5. Bertemu (Lagi)

2667 Kata
Cheers! Seru sekumpulan orang-orang bersulang mengangkat water goblet berisi cairan berwarna merah pekat. Segelas anggur merah mereka teguk perlahan. Perlahan minuman itu membakar kerongkongan mereka. Minum anggur untuk pendamping steak adalah pilihan terbaik. Keakraban terlihat pada makan malam kali ini, canda gurau mereka lontarkan. Tidak ketinggalan David pun terkena godaan dari para kru. “Kemana Wang Sean?” tanya Manager Li. “Dia bilang ingin ke suatu tempat. Mungkin sebentar lagi akan datang,” ujar sutradara Zhou Tianming sambil meneguk wine. “Aku tidak tahu kalian pernah menjadi sepasang kekasih,” ujar seorang pria bermata sipit pada David. Pria yang berprofesi sebagai asisten cameraman itu merangkul pundak David, sedangkan pria yang dirangkulnya sedang menahan kesal mati-matian. Apa tidak ada pembahasan lain? kenapa mereka penasaran sekali dnegan hubunganku? batin David mencoba tersenyum walau sedang kesal. “Ya, itu masa lalu, dan kami sudah lama berpisah,” ujar David membuat Jia Li memalingkan wajahnya. Tidak ada komentar sedikit pun dari Jia Li, sesekali gadis itu tersenyum ketika namanya disebut-sebut. “Tapi perasaanku masih sama seperti dulu,” celetuk Jia Li membuat semua mata tertuju padanya, termasuk David.  “Aku merasa David masih sama seperti dulu yang bisa membuatku selalu merasa nyaman.” Jia li menatap David dengan tatapan penuh pesona. “Terima kasih David, kau bekerja dengan sangat  baik.” Semua kru bersorak seolah wanita itu siap membuka hatinya untuk David. Dan setelah pernyataan itu David selalu digoda untuk kembali pada Jia Li. Pria itu hanya diam, ia malas membalas obrolan yang membuatnya tidak nyaman, walau sesekali ia tersenyum menanggapi godaan itu. Mereka tidak tahu bagaimana masa lalunya yang tersakiti begitu dalam. Hingga David harus pergi menenangkan diri ke negara ibunya—Indonesia--.  Rasa sakit itu juga yang membuka karirnya sebagai aktor di negara seribu pulau. Sebuah film yang berjudul ‘Ada Apa dengan Jengkol’ sukses melambungkan namanya sekaligus menjadi film pertama dan terakhirnya di Indonesia. Ia memutuskan bangkit dan memulai karir di berbagai negara hingga akhirnya menetap kembali di China sebagai aktor papan atas. Perjalanan yang tidak mudah untuk David jalani. Pria itu tetap bersyukur atas rasa sakit yang ia terima, berkat rasa itu ia bisa sukses seperti sekarang. Tentu dengan kerja kerasnya dan bakat akting yang terus ia asah selama bertahun-tahun. Jia Li menatap David lekat. Bagaimana pun caranya ia akan membuat David kembali dalam pelukannya dari wanita misterius itu. Jia Li tersenyum samar, ia akan mencari tahu identitas wanita yang bersama David. Ia tahu mantan kekasihnya bukan seorang player, kecil kemungkinan jika wanita itu adalah gadis malam atau hanya partner one night stand.     *** Mayleen menatap takjub pada bangunan-bangunan di pinggir jalan. Lampu warna-warni itu mampu menarik perhatiannya. Gadis itu akui selama dua jam berada di luar rumah membuatnya terbiasa dengan kendaraan yang berlalu lalang sembarangan. Bahkan Mayleen tidak merasa takut tertabrak karena ia sudah mempelajari cara menyebrang jalan dari orang-orang yang dilihatnya di jalan.  Melangkah tanpa arah ke tempat yang ia sukai itulah yang Mayleen lakukan. Sanya, kota kecil yang cantik, Mayleen tidak tahu  jika daratan bisa seindah ini. Sehelai daun kering terjatuh di depannya. Mayleen berjongkok untuk mengambil daun itu. Ia tersenyum menatap daun itu sebelum memasukkannya ke dalam saku jaket. Salah satu toko di pinggir jalan menarik perhatian Mayleen. Ia mendekat ingin melihat makanan aneh yang dikonsumsi manusia. Pelayan toko menghampirinya dan menanyakan makanan yang ingin dibeli. Mayleen dengan antusias menunjuk beberapa makanan yang dikatakan buah oleh si pelayan. Dipilihnya buah yang berwarna terang, Mayleen penasaran dengan rasa buah itu. Apakah selezat sup buatan Manager Li? “Semuanya 50 yuan,” ujar pelayan itu.  Mayleen tersenyum kaku, ia tidak mengerti apa yang dimaksud si penjaga toko. “Apakah Anda punya uang?” tanya pelayan itu lagi. Mayleen memeriksa kantong jaket hitam pemberian manager Li. Namun sayang kantong itu kosong, hanya ada daun kering yang dipungutnya tadi. Mayleen tidak punya uang yang dimaksud si pelayan. “Apa aku bisa bayar dengan ini?” Mayleen menyodorkan daun kering pada pelayan. Raut wajah di pelayan itu seketika berubah. Ia mengabaikan Mayleen yang masih diam di depan kasir. “Bisa tolong bungkuskan buah ini?” seorang pria berjaket biru navy dengan kaca mata serta masker menutupi wajah berdiri di belakang Mayleen. Mayleen melihatnya dengan seksama terutama saat pria itu mengeluarkan sebuah kertas dari dompet. Oh, apakah itu yang dinamakan uang?  Mayleen mulai menyadari kehidupan manusia lebih sulit darinya. Ia bisa makan tanpa harus memberi imbalan atau sebaliknya. “Sisanya untuk membayar tagihan Nona ini,” ujar pria itu sebelum pergi. Mayleen menatapnya kagum. Hampir semua manusia yang ia temui selalu berbuat baik, kecuali David. Mengingat pria itu membuat Mayleen takut, apa kali ini David akan marah lagi saat tahu ia kabur dari rumah. Mayleen tersadar dari pikirannya ketika pelayan toko memberikannya dua kantong tas yang berisi buah-buahan yang ia pilih. Mayleen menerimanya dengan senang hati. Gadis itu segera berlari ke luar untuk berterima kasih pada pria baik itu. Tapi sayang pria itu sudah pergi dengan mobil hitamnya. Mayleen memerhatikan mobil yang tidak asing baginya. Mayleen mengingat kembali plat motor itu. “Wang Sean!” pekiknya. Mayleen masih ingat mobil itu pernah dikendarai oleh pria yang ia cari. Sekali lagi Mayleen kehilangan kesempatannya. Wajah cantik itu seketika murung. Tubuh Mayleen tersentak ke belakang membuat gadis itu kaget. Mayleen terdiam melihat seorang pria berkacamata hitam dengan masker menutupi wajahnya . Sama seperti penampilan Wang Sean beberapa saat lalu. Penasaran, Mayleen pun mencondongkan tubuhnya dan membaui wangi si pria. Mata kecilnya membulat saat mengenali bau parfum itu. David…. Wajah Mayleen seketika pucat, menegakkan tubuhnya kembali. Ia membuang muka ke arah lain. maksud hati ingin kabur tapi David langsung memegang lengannya. “Kenapa kau berada di luar?” Suara dingin itu membuat Mayleen bergetar, ia dalam masalah. David memergokinya berada di luar. Bagaimana bisa pria itu tahu aku ada di sini, apa pria itu mengikutiku?batin Mayleen. “Tidak mau menjawab?” Suara dingin David membuat Mayleen takut. Pria itu hobi memarahinya. “Aku lapar jadi aku keluar. Seorang pria membelikanku buah ini,” ujar Mayleen mengangkat kedua kantong belanja di tangannya. “Kau sudah melanggar aturan, Mayleen.” Kata-kata dingin David membuat Mayleen membeku, ia rasa akan mendapat hukuman lagi. David menghembus napas dalam, kemudian menarik tangan Mayleen masuk ke dalam mobilnya. **** Jia Li menatap pria di depannya dengan kesal, bagaimana bisa ia belum mendapat informasi tentang gadis yang berciuman dengan David sampai sekarang. Ia tidak mau gadis itu menghalangi rencananya untuk mendapatkan David kembali. Suasana restaurant yang ramai membuat ia semakin gerah. “Sampai sore tadi anak buahku belum menemukan keberadaan gadis itu,” ujar pria berseragam hitam di depannya. Jia Li mengepalkan tangan. Bagaimana bisa ia sampai kecolongan. Kberadaan gadis itu adalah ancaman untuknya, dan itu tidak pernah ia biarkan terjadi. David harus menjadi miliknya kembali. “Secepatnya kabari aku jika kau menemukan sesuatu tentang gadis itu,” ujar Jia Li menatap pria yang menunduk hormat padanya. Pria itu beranjak pergi meninggalkan wanita itu sendiri. Aku harus bertindak cepat, batinnya risau. *** David menyeret tangan Mayleen kasar, pria