereka terlihat lebih cocok di bilang pacaran dari yang katanya temanan apalagi Rika yang malah sok jadi Mak Comblang. "sebenarnya memang yang kamu suka itu Rika bukan Khansa!"tukas Khansa menegaskan. Fai terdiam dengan perkataan Khansa yang diakui benar adanya, selama dekat dengan Rika menurutnya adalah hal ternyaman sebagai teman tadinya,tapi tidak dengan hatinya yang merasa kalau rasa suka itu ada bukan sebagai teman melainkan seorang laki-laki pada perempuan. "ku rasa dia juga suka tuh sama kamu sering cerita tentang kamu kalau lagi ngobrol apalagi curhat dari situ udah jelas kan?!" "dia bukannya suka Redi di bagian packing itu?!" "nggak,si Redi yang naksir Rika!?" Fai mengangguk paham."Syukurlah,beneran ya gak nyesel aku sekarang nggak akan mengejar Khansa lagi?!"serunya kemudian dengan nada menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya. "anjirr!,tadi aja serius sekarang mulai lagi keluar tengilnya,nggak nyesel,bukannya sebaliknya kalau kamu nggak mengejar Rika nanti dia malah sama Redi?!" "nggak boleh!?"serunya agak keras malah sudah bangkit dari duduknya yang membuat Khansa melongo bahkan beberapa orang yang ada di kantin menoleh ke arah keduanya. "biasa aja dong,udah kelar kan urusan aku pergi!?"tukas Khansa bangkit dari duduknya meraih gelas plastik bekas jusnya tadi kemudian memberikan s**u kambing pada Fai. "Rika yang lebih suka s**u kambing kalau aku nggak suka!?" sambil tersenyum senang Khansa melangkahkan kakinya dengan tenang menuju ruang kerja dia di bagian finishing karena urusannya dengan Fai telah usai jadi tidak ada beban,namun senyumnya redup ketika melihat seorang laki-laki yang sangat di kenalnya baru saja keluar packing yang memang ruangan dengan bagian finishing.siapa lagi kalau bukan Fabian yang merupakan tetangganya itu.segera tangannya merogoh saku celana jeans-nya untuk meraih ponselnya untuk berpura-pura sibuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN