ceroboh

1140 Kata
Dengan tergesa Khansa segera turun dari atas motornya yang baru saja di parkir di area parkir di pabrik,tak dihiraukan dirinya yang basah kuyup karena kehujanan tangannya meraih tas selempang nya yang berbahan kulit itu karena terbuka benar dugaannya ponselnya yang ada di dalam terendah terendam air hujan, karena air tergenang di dalam tasnya yang tidak menyerap air itu.kemudian membuang air hujan yang ada di atasnya. " sialan!" umpatnya sementara dia melepaskan sweater yang basah kuyup dan mulai merasa kedinginan karena baju yang dikenakannya juga basah bahkan Khansa sudah bersin-bersin. "jadah!mati lagi hpnya!"gerutunya sambil melepas helm. pandangannya mendapati motor ninja merah yang dikendarai laki-laki yang sangat Khansa hafal, siapa lagi kalau bukan Fabian tetangganya, berhenti di sebelah motornya. Khansa merasa aneh kenapa juga tetangganya itu malah parkir di sebelah motornya padahal masih banyak tempat kosong. bukan apa-apa dia hanya merasa tidak mau terlibat interaksi yang membuatnya malu nantinya karena ucapannya yang ceplas-ceplos. Fabian turun dari atas motornya melepas helm serta jas hujan yang dikenakannya pandangannya kearah Khansa dari ujung kepala sampai ujung kaki sementara Khansa masih sibuk dengan ponselnya. "kamu nggak pakai jas hujan ?tanyanya dan itu sukses membuat khansa menoleh padanya. "lupa ketinggalan di rumah!?"tukasnya. "ceroboh! udah tahu, mulai musim hujan kenapa bisa lupa ?" "namanya juga manusia, banyak lupa?!"celetuk Khansa yang masih mengecek ponselnya yang belum juga menyala. " makanya kalau berangkat itu jangan grasak- grusuk gitu, tenang ,apa lagi bawa kendaraan dan tadi nggak berteduh dulu !?"tuturnya dan itu membuat khansa bengong. "siapa juga yang grasak grusuk ?aku_" Khansa menghentikan ucapannya mencoba mengingat sesuatu. "kenapa? kita tetangga kalau kamu lupa, jadi tahu !?"tukas Fabian. "iya kita memang tetangga ,tapi emang kamu memperhatikan? "ucapnya namun hanya dalam hati " mending kamu ganti baju nanti masuk angin daripada bengong masih pagi!?" "iya, iya. ini masih pagi tumben Aa ,eh bapak cerewet sih!?" tukasnya Khansa hendak pergi,namun Fabian menahannya. " emang kamu bawa baju ganti ?" Khansa yang sudah menahan diri dari tadi karena kedinginan tersenyum tipis. "nggak sih," Fabian kemudian membuka tas punggungnya meraih sesuatu yang masih dalam plastik. " ambil ini!?" serunya memberikan baju kaos yang masih dalam plastik. " ini apa?" " ganti bajunya itu belum pernah dipakai kok ,masih baru bahkan belum ku buka!?" khansa memperhatikan baju yang diberikan Fabian padanya. " apa masih sempat berpikir sementara kamu udah kedinginan gitu?" "iya, iya.. malah aku mikirnya bukan itu sih ,tadi tumben banget gitu banyak ngomong!?" ujar Khansa namun tidak ada jawaban dari Fabian yang malah memilih pergi meninggalkannya. "eh,dia marah?"gumam khansa namun dia hanya mengedikkan bahunya memasukkan ponselnya ke saku celana jeans dan segera berlari menuju toilet karena dia mulai bersin-bersin lagi. setelah memakai baju yang diberikan Fabian tadi,khansa keluar dari toilet yang ada di area pabrik . "untung bajunya panjang dan dalaman ku nggak terlalu basah dan celanaku basah sih, tapi aman kalau nggak ganti. aduh ..terus aku nyeker gitu ini sepatuku basah?!" gumamnya kemudian beranjak menuju parkiran motor untuk menggantung bajunya yang basah mungkin tidak apa-apa bajunya di sana daripada disimpan di lockernya. selama jam kerja Khansa malah bersin-bersin terus, dia juga merasakan kepalanya terasa pusing tapi masih bisa ditahannya. hingga jam istirahat tiba dia memilih ke klinik di pabrik untuk meminta obat sakit kepala. "kenapa teh?" tanya Rika yang menghampirinya ketika telah keluar dari dalam klinik. "ini kepalaku pusing padahal tadi cuma badanku yang kehujanan tapi malah pusing!?" sahut khansa. " lagian kok lupa bawa jas hujan nggak berteduh dulu!?" " udah deh nanti aja ceramahnya ke kantin