13. Ruang UKS

1006 Kata
Raga membaringkan Ify ke ranjang UKS. Seorang dokter jaga ikut kaget saat melihat siapa pasiennya sekarang ini. Dia antara takut dan ingin menolong, tapi pada akhirnya dia memberanikan diri untuk membantu Raga. Lagi pula, terlepas Ify adalah putri dari pemilik yayasan, tapi tugasnya di sini adalah menolong. Dia harus memberikan pertolongan pertama untuk Ify yang sekarang menjadi pasiennya. "Dia kenapa?" tanya dokter perempuan yang berjaga tadi. "Pingsan karena tidak sengaja terkena bola basket, dok." Raga menjelaskan apa yang dia tahu tentang kejadian tadi karena memang Raga juga ikut andil dalam bertanggung jawab atas pingsannya Ify. Dokter tadi segera memeriksa Ify, Raga menunggunya dengan cemas. Raga juga heran, kenapa tiba-tiba dia mencemaskan Ify padahal biasanya dia senang kalau melihat Ify kesakitan. Kemarin-kemarin saja saat dia sengaja menjahili Ify, Raga tidak memiliki rasa penyesalan. Namun sekarang saat dia tidak sengaja, Raga malah sangat-sangat mencemaskannya. Apa ini hukuman dari Tuhan? Tanya Raga dalam hatinya. "Bagaimana, dok?" tanya Raga setelah melihat dokter tadi selesai memeriksa Ify. "Syukurlah, dia tidak kenapa-napa. Penyebab Ify pingsan itu selain karena terkena lemparan bola, juga karena tensi darahnya yang rendah. Kamu tidak perlu khawatir, nanti juga akan siuman," jelas sang dokter. Dokter tadi pamit usai memeriksa Ify dan memberi tahu Raga untuk memberi Ify minum saat gadis itu siuman nanti. Di sini, Raga sendirian menemani Ify. Dia menunggu Via yang katanya tidak akan lama, tapi sampai sekarang Via belum juga ada menyusulnya. Di lain tempat, Via bergegas ke kantin terlebih dulu untuk membeli roti dan minuman buat dirinya dan Ify nanti. Dia tidak mungkin membiarkan Ify tidak minum saat sahabatnya nanti siuman. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Via langsung berlari ke ruang UKS. Dia benar-benar takut kalau terjadi apa-apa sama Ify. Bahkan Via menahan dirinya supaya tidak memberi tahu Alvin mengenai kejadian tadi. Kalau sampai Via memberi tahu Alvin, nanti yang ada malah Raga bakal di drop out dari sekolahan. "Gimana keadaan Ify?" tanya Via saat dia baru saja masuk ke ruang UKS. "Kata dokter sih nggak apa-apa, nanti juga bakal siuman. Terus tadi dokter pesan kalau Ify siuman, harus dikasih minum air putih," jelas Raga kepada Via. Via mengangguk sambil meletakkan keresek berisi jajanan dan minumannya. Sekarang Via menatap Ify yang terbaring lemah di ranjang UKS. "Mending lo pergi dari sini sekarang, keburu nanti Ify siuman dan dia ngamuk ke lo," titah Via kepada Raga. Sebenarnya Via ingin marah kepada Raga tapi dia tidak bisa. Entah apa yang membuat Via harus menahan itu semua, tapi yang jelas kali ini Via tidak ingin melihat ada murid SMA Golden's yang dikeluarkan karena perintah dari bibir Ify. "Aku sekali lagi minta maaf ya, semoga Ify nggak kenapa-napa," ucap Raga sebelum dia keluar dari ruang UKS. "Iya, makasih," sahut Via seadanya. Raga meninggalkan mereka berdua di ruang UKS dengan perasaan sedih. Ada rasa penyesalan karena tadi dia tidak berhati-hati dalam bermain bola basket hingga akhirnya dia malah mengenai Ify sampai Ify pingsan begini. Tersisa Via dan Ify saja. Via dengan setia menemani Ify, bahkan Via juga mengelap keringat yang mengucur di pelipis Ify pakai tisue yang tersedia di atas kabinet. Melihat Ify sakit itu juga sama saja membuat Via sakit. Mereka berteman sudah lama, bahkan ada yang bilang mereka seperti anak kembar. Wajar saja kalau Via tidak ingin melihat Ify terluka. "Semoga lo nggak kenapa-napa, Fy." Via bersungguh-sungguh dalam berdoa, dia menginginkan supaya Ify tetap sehat luar maupun dalam. Tak berselang lama, Via melihat kedua kelopak mata Ify bergerak-gerak pelan. Bibir Via tersenyum hanya karena melihat Ify yang akhirnya siuman. "Fy, lo denger suara gue 'kan?" tanya Via. Ify menggerakkan tangannya, dia memegang kepalanya yang terasa sakit. Terutama di bagian pelipisnya yang tadi terkena bola basket. Ify siuman, dia benar-benar membuka kedua kelopak matanya. "Gue nggak kenapa-napa kok," sahut Ify setelah dia bisa membuka mata sepenuhnya. Via teringat apa kata Raga, dia langsung membuka satu botol air mineral dan membantu Ify untuk minum. Untungnya, Ify mau menurut kepadanya. "Lo mau roti?" tawar Via, namun dia mendapat gelengan kepala dari Ify. "Sini, gue bantu duduk," Via berbaik hati membantu Ify buat duduk. Ify masih berusaha mengingat-ingat tentang apa yang terjadi padanya tadi. Sampai akhirnya Ify benar-benar ingat kalau tadi dia terkena lemparan bola basket. Ify mendesah pelan, dia tidak menyangka apa yang dia ucapkan tadi menjadi kenyataan. "Lo beneran udah ngerasa nggak kenapa-napa?" tanya Via dengan suara pelan. Via sangat cemas pada kondisi Ify yang habis terkena timpukan bola basket dari Raga. Akibat dari kejadian Ify yang terkena bola basket tadi, membuat Via amat ketakutan. Pasalnya ini bukan yang pertama kali Ify terkena lemparan bola basket, tapi sudah yang berulang kalinya. Namun biasanya Ify tidak sampai tergeletak pingsan seperti tadi. Untungnya setelah diperiksa ternyata penyebab Ify pingsan bukan hanya karena lemparan bola, melainkan karena tensi darah Ify yang rendah. "Mending lo balik kelas deh. Gue bukannya tenang ada lo di sini, malah pusing ngelihat lo mondar-mandir dari tadi." Ify menggeram kesal karena Via sudah seperti setrikaan yang terus bolak-balik seolah sedang menyetrika lantai. "Ih, lo jahat ya. Udah gue tungguin juga di sini malah guenya diusir," dengus Via emosi. Memangnya, siapa juga yang tidak marah kalau diusir seperti ini oleh orang yang dikhawatirkan? Wajar saja kalau Via akan marah. Padahal Via memang benar-benar mencemaskan kondisi Ify. "Bodo amat, mau lo bilang gue jahat juga terserah, daripada gua lama-lama ngelihat tingkah lo nanti gue jadi olap," balas Ify tak berperasaan. Tanpa menghiraukan Via lagi, Ify langsung menarik selimutnya dan membungkus seluruh badan mungilnya. Ify malah berniat buat tidur saja, ketimbang melihat Via. Meski Via sudah diusir, tapi dia tidak akan meninggalkan Ify sendirian di ruang UKS. Dia akan menemani Ify sampai nanti jam pulang sekolah berbunyi. Via tahu, Ify melakukan ini bukan karena Ify tidak suka padanya, melainkan karena Ify tidak ingin Via membuang-buang waktu belajarnya untuk Ify. Via juga tahu, Ify pasti malu kepadanya karena dia pingsan di depan banyak murid-murid lainnya. "Tidurlah, gue nggak bakal ganggu," kata Via sembari membenahi selimut Ify yang sedikit tersingkap. Via benar-benar menemani Ify sambil menikmati jajanan yang tadi dia beli. Dia juga lapar, jadi harus tetap mengisi perutnya sambil bermain ponsel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN