Andrew masih memejamkan matanya ketika suster masuk untuk memeriksanya. Andrew menggeliat ketika tangannya terasa terguncang karena sentuhan pada infusnya. Ia perlahan membuka matanya.
"Suster, Bagaimana kondisi saya?" tanya Andrew lirih.
"Kondisi anda sudah lebih baik. Di mana perempuan yang menjaga anda, Pak? Ada obat yang harus segera diambilnya. Obatnya harus dibeli segera agar mengurangi peradangan dan rasa sakit Bapak," Suster berkata sambil menaruh resep diatas meja pasien. Andrew menghembuskan nafasnya secara kasar.
"Suster apa benar perempuan itu yang membawa saya ke sini?" tanya Andrew masih tak percaya.
"Ya. Dia yang membawa Bapak saat itu kondisi Bapak cukup gawat. Bapak kehilangan banyak darah. Stok darah di PMI juga sedang kosong, dia yang mendonorkan darahnya ke Bapak. Bapak harus berterima kasih padanya karena nyawa Bapak bisa tertolong karena pertolongan yang cepat. Bila dia datang tolong segera resepnya ditebus. Bapak harus banyak istirahat dan saya keluar dulu," ujar Suster itu panjang lebar dan membuat perasaan Andrew jadi tak menentu.
Seketika Ia teringat bayangan ketika dirinya kecelakaan. Tidak ada satu pun dari warga yang bersedia menolongnya. Hingga ia roboh tak sadar kan diri. Rasa pusing serta merta menghampiri Andrew. Ia bingung antara jijik dan berterimakasih. Jijik sebab darah perempuan itu sudah menyatu dengan dirinya. Mengapa sih harus gadis recehan itu yang membawanya? Serta berterima kasih Karena jika tidak ada gadis recehan itu mungkin nyawanya bisa melayang.
"Drew gimana keadaan lu?" Pintu terbuka dan membuyarkan lamunan Andrew.
"Miko. Akhirnya lu datang juga!" ucap Andrew bahagia melihat kedatangan sahabatnya.
"Nyokap dan Adek lu nelpon gue terus Drew mereka nanyain lu. Handphone lu mana sih nggak bisa dihubungi? Mereka segera kesini ngambil penerbangan awal dari Bali." kata Miko panjang lebar. Andrew segera mengirimi Miko pesan sebelum gawainya low.
"Papa gue tau nggak gue kayak gini Miko? Sebaiknya jangan bilang dia ya. Nanti dia balik dan ninggalin kerjanya di Jerman sana," pinta Andrew.
"Gue nggak ada hubungi Om Steve. nyokap lu tu hubungi dan bilang supaya jangan beritahu Om Steve." ujar Miko.
"Handphone gue low, tolong lu charger dulu karena gue butuh, sekalian tebus obat gue di Apotek," kata Andrew menghembuskan napas gusar.
Miko mengambil gawai Andrew dan resep kemudian berlalu dari hadapan Andrew untuk menebus obat di apotek serta men-charger gawai lelaki itu di mobil Miko.
Andrew lega setelah mengobrol langsung dengan Mama nya kalau dia baik-baik saja melalui gawai Miko. Mama dan adiknya sedang dalam perjalanan ke Ibukota mengambil penerbangan dari Bali karena mereka berlibur beberapa minggu di pulau Dewata.
Suster masuk dan memberi obat pada Andrew. kemudian sahabatnya Miko masuk kembali keruangan nya. Andrew menyerahkan gawai itu ke Miko.
"By the Way, Drew, gue kayak lihat gadis yang lu tabrak, deh. Nggak sengaja jumpa di rumah sakit ini juga waktu gue masuk. Dia kayak nangis gitu. Kenapa ya?" sela Miko dan membuat perasaan Andrew kembali tak karuan.
"Kenapa kamu peduli sekali sih dengan gadis recehan itu?"
"Kata Suster, seorang perempuan yang bawa lu kesini. Jangan-jangan dia?" tebak Miko yang langsung tepat sasaran. Wajah Andrew makin tak karuan.
"Ya sebenarnya dia tetapi kenapa harus dia sih yang nye-lamatin hidup gue. Belum lagi darahnya juga udah mengalir di darah gue."
"maksud lu?"
"Gue kehilangan banyak darah dan gadis recehan itu donor-in darahnya ke gue karena stok darah di PMI sedang kosong."
"Benar, 'kan, Drew. Kayaknya lu sama dia memang berjodoh," gurau Miko terkekeh membuat Andrew mendengkus kesal.
"sialan lu."
"Terus, kenapa dia pulang dan kayak nangis gitu?"
"Gue usir, karena gue malas ngelihat dia."
"Jahat lu Drew. kalau bukan karena dia nyawa lu melayang tau."
"Terus gue harus gimana dong?"
"Kasi kenang-kenangan kek. Ucapan terima kasih, contoh lu kasih dia uang sebagai tanda terima kasih atau lu pacari juga boleh."
"b******k lu!"
"Hahaha, jangan marah-marah gitu entar beneran cinta lu. Ya udah kasih uang aja supaya dia nggak sedih lagi karena lu usir."
Andrew berpikir sejenak kemudian berkata.
"Ya benar nanti deh gue cari dia mudah mudahan ketemu biar semuanya kelar, nggak enak juga gue udah memperlakukan dia begitu."
***
Dua minggu telah berlalu, Andrew telah sehat. Ia sudah bisa melakukan aktivitas nya seperti biasa, namun dia belum bertemu dengan Karina untuk memberikan nya uang karena telah menyelamatkan nyawanya.
Andrew sebenarnya tidak begitu ambil pusing kalau bertemu syukur kalau tidak juga tidak apa-apa. Andrew adalah CEO dari STEVANO COMPANY Group. Perusahaan tersebut sebenarnya milik ayahnya. Ia hanya mengurus cabang yang berada di Indonesia. Karena ibunya warga Indonesia asli sementara ayahnya berkewarganegaraan asing. Andrew lebih memilih tinggal di Indonesia karena dia merasa betah di sini serta mendapat titah dari sang ayah untuk mengurus usaha di negara ini.
Andrew masuk ke halaman kampus terfavorit di kota ini. Ia adalah lulusan S2 terbaik dan telah menyelesaikan pendidikannya serta wisudanya. Andrew hanya tinggal mengambil ijazahnya. Andrew pria berusia 29 tahun. Usia yang cukup muda untuk menjadi pebisnis, namun diusianya yang sudah terbilang cukup Andrew belum kepikiran untuk berumah tangga.
Dia masih betah sendiri. Mamanya pun sudah lelah mencarikan jodoh anaknya. Andrew selalu menolak dengan berbagai alasan. Urusan asmara Andrew termasuk pria pilih-pilih, dia tidak suka wanita manja yang menghabiskan uang orang tua untuk ber foya-foya. Dia tertarik dengan wanita cerdas, baginya wanita cerdas terlihat seksi.
Saat urusannya di Universitas itu sudah selesai. Mata Andrew membola melihat sosok gadis yang sedikit dikenalnya. Ya, dia Karina terlihat sedang 'mangkal' menunggui pembeli yang hendak membeli dagangannya.
Andrew tersenyum sinis memandang Karina sebenarnya dia enggan menghampiri karena rasa jijik yang luar biasa dia rasakan, namun mengingat Karina telah menolongnya, dia tidak mau berhutang budi. Gadis recehan seperti Karina hanya membutuhkan uang.
Andrew akan melempar lagi uang ke Karina sebagai ucapan terima kasih telah menyelamatkannya dan semua dianggap selesai.
Dia hendak menghampiri karina disana namun masih banyak mahasiswa yang hendak membeli dagangannya. Andrew pun menunggu. Setelah para mahasiswa telah pergi barulah Andrew mendatangi Karina. Karina terlihat duduk dengan buku dan pulpen ditangannya. Ia tidak memperhatikan Andrew yang sudah berdiri di depan stealing dagangannya.
"Ehem, ehem." Andrew berdehem mencari perhatian Karina. Karina menatap ke arah dagangannya melihat sosok pria dihadapannya. Seketika ia bangkit dari duduknya dan matanya membola menatap Andrew.
Karina langsung ingin tancap gas dan pergi begitu saja. Dia malas berhadapan dengan Andrew karena hatinya terlalu sakit untuk dihina. Ketika ia ingin menaiki motor matic nya Andrew menahannya.
"Jadi begini caramu memperlakukan pelanggan!" ucap Andrew dengan nada dingin dan tajam.
"Pelanggan? Maksudnya anda mau membeli dagangan saya? apa saya nggak salah nih?"
"Berapa semuanya?" tanya Andrew tanpa berbasa basi. Karina masih heran dan tidak percaya. Dirinya antara yakin dan tidak Andrew ingin membeli semua kuenya. Andrew yang memperhatikan sekeliling merasa malu ketika Karina mulai mengambil plastik dan membungkus kue-kue itu.
"Sudah-sudah ini aku beri saja. Aku tidak menginginkan kue mu," ucap Andrew meletakkan uang ke hadapan Karina.
"Ini apa ya? Saya tidak bisa menerimanya!" jawab Karina terheran heran.
"Ini uang karena kamu sudah menolongku, aku tidak ingin ada hutang budi dikemudian hari kepadamu!" ucap Andrew masih dengan nada datar. Wajah Karina merah padam dikatai Andrew seperti itu. Ia ingin sekali menampar mulut pedas Andrew.
"Anda pikir saya menolong karena uang. Sudah cukup kemarin anda menghina saya. Saya memang miskin, saya bisa memperoleh uang. Tanpa uang anda saya bisa hidup. Tolong ambil kembali uang anda!" Karina mengambil uang itu dan memberikannya ke tangan Andrew.
Dia kemudian mengambil tas nya yang di letakkan di bangku. Tanpa melihat lagi, Karina hidupkan mesin motornya dan pergi meninggalkan Andrew.
"Dasar gadis recehan sombong. Dikasi uang menolak ya sudah aku tidak akan berterima kasih padamu lagi!" teriak Andrew dengan suara keras yang masih dapat di dengar oleh Karina. Sepeninggalan Karina. Andrew hanya tersenyum sinis.
Untung suasana tidak terlalu ramai karena para mahasiswa sedang belajar jadi Andrew merasa tidak terlalu dipermalukan Karina. Ketika hendak meninggalkan tempat itu Andrew melihat sesuatu milik gadis recehan yang tertinggal. Ia pasti terburu buru hingga terjatuh. Andrew lalu memungutnya dan melihat sejenak ternyata buku harian milik Karina. Andrew mendengkus serta membatin dalam hatinya.
'Dasar gadis recehan seperti anak kecil
menulis dibuku harian, tetapi bolehlah ku lihat isinya. Apa saja sih pemikiran-pemikiran dan khayalan-khayalan orang-orang miskin'
Bersambung.
Bab 4.
CEO TAMPAN DAN GADIS MISKIN 4.
Andrew ter pingkal-pingkal tertawa membaca buku harian Karina. Buku tersebut berhasil menghiburnya. Walaupun ada beberapa bagian yang menyedihkan namun banyak hal hal lucu yang dituliskan Karina dibuku itu.
Andrew tak menyangka Karina adalah lulusan sarjana di Universitas. Andrew pikir ia hanya perempuan yang tamat Sekolah Dasar.
Andrew melajukan mobilnya ke Kantor, ketika lampu merah menyala ia berhenti untuk menunggu lampu hijau, di seberang jalan pria itu secara tak sengaja melihat Karina yang berhenti karena ada pembeli dan sedang melayani mereka yang membeli dagangannya.
Entah pikiran darimana Andrew berniat menguntit Karina. Ia penasaran atas apa yang dikerjakan gadis recehan itu seharian. Ia menghubungi sekretarisnya dan bertanya tentang jadwalnya di kantor.
"Bagaimana jadwal saya hari ini?" tanya Andrew ke sekretarisnya.
"Aman, Pak. Tidak terlalu padat."
"Baiklah kalau tidak terlalu padat. mungkin saya terlambat masuk kantor. kalau ada yang lain hubungi saya lagi."
Andrew memutuskan sambungan teleponnya. Lampu hijau menyala Andrew tidak menyia-nyiakan nya karena ia langsung putar balik untuk stalker Karina.
**
Karina berhenti disebuah Sekolah Dasar. Ia dan beberapa pedagang lainnya yang sedang mangkal menunggui anak sekolah tersebut pulang.
Tujuan mereka sama hendak menjual dan menarik perhatian anak sekolah itu. Anak sekolah berhamburan pulang dan mulai mendekati sejumlah pedagang termasuk Karina. Banyak diantara anak anak sekolah membeli kue kue Karina, dan hasilnya kue kue dan mie yang dijual Karina laris hanya tinggal sedikit.
Setelah keadaan mulai sepi sepeninggalan anak anak sekolah. Seorang pedagang menghampiri Karina. Wajahnya garang menatap Karina sengit.
"Hei kau pasti orang baru yang mangkal disini, 'kan? besok aku tidak ingin melihatmu lagi ada disini. gara gara kau dagangan ku kurang laku. Lihat bakso bakar ku sedikit yang membeli. Kalau aku masih melihatmu lagi. Awas kau!"
Ancam seorang laki laki sekitar umur empat puluh tahunan kepada Karina. Karina hanya mendengkus dan berkata dalam hati.
'ya elah rezeki sudah ada yang mengatur pak. kenapa sih pake ngancam-ngancam segala emang situ siapa? yang punya jalanan ni?'
Namun Karina tidak berani mengungkapkannya, nyalinya menciut melihat tatapan elang bapak itu. Wanita itu hanya diam saja.
"Hei, diberitahu malah melamun. Ngerti nggak lu!" bentak Bapak itu ke wajah Karina. Wanita itu terpaksa mengangguk karena malas ribut-ribut.
"Pergi sana!"
Bapak tadi berniat mendorong motor matic Karina.
Karina ketakutan dan langsung tancap gas meninggalkan pekarangan sekolah. Karina menghela napas sambil mengendarai motornya berlalu pergi.
Gadis itu sedih sekali diperlakukan seperti ini. Karina bahkan sering mendapat perlakuan kasar orang-orang yang iri ketika dagangannya laris.
Entah mengapa hati Andrew trenyuh melihat Karina diperlakukan kasar oleh seseorang. Ia ingat kembali bagaimana memperlakukan Karina dengan kasar ketika di rumah sakit padahal Karina sudah menolongnya jika bukan karena kebaikan hati karina mungkin nyawanya sudah melayang.
Andrew terus mengikuti kemana Karina pergi sepertinya ia sangat berbakat menjadi stalker. Karina berhenti disebuah masjid kemudian melaksanakan sholat dan mengambil bekal makanannya lalu mulai makan.
Setelah itu, ia pergi menemui anak anak jalanan dan para pemulung. Anak anak tersebut sudah menunggunya lalu menghampirinya dengan wajah berbinar.
Karina membagikan beberapa kue-kue yang sudah di pisahkan nya ke anak anak itu dan menyapa teman nya yang lainnya juga di sana lalu Karina dan temannya mulai mengajari beberapa anak anak jalanan dan pemulung tersebut membaca dan menulis.
**
Andrew menghembuskan nafasnya secara kasar. Ia lelah sekali hampir seharian menguntit Karina. Ia juga heran mengapa ia melakukan hal tersebut.
Namun saat mengetahui kegiatan Karina, Andrew merasa bersalah telah memperlakukan Karina begitu kasar ternyata Karina tidak seburuk yang ia bayangkan. Apalagi di buku harian Karina terpampang jelas isi hatinya.
Andrew sudah mengetahui semua rahasia Karina. Andrew tersenyum mendapatkan ide bagaimana cara berterima kasih kepada Karina. Cara agar Karina mau menerima uangnya.
**
Karina merasa frustasi. Ia lelah sekali seharian berdagang. Ia ingin mengistirahatkan badannya sebelum kembali ke dapur untuk membuat kue kue yang akan dijual di esok hari.
Namun Karina merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Buku diary nya ia lelah mencarinya namun tak juga ditemukan.
Padahal semua tentang dirinya ia tuliskan dibuku tersebut. Bagaimana bila seseorang mengambil dan membacanya?
Karina terus memikirkan hal yang tidak-tidak. Gawai nya bergetar lalu Karina mengangkatnya.
"Assalamualaikum. siapa ini?"
tanya Karina ketika telah tersambung.
"Apa benar ini Karina Larasati?"
"Ya benar. ini siapa ya?"
"Kamu sarjana Ekonomi dan terpaksa menjual kue keliling demi mencapai S2. Apa benar ini Karina itu."
"Ya dari mana anda tahu."
"Buku diary mu ada di tanganku. jika kau menginginkannya silakan datang ke alamat ini"
klik
"Tapi …" Belum melanjutkan perkataannya sambungan telepon sudah diputus.
Karina berteriak kesal, bagaimana mungkin bukunya berada ditangan orang lain? pasti orang tersebut sudah membacanya.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Karina memberitahu alamat yang harus Karina datangi bila ingin mengambil buku hariannya.
**
Karina sudah berada di depan rumah seseorang yang menemukan buku hariannya. Rumahnya sungguh besar tidak layak disebut rumah melainkan istana.
Karina menghembuskan nafasnya secara kasar, ia mulai berpikir yang tidak tidak. bagaimana bila ia diculik? Atau dijual. Namun ia segera membuang pikiran pikiran anehnya, ia berusaha berpikiran positif tentang seseorang yang akan mengembalikan bukunya.
Karina juga kesal karena orang tersebut sudah membaca buku hariannya. semoga saja tidak di baca. Sebab itu adalah privasinya.
Karina menekan bel didepan pagar mewah itu.
"Siapa?" sahut seseorang di sebuah speaker tak jauh dari pagar mewah.
"Saya yang memiliki buku harian itu!" lanjut Karina dengan gugup dan terbata.
Kemudian pintu pagar terbuka secara otomatis lalu Karina masuk dengan takut-takut dan perasaan tak menentu.
Ia terus berjalan hendak menghampiri teras rumah mewah yang didatanginya berharap segera mendapatkan bukunya lalu pulang segera ke kontrakannya.
Karina berjalan perlahan, terlihat setiap sudut taman indah milik orang kaya itu. Nyalinya kembali menciut karena ia merasa tidak pantas berada di rumah mewah itu apalagi pakaiannya sengaja ia pakai sejelek mungkin agar tidak menarik perhatian orang lain.
Karina memakai gamis besar yang menutupi seluruh tubuhnya ditambah jilbab panjang langsung pakai yang biasa digunakan ibu ibu membuat tampilan Karina tak berbentuk dan mirip ibu ibu sudah memiliki anak satu.
Setelah sampai di teras rumah, Karina tertegun melihat seorang pria menunduk sambil terus memainkan gawai nya.
"Selamat sore, Pak. saya kesini hendak mengambil buku harian saya." cicit Karina takut-takut.
Pria itu mengangkat wajahnya dan alangkah terkejutnya Karina melihat pria itu lagi, ternyata pria angkuh cerewet yang sering menghinanya.
"Kau!" Ucap Karina kaget
"Ya. mengapa? Kamu mengharapkan orang lain ada disini" ujar Andrew dengan seringainya.
"Apa kau yang membawa buku harian ku. kembalikan buku harian ku!" Bentak Karina kesal.
"Tenanglah. ini yang kau maksud!"
Andrew mengangkat buku itu dan membuat Karina segera mendekat untuk mengambilnya namun Karena Andrew lebih tinggi Karina tidak bisa meraihnya.
"berikan buku itu padaku. Kau mencurigai ku mencuri dompet dan handphone mu sementara kau sendiri membaca milikku. kamu seperti seseorang yang tidak tahu malu!" Ucapan Karina hanya dibalas senyuman oleh Andrew
"Hei, lihat penampilanmu. Apa benar umurmu dua puluh lima tahun? Kau seperti wanita berusia empat puluh tahun."
Andrew tertawa namun Karina mendengkus kesal.
"Apasih maumu. Kenapa kau menyuruhku datang kesini?" tanya Karina kesal dengan".
"Lihat penampilanmu kau seperti seorang pembantu. Ngomong ngomong aku sedang mencari pembantu untuk menyelesaikan tugas rumah tangga di rumahku sepertinya kau cocok mengerjakannya."
Perkataan Andrew membuat Karina terbelalak.
"Kau gila."
"Tentu saja tidak aku sudah menelaah mu dan mempertimbangkan mu ternyata kau lulus." ucap Andrew yang masih membuat Karina pusing tujuh keliling.
Bersambung