yuk makan dulu aku mau minum obat kerjaan, numpuk sementara aku pusing nggak konsen!?" keduanya pergi menuju kantin pabrik ternyata ada Fai yang mengikuti mereka. setelah mendapatkan makanan masing-masing kini ketiganya duduk disalah satu kursi yang kosong di sudut kantin. "hem, dilihat dari sisi manapun bapak manager selalu keren ya,"celetuk Rika di sela acara makannya. khansa hampir tersedak saat menelan obat sakit kepala yang tadi diambilnya dari klinik. kemudian minum air mineral yang selalu dibawanya dari rumah dengan botol minumnya dan melirik kearah Fai yang juga meliriknya. kemudian pandangannya mencari seseorang yang disebut Rika ternyata memang ada di bagian tengah meja kantin. "di sana bapak manajer semua?" tukas Fai dengan nada datar. "tentu pak Bian atuh yang paling muda dan single!?" tukas Rika. "single, beberapa minggu ke depan!?"ujar Khansa dalam hati. "tumben juga makan disini biasanya di ruangannya atau cari makan keluar."celetuk Khansa. "entah, apa perlu kau tanyakan padanya?" celetuk Fai nyengir. "hei,Fai,aku hanya mengatakan sebuah pernyataan bukan meminta jawaban!?" tukas khansa dengan nada sedikit kesal. Fai hanya tersenyum jahil, sementara Rika hanya geleng-geleng kepala melihat kedua temannya itu selalu saja adu mulut kalau bertemu. sangat aneh menurutnya karena Fai itu katanya menyukai khansa,tapi selalu bercanda dan mungkin saja itu yang membuat Khansa tidak percaya akan pernyataan cintanya. "tadi teteh beneran kehujanan?" tanya Rika mengalihkan pembicaraan. "iya dan sialnya hp-ku mati kena air hujan!?" jelas Khansa mengambil ponsel di saku celananya dan meletakkannya di meja untuk memperlihatkan. "kok bisa terus bajunya nggak basah katanya kehujanan?" tanya Rika meneliti baju kaos yang dikenakan Khansa dari tadi pagi masih sama. "ah,ini aku bawa baju untungnya?!" bohong Khansa melirik Fabian yang terlihat tengah asyik mengobrol dengan rekan-rekannya walau jaraknya agak jauh namun terlihat jelas,apalagi keberadaannya yang ada di meja bagian tengah. "oh,pantesan tadi om Tito telpon tidak aktif katanya akan ada anak pindahan dari line Bu Nita ke line teteh kan?!"seru Rika. "iya dua orang ,terus mulai minggu depan ada anak baru juga,ini pake mati kalau harus beli masih pertengahan bulan gajian masih dua minggu lagi?!" keluh Khansa menghela napas berat. karena uang tabungannya benar-benar habis setelah kemarin membeli motor untuk mengganti motornya yang lama karena tragedi kunci hilang. "lagian ceroboh! buat apa tas anti air tapi kalau resleting dibuka? ya tetap aja air hujan masuk, nih pakai punyaku dulu, nanti kalau udah beli, baru balikin!?" tutur Fai menyodorkan ponsel di atas meja ke arah Khansa yang ada di sebelahnya. "enggak usah, ini nanti coba diservis dulu aja mungkin bisa!?" "gak apa-apa pake aja, ini HP baru nanti aku bisa pakai yang lama!?" Fai malah maksa. "gak usah Rifai!?" tukas Khansa menaikkan satu oktaf suaranya. "beneran lho pakai aja!?"masih kekeh. karena kesal khansa menginjak kaki Fai sehingga membuat Fai mengaduh kesakitan dengan memegang kaki kanannya yang kena injak. "*anjing sakit woy!?"teriak Fai reflek sehingga mengundang perhatian orang-orang yang ada di kantin. "hei,monyer!gak usah maksa kenapa ? ini lagi pusing juga!" tukas Khansa melirik orang-orang yang sudah kembali ke posisinya sebelum sempat tadi menoleh kearah tempatnya. "aku berniat membantu tapi malah diinjak ini, anjir !?"gerutunya masih mengaduh kesakitan. "ya nggak usah ,katanya suka dia tapi masih perhatian ke orang lain awas aja kamu main-main!?" lirihnya dengan nada pelan tapi ada penekanan di ujung kalimat. Rika malah terdiam karena tidak mengerti ucapan sahabatnya yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu. tanpa kata lagi Khansa bangkit dari duduknya dan membawa sisa makanannya kemudian berlalu. "teh tunggu!?"seru Rika pergi menyusul meninggalkan Fai yang diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN