MBH 07

1187 Kata
Myco menendang pintu kamar untuk menuntupnya. Walau mereka sudah berada di dalam kamar, tapi Myco belum juga menurunkan Salwa dari gendongannya. Membuat Salwa mendengus kesal, Salwa baru ingat kalau cara terbaik untuk bisa lepas dari Myco adalah dengan cara mengigit lengan laki-laki itu. "Sshhh...." Myco mengaduh kesakitan sedangkan Salwa buru-buru turun dan kabur menghindari Myco. "Rasakan!" Salwa tertawa mengejek melihat penderitaan Myco. "Kamu seperti vampir. Ini tindakan kekerasan dalam rumah tangga namanya, bisa saya laporkan kamu kepada hak yang berwajib." "Laporkan saja, saya nggak takut," ucap Salwa menantang. "Oh, awas kamu ya." Myco berlari mengejar Salwa, mengelilingi ruangan luas kamar Myco. "Aaaa!! Pangeran tolong Princess yang sedang di kejar bocah jelek!" "Ya! Saya adalah bocah yang akan menculik hatimu dengan paksa!" balas Myco. "Dasar jelek!" Myco menarik satu lengan Salwa, membuat larian Salwa terhenti dan tubuhnya tertarik ke belakang. Salwa kehilangan keseimbangan hingga tubuhnya jatuh dalam pelukan Myco. Dua pasang mata itu saling menatap untuk beberapa detik lamanya. Salwa terpaku pada paras tampan laki-laki di hadapannya. Salwa tidak munafik, Myco memang tampan tapi ketampanan Myco tak mampu menggantikan posisi Nando di hatinya. Myco tersenyum, menatap Salwa yang terlihat sangat cantik. Namun, kecantikkan paras Salwa tak seperti hati dan jalan pikirannya. Salwa yang telah di butakkan oleh cinta pada Nando membuat Myco harus berusaha ekstra untuk mengalihkan rasa cinta itu kepadanya. Salwa adalah istrinya dan Myco berhak atas apapun pada Salwa. Hanya Myco yang pantas di cintai oleh Salwa, bukan Nando. Myco meniup mata Salwa, membuat Salwa mengerjapkan mata beberapakali dan tersadar akan posisinya saat ini. Segera Salwa bangun dan memundurkan langkah. "Apaan sih?! Dasar bocah jelek! Mengambil kesempatan dalam kesempitan. Saya benci kamu!" Myco tersenyum miring. "Apa kamu lupa cara untuk berterima kasih?" "Untuk apa saya harus berterima kasih padamu? Nggak penting!" Myco tertawa pelan. Lantas melangkah ke arah ranjang dan merebahkan tubuh di atas ranjang. Sedangkan Salwa masih diam di posisinya. "Kemarilah." Myco tersenyum menggoda sambil menepuk kasur di sisinya. "Nggak mau! Saya nggak mau satu ranjang sama kamu!" "Saya nggak akan macam-macam. Saya janji." "Tapi saya nggak akan mungkin mudah percaya dengan janji orang sepertimu." Myco mengangkat bahu acuh. "Ya sudah kalau bagitu. Biarkan kamu berdiri seperti itu sampai pagi. Saya akan tidur dan menikmati mimpi indah saya." Myco benar-benar melakukan apa yang di ucapkannya. Ia memejamkan mata membuat Salwa berdecak kesal. "Kamar sebesar ini tapi tidak menyediakan sofa. Menyebalkan sekali. Jangan-jangan bocah itu adalah laki-laki yang pelit uang. Untuk memenuhi kebutuhan kamar saja dia nggak mau." Salwa menggerutu. Myco yang sebenarnya belum tidur, tertawa dalam hati saat mendengar gerutuan Salwa. Apa yang Salwa pikirkan nyatanya tak seperti kenyataan. Karena Myco bukanlah seseorang yang pelit uang. Bahkan setiap bulan Myco menyumbangkan sebagian dari gajinya untuk ke panti asuhan. Myco memang sengaja tidak menyediakan sofa di kamar, karena ia sudah ada firasat kalau Salwa tidak mau tidur satu ranjang dengannya. Karena itu, sofa yang sebelumnya ada di kamar Myco pindahkan ke ruangan yang lain. Salwa menghentakkan kaki kesal. Kemudian ia melangkah keluar kamar. Mendengar suara pintu yang tertutup, Myco menoleh dan tersenyum miring, lalu melanjutkan aksinya berpura-pura tidur. Karena Myco yakin, Salwa akan kembali ke kamar. Salwa tidak mungkin tidur di tempat lain, mengingat ini adalah rumah keluarga Myco. Kalau sampai salah satu anggota keluarga ini mengetahui Salwa tak tidur bersama Myco, tentu mereka akan melaporkannya pada orangtua Salwa. Dan itu akan menjadi masalah untuk Salwa. Beberapa menit kemudian, pintu kamar kembali terbuka. Dalam hati, Myco tersenyum kemenangan karena dugaannya benar kalau Salwa akan kembali ke kamar. "Nona, untuk apa saya di bawa ke sini?" Hana bertanya pelan pada Salwa. "Sshutt.... Sudah, diam dan turuti perintah saya. Ingat, jangan bicarakan ini pada siapapun." Hana yang masih kebingungan pun hanya bisa mengangguk. "Sekarang ayo tidur. Kamu tidur di antara saya dan Myco." Hana tersentak kaget. Bagaimana bisa saat ia di perintahkan untuk tidur bersama pasangan suami istri? "Tapi, Nona." Salwa menatap tajam pada Hana. "Jangan membantah!" Takut melihat Salwa yang terlihat menyeramkan, Hana pun hanya bisa mengangguk. Salwa tersenyum puas. Dan saat ini, di atas ranjang terdapat tiga orang dengan Hana yang berada di posisi tengah. Salwa tersenyum kemenangan, ia memiringkan posisi tidurnya dan mulai terlelap. Merasa ada yang aneh, Myco membuka mata dan terkejut saat mendapati asisten rumah tangganya yang masih muda berada di dekatnya. Hana tersenyum tak enak hati saat Myco menatap padanya dengan tatapan tanya. Kemudian Hana melempar kode kalau ia di perintahkan oleh Salwa. Myco menggeleng tak percaya dengan perbuatan Salwa. "Oh My God. Salwa memang limited edition," batin Myco. ☆☆☆ Mentari telah menyapa. Suara kicauan burung terdengar saling bersahutan menyambut pagi. Mengingat kejadian semalam, Myco masih kesal pada Salwa. Bisa-bisanya Salwa membawa orang lain tidur bersama dalam satu ranjang. Padahal Myco sudah berjanji tidak akan menyentuh Salwa sampai gadis itu benar-benar siap dan hatinya telah Myco miliki. Pintu kamar terbuka, Salwa menahan tawa saat melihat Myco tengah menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil. Salwa merasa puas telah membuat Myco jengkel semalam. "Ekhm.... Sarapan sudah siap. Ayah dan Bunda sudah menunggu di bawah." Myco menoleh sekilas pada Salwa. Terlihat jelas raut wajah kesal Myco. "Masih marah karena semalam?" Salwa bertanya dengan punggung bersandar pada tembok. Myco tak meresponnya. Membuat Salwa tertawa. "Sudahlah, kamu ini sangat childish sekali." "Berhenti mengejekku." "Suka-suka saya. Kamu memang childish dan kamu nggak bisa mengelak." Lagi-lagi Salwa mengejek Myco. Setelah merapikan tatanan rambutnya, Myco melangkah menuju pintu kamar. Dan tepat saat melewati Salwa, Myco melempar handuk yang semula ia pakai untuk mengeringkan rambut pada Salwa hingga mengenai wajahnya. Seketika Salwa menghentikan tawanya dan berganti dengan Myco. "BARAAA!! I HATE YOU!" "Saya nggak mendengarnya, Baby!" balas Myco, saat sudah berada di luar kamar. Salwa mendengus kesal. Dengan terpaksa ia menyimpan handuk tersebut ke dalam kamar mandi, lalu menyusul Myco untuk sarapan bersama. Selama sarapan berlangsung, tidak ada obrolan, hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Hingga akhirnya, Delia membuka suara untuk bicara. "Myco, Salwa, apa kalian tidak akan pergi honeymoon?" Delia bertanya. "Uhuk.... uhuk...." Salwa terbatuk-batuk begitu mendengar pertanyaan dari Delia. Honeymoon? Ada niat pergi honeymoon saja Salwa tidak ada. Myco memberikan segelas air minum untuk Salwa. Kemudian menjawab pertanyaan dari Delia. "Nggak untuk saat ini, Bun. Myco harus kembali bekerja." Salwa mengangguk sambil tersenyum. Delia menghembuskan napas panjang. "Padahal Bunda sudah sangat menginginkan cucu dari kalian. Iya kan, Yah?" Delia menatap pada Arya. Myco tersenyum simpul."Sabar, Bun. Tunggu sampai istri siap dulu." "Memangnya Salwa nggak mau punya anak? Kenapa, Sayang?" Delia menatap pada Salwa dengan wajah sedih. Salwa menoleh pada Myco yang terlihat santai mengunyah makanan di mulut. Lalu Salwa menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Bukan nggak mau, Bun. Hanya saja Salwa merasa belum siap untuk menjadi seorang ibu." "Lalu kapan kamu siap?" Delia bertanya kembali. Salwa meneguk salivanya dengan susah payah. "Eum.... doakan saja, Bun. Agar Salwa cepat bisa beradaptasi dengan kehidupan baru Salwa dan siap untuk menjadi seorang Ibu." "Saya akan membantu itu, Nona." Myco berbisik membuat bulu kuduk Salwa meremang. Salwa terdiam. Apa Myco lupa dengan apa yang di katakannya semalam? Kalau pernikahan ini hanya akan berlangsung selama satu tahun dan tentu Salwa tidak ingin hamil anak Myco.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN