Happy Reading^-^
Maaf kalau nemu typo yah
Selesai sarapan bersama, Calvin pamit pulang karena harus pergi bekerja. Catherine membersihkan meja makan dan ikut bersiap untuk bekerja. Walaupun Calvin melarangnya untuk bekerja, Catherine tidak bisa diam tanpa melakukan apapun sepanjang hari. Oleh karena itu, dirinya lebih memilih bekerja meskipun di tempat lain.
Catherine sudah siap. Dia kembali memperhatikan bayangannya di kaca untuk memastikan pakaiannya sudah rapi. Dirinya meraih tas dan memasukkan ponselnya kedalam tas sembari melenggang keluar ruangan. Tak lupa dia juga mengunci apartemennya dan pergi ke halte bus tepat di depan apartemennya.
Catherine berdiri bersama dengan beberapa orang lainnya yang menunggu bus. Saat Catherine akan naik kedalam bus, dia merasa ada seseorang yang menahan lengannya. Catherine pun menoleh ke belakang dan terkejut melihat lelaki yang berdiri tepat di belakangnya.
"Keth," panggilnya.
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Tolong lepaskan tanganmu," pinta Catherine dengan suara tercekat.
"Aku ingin berbicara denganmu. Hanya lima menit saja."
"Aku harus pergi," kekeuh Catherine dan melepaskan tangan Terrel.
Tanpa mempedulikan lelaki itu, Catherine masuk kedalam bus. Bahkan dia tidak melirik sedikitpun saat Terrel berdiri di bawahnya dan menatapnya lewat jendela bus.
Bus itupun mulai melaju. Catherine menoleh ke arah kaca bus saat bus itu sudah melewati Terrel. Dia hanya diam. Mengingat bagaimana sikap Terrel dulu saat berniat untuk menghancurkannya membuat Catherine tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tidak, jangankan bertemu lagi, mendengar namanya saja dia sudah tidak menginginkannya.
Lima belas menit kemudian bus itu berhenti di halte yang dekat dengan tempat kerja Catherine. Diapun turun dari bus dan berniat untuk menyeberang jalan karena letak kantornya ada di seberang jalan. Catherine menyeberang jalan saat lampu hijau pejalan kaki menyala.
Catherine meletakkan tasnya diatas meja. Setelah pertemuannya dengan Terrel, dirinya terus saja memikirkan lelaki itu. Catherine merasa ada sesuatu yang ingin lelaki itu katakan. Tapi, dia juga tidak ingin mendengar apapun lagi darinya.
"Kau kenapa?" tanya Brittany.
"Tidak apa-apa," jawab Catherine dan memaksakan diri untuk tersenyum.
"Sudahlah, ini masih pagi jadi jangan tekuk wajahmu," ucapnya lalu menghampiri mejanya sendiri.
Catherine masih membalasnya dengan senyuman. Dia mulai menyalakan komputernya untuk mengecek pekerjaannya kemarin. Tanpa menunggu jam kerja yang belum di mulai, Catherine langsung mengerjakan pekerjaannya untuk mengalihkan pikirannya dari lelaki itu.
Baru lima menit Catherine mengerjakan pekerjaannya, salah seorang teman satu ruangannya menghampiri mejanya.
"Keth, ada yang ingin bertemu denganmu. Aku mengatakannya untuk menunggumu di kantin."
Terrel? batin Catherine, "Tolong katakan saja kalau aku tidak bisa menemuinya."
"Keth, jam kerja belum di mulai, jadi kau bisa menemuinya. Sudahlah, temui saja. Nanti kalau sudah waktunya kerja, aku akan menjemputmu," ucap Brittany dan bersandar di meja Catherine.
"Benar. Keth, jangan terlalu rajin," timpal Adhiambo, wanita berkulit hitam yang menyampaikan pesan tadi pada Catherine.
Catherine mendesah pelan. Dia pun bangkit berdiri dan keluar dari ruangan kerjanya. Saat sampai di persimpangan lorong, Catherine memperhatikan kanan kirinya. Kedua temannya tidak mengawasinya. Catherine pun pergi ke arah toilet tanpa mempedulikan seseorang yang ingin bertemu dengannya.
~
Calvin masih duduk disana dengan tatapan gelisah. Dia tidak bisa menghubungi Catherine karena ponsel wanita itu tidak aktif. Dirinya terus melirik kearah arlojinya dan menghiraukan tatapan karyawan yang berlalu lalang di sekitarnya. Tak jarang mereka berbisik-bisik bertanya siapa Calvin.
Karena sudah tidak punya banyak waktu, Calvin pun berdiri dan pergi ke ruangan Catherine. Tatapannya terus memperhatikan petunjuk jalan untuk menemukan ruangan kekasihnya. Ini adalah pertama kalinya Calvin datang kesana sehingga mengundang perhatian karyawan lainnya.
Salah seorang karyawan wanita memberanikan diri menghampiri Calvin karena nampaknya Calvin kebingungan.
"Selamat pagi, apa kau ... mencari seseorang?" tanyanya ragu dan tersenyum. Sebuah senyuman yang bertujuan untuk memikat perhatian Calvin.
"Apa kau tahu dimana ruangan Tim pengembangan dan Kreatif?"
Brittany menghentikan langkahnya mendengar seseorang bertanya tentang ruangannya. Dia berdiri di depan Calvin dan memperhatikan lelaki itu mulai dari ujung kaki hingga rambut. Brittany tersenyum tiba-tiba pada Calvin membuat Calvin mengerutkan keningnya.
"Kau mencari siapa? Aku juga ada di Tim itu," tutur Brittany.
"Aku mencari Catherine Sea," jawab Calvin singkat.
"Maksudmu Keth? Bukankah tadi dia baru keluar dari ruangan? Ah, dimana dia?" Brittany berlagak seperti sedang mencari Catherine. Beberapa detik kemudian tatapannya kembali memperhatikan Calvin, "Ah, iya. Aku ingat. Tadi dia sempat menolak untuk bertemu denganmu. Aku juga ada waktu, sepuluh menit lagi kami sudah bekerja. Bagaimana kalau kita mengobrol sebentar?" tawar Brittany dengan harapan penuh. Dia yakin pasti Calvin tidak akan menolaknya karena merasa dirinya lebih cantik dari Catherine.
Calvin hanya diam mengabaikan ucapan Brittany. Dia berjalan melewatinya membuat wanita itu terkejut dengan sikapnya. Saat Calvin baru maju dua langkah, ponselnya berdering dan langsung menghentikan langkahnya.
"Iya," jawab Calvin. Tatapannya memperhatikan sekeliling dan berharap bisa bertemu dengan Catherine. Dia menghela napas lalu memutar balik langkahnya menuju pintu keluar.
Brittany masih terkejut melihat tingkah Calvin yang bersikap seolah tidak melihatnya. Dia berdecak kesal sembari menuju ruangannya.
"Menyebalkan. Dia pikir siapa mengabaikanku begitu saja? Apa dia sudah buta? Sudah jelas aku lebih cantik darinya," gerutu Brittany saat memasuki ruangan.
"Hei, kenapa?" tanya Adhiambo.
"Hei, menurutmu lebih cantik siapa? Aku atau Catherine?" tanya Brittany membuat Adhiambo mengerutkan keningnya.
"Sudah pasti ... kau," jawabnya dengan senyum yang di paksa.
"Betul. Memang aku lebih cantik darinya," gumam Brittany dan menganggukkan kepalanya. Dia kembali duduk di meja kerjanya yang letaknya tepat di samping Catherine.
Catherine memasuki ruangannya kembali saat sudah waktunya bekerja. Dia langsung duduk di kursinya dan melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Brittany tidak mengatakan apapun mengenai Calvin pada Catherine.
~
Setelah menyiapkan semuanya, Calvin pergi ke bandara seorang diri. Dia lupa hari ini adalah perjalanannya ke Paris karena ada pekerjaan yang harus di urus disana. Sepanjang jalan menuju bandara, Calvin terus saja menghubungi Catherine untuk mengatakan hal ini. Tapi, ponselnya masih belum aktif.
Saat Calvin turun dari mobil, dering ponselnya terdengar membuatnya langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Dia menutup pintu mobil dan masih berdiri di samping mobilnya.
"Keth?"
"Calvin."
Calvin tertegun mendengar nada suara wanita itu, "Caitlin?"
Wanita itu hanya bergumam untuk memastikan bahwa dirinya yang menghubungi Calvin.
"Apa yang terjadi?" tanya Calvin mendengar nada suara wanita itu terdengar tak baik-baik saja.
"Tolong aku. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa tahu aku ada disini. Aku ... " suara Caitlin terisak sehingga tidak bisa melanjutkan ucapannya.
Calvin menghela napas. Dia melirik arlojinya sekilas, "Kau dimana sekarang?"
"Aku ... aku tidak tahu ada dimana. Tapi aku-"
"Kau tunggu saja disana," potong Calvin dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Calvin kembali masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya. Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum penerbangannya. Calvin mulai mempercepat laju mobilnya sembari memperhatikan gps di layar ponselnya.
Sekitar seratus meter dari Caitlin, Calvin bisa melihat wanita itu sedang duduk sembari memeluk dirinya sendiri. Satu menit kemudian akhirnya mobil Calvin berhenti tepat di depan Caitlin. Dia langsung keluar saat melihat keadaan Caitlin.
"Caitlin," panggil Calvin membuat wanita itu mengangkat wajahn dan menatapnya.
"Calvin."
Calvin langsung menghampiri Caitlin. Dia melepas jasnya dan memakaikannya di pundak Caitlin untuk menutupi pakaiannya yang robek dan beberapa bekas luka. Calvin merangkul dan menuntun wanita itu untuk masuk kedalam mobil begitupun dirinya.
Sepanjang jalan Caitlin hanya menundukkan tatapannya membuat Calvin sesekali menoleh kearahnya dan mengkhawatirkan keadaannya.
"Caitlin," panggil Calvin membuat wanita itu menoleh kearahnya. "Aku harus pergi ke Paris sekarang karena ada pekerjaan disana. Bagaimana kalau kau tinggal sementara waktu di apartemenku sampai aku kembali?"
"Aku ikut denganmu. Aku ... aku tidak mau sendirian lagi. Dia selalu menemukanku."
"Aku akan melapor polisi untuk menangkapnya."
"Jangan," sela Caitlin tiba-tiba membuat Calvin menoleh kearahnya dan mengerutkan keningnya. "Maksudku, dia ... aku tidak ingin masalah ini sampai ke polisi," ucap Caitlin mencari alasan.
"Tapi lihat keadaanmu. Dia terus saja mengganggumu."
"Sebenarnya," Caitlin menghela napas pelan, "Ini semua salah ayahku. Kau tahu kan waktu aku mengatakan kalau ayahku bangkrut dan dia mempunyau banyak hutang. Salah satunya lelaki itu. Dan ... dia meminta pada ayahku supaya aku di jadikan p********n hutang ayahku padanya. Oleh karena itu, aku tidak tahu bagaimana caranya dia selalu saja berhasil menemukanku."
Calvin menatap lurus kedepan. Dia diam sembari memikirkan sesuatu. Jika Caitlin ikut dengannya, Catherine pasti akan salah paham lagi dan hubungan mereka pasti akan memburuk. Tapi, saat ini keselamatan Caitlin juga sama pentingnya. Dia tidak bisa membiarkan wanita yang dulu pernah dekat dengannya dalam keadaan bahaya. Belum lagi dulu Caitlin juga banyak membantunya.
~
Desahan Brittany cukup keras membuat tiga orang lainnya yang ada di ruangan itu memperhatikannya. Lirikan Brittany langsung jatuh ke arah Catherine membuat wanita itu kembali memperhatikan layar komputernya.
"Hei, Catherine," panggil Brittany, dia bangkit dan menghampiri Catherine. Berdiri tepat di depan meja wanita itu.
Catherine menghela napas pelan dan mendongakkan tatapannya, "Kenapa?" tanyanya dengan malas. Dia tahu jika wanita di depannya ini sedang dalam mood yang buruk maka bisa mengganggu anggota tim lainnya.
"Menurutmu, antara kau dan aku lebih cantik siapa?"
Catherine mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan konyol dari Brittany.
"Dia di acuhkan oleh lelaki yang tadi mencarimu," celetuk Adhiambo.
"Aku bukan di acuhkan. Tapi lelaki itu saja yang buta karena tidak bisa melihat kecantikanku," jawab Brittany sembari melirik kearah Adhiambo dan kembali menatap Catherine, "Hei, walaupun kau sudah bebas dari masa intern, tapi saat ini karena kelakuan lelaki yang menyebalkan yang mencari wanita sepertimu di perusahaan sebesar ini, dimataku kau masih saja Intern."
"Memangnya siapa yang mencariku?" tanya Catherine tanpa mempedulikan ucapan Brittany.
"Aku tidak ingin mengingat wajahnya lagi. Dia sangat menyebalkan," jawab Brittany, "Lebih baik kau belikan kami minuman di Cafe depan, cepat."
Tanpa sadar Catherine bangkit berdiri. Dia mengambil ponselnya dan langsung keluar ruangan. Sepanjang langkahnya dia masih memikirkan apakah lelaki yang mencarinya itu Terrel atau bukan.
Catherine terkejut saat mengetahui ponselnya mati. Diapun langsung menyalakan ponselnya kembali dan beberapa pesan singkat mulai masuk. Dua pesan dari Alexa dan satu pesan dari Calvin. Catberine membuka pesan Calvin lebih dulu.
Aku harus ke Paris karena ada urusan pekerjaan. Jika aku sudah kembali, aku akan menghubungimu.
"Calvin," gumam Catherine dan menelepon lelaki itu.
Dia mendesah kasar karena ponsel lelaki itu sudah tidak aktif, "Apa tadi yang mencariku bukan Terrel tapi Calvin?" gumam Catherine dan kembali mendesah kesal. Seharusnya dia pergi ke kantin untuk memastikannya lebih dulu. Catherine pun membalas pesan singkat Calvin sebelum memasukkan kembali ponselnya kedalam kantong celana.
Setelah kau sampai disana, langsung hubungi aku.
~
TBC
~
Makasih
Dii