text massage

1057 Kata
Dean kemudian menatap mataku lekat-lekat, Iya diam mematung sembari terdiam cukup lama . Dean kemudian menghela nafas berat lalu membuangnya dengan kasar. "tapi gue penasaran banget sama cowok yang lo maksud itu, kita udah sahabatan lama banget tahu dan Gue tahu banget sama lo, gue kenal banget sama lo, bahkan kasarnya Kalau gue mau pasar sekarang aja gue tahu warna dalaman lo itu warna apa. tapi dari semua cerita lo, dari semua yang lo kasih tahu sama gue, ciri-ciri dari cowok yang lo sebut itu kayak gue banget. please yakinin gue Kalau cowok itu bukan sahabat lo ini." ucap Dean sembari menatap mataku dalam-dalam. aku terdiam cukup lama berada di ambang kebingungan, di satu sisi Aku ingin sekali memberitahu Dean tentang perasaanku namun juga di sisi lain aku ingin tetap merahasiakan perasaan ini kepadanya. Apapun Yang Terjadi Dia nggak boleh tahu sebelum waktunya. "Apasih lo jayus banget." ucapku sembari mengalihkan pembicaraan kami berdua, aku mengambil sebuah corndog di hadapanku, memasukkannya ke dalam mulut agak sedikit banyak agar Dean tidak lagi mengajak untuk bercerita. sepulang dari sana kami tidak langsung pulang, kami jalan-jalan dulu sebentar untuk keliling-keliling kota menikmati masa-masa lajang Dean Yang sebentar lagi akan ia lepas. kami berkeliling kota, melewati jalan-jalan di mana dulu Aku dan Dean ketika SMA senang sekali lewat di jalan itu hanya untuk membeli cemilan-cemilan kesukaan kami setiap sore, bahkan Dean juga membawa aku melewati sekolah kami yang secara tidak sengaja membuatku semakin merasa tidak siap untuk kehilangan Dean begitu saja. " Al, boleh nggak sih setiap kali lo terlambat karena kesiangan dan lo selalu nyusahin gue buat ngambil tas lo yang sengaja lo lempar Lewat Pintu Belakang terus pernah ketahuan sama Pak Tarjo, terus kita berdua dihukum gitu aja ngebersihin kamar mandi yang baunya naudzubillah banget. ingat enggak lo? gua kalau tiap kali mengingat itu pengen banget marah ke lo tapi kagak bisa." ucap Dean ketika kami berdua melewati gerbang sekolah kami, dia sengaja memelankan laju mobilnya agar kami bisa lebih leluasa untuk menatap sekolah lama kami itu. sekolah yang aku pikir hanya ada kenangan tentang dia yang di dalamnya. " ingat, gue juga inget banget selalu nolongin pacar-pacar lo yang selalu kena bully sama Renata." jawabku. perlu kalian ketahui bahwa Renata adalah mantan gebetan Dean yang enggak jadi dia Pacarin gara-gara tahu kalau Renata itu itu suka keluar masuk Wisma bareng om om. padahal Renata itu definisi dari orang yang cantik banget, badannya bagus, kulitnya bersih, pokoknya kalau dilihat dia itu nggak ada celahnya sama sekali. tapi pas Dean tahu kalau Renata itu suka keluar masuk Wisma sama om-om, Dean jadi mundur sendiri. dan setelah itu Dean malah asal macarin adek adek kelas buat ngehindarin Renata, dan bodohnya Dean seakan-akan mengorbankan adek-adek kelas itu untuk menyelamatkan dirinya dari Renata dan Berujung pacar-pacar Dean itulah yang dibully oleh mantan gebetan Dean. "Didepan belok mana?" "Btw belok kiri di depan." sambungku kepada Dean namun tiba-tiba Ia hanya menatapku dengan tatapan kesal, tetapi Mobilnya masih melaju di Jalur yang sama. " lu tuh kebiasaan banget tahu kalau misalnya nyuruh belok itu ya jangan pas di tengah-tengah tikungannya, capek banget ya Allah, lu pinter itung-itungan Tapi kalau disuruh Lihat Google Maps malah bego. Nah kan Sekarang kita mau jadi jauh banget muternya." ucap Dean kepadaku, aku tahu sekarang ini dia sangat kesal, tapi se sering-sering Dean kesal kepadaku karena aku salah membaca Maps, dia juga masih sering tuh menyuruh aku aku untuk mengarahkan jalan kami setiap kali kami pergi bersama. " Ya udah kalau nggak mau salah nggak usah nyuruh-nyuruh gua lah, dasar gila." balasku yang sukses membuat Dean diam begitu saja. tidak lama setelah perdebatan itu, aku merasakan ponselku bergetar di saku Celanaku, aku buru-buru memeriksanya aku takut notifikasi tersebut berasal dari orang-orang kantor, Namun ternyata dugaanku salah dengan lucunya mamaku Aku malah mengirimkan ku sebuah kontak laki-laki yang entah siapa dengan diiringi caption "Nih calon suami kamu." aku tertawa membaca pesan singkat dari Mamaku tersebut Lalu lantas mengundang perhatian Dean, dia penasaran dengan apa yang aku tertawakan. dia memelankan laju mobilnya sembari berusaha mengintip " lu ngetawain apaan sih ih? gue juga pengen tau anjir." ucap Dean, aku menunjukkan ponselku kepadanya untuk ia baca karena kebetulan saat ini ini mobil yang kami tumpangi berhenti karena lampu merah sedang menyala. " lo mau dijodohin? sama siapa? kok gua baru tahu sih? tega lo ya nggak ngasih tau gue apa-apa. harusnya kenalin kaya sama gue siapa gitu calon laki lo." ucap Dean dengan nada yang terkesan bercanda namun aku lihat ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah. Aku kemudian menatapnya dengan tatapan yang bingung, aku tidak bingung dengan apa yang dia katakan namun aku Justru malah bingung dengan ekspresi wajahnya yang tiba-tiba berubah. " lo kenapa malah jadi aneh gitu?" Tanyaku kepada Dean " ah gue nggak papa kok, By the way Sekarang kita balik aja ya." ucap Dean, aku sedikit kebingungan dibuatnya karena tadi bahkan masih beberapa menit yang lalu dia masih semangat-semangatnya untuk berkeliling-keliling kota, mengunjungi tempat-tempat kami biasa dulu. namun aku juga tidak mau bertanya terlalu banyak jadi aku mau ngikut saja lagipula besok kami harus bekerja agak aneh kalau sampai tengah malam dan belum beristirahat. sesampainya di rumah, Aku bahkan masih tidak banyak cerita kepada Dean, aku hanya banyak diam begitupun juga dengan dia, selain berpamitan dan mengucapkan terima kasih serta mengingatkanku bahwa dia akan menjemputku besok pagi untuk berangkat bersama menuju kantor, selebihnya tidak ada kami hanya diam hingga Dean pergi. aku tentu saja menyadari perubahan sikapnya yang terasa sangat begitu aneh di depan mataku, namun aku juga sadar bahwa mungkin dia tidak siap kehilangan sahabatnya, tapi Bukankah itu adalah sesuatu yang lucu? Dia sebentar lagi akan menikah dengan orang lain, kalau takut merasa kehilangan kalau aku punya suami seharusnya dia tidak perlu bersikap seperti itu. Aku berjalan santai menuju kamarku, sebagian lampu di rumah sudah mati pertanda orang-orang sudah tidur, kecuali adikku Aleta yang masih menonton televisi bersama dengan sepupuku yang baru saja tiba. aku pamit untuk tidur namun disaat aku baru saja naik menuju kamarku tiba-tiba hp-ku kembali berbunyi, aku buru-buru mengeceknya dan ternyata aku baru saja menerima pesan singkat dari Dean. "Gue nggak tahu kenapa Rasanya aneh banget setiap kali lo ngomongin cowok di depan gue." jantungku berdebar kencang ketika membaca pesan singkat dari sahabatku itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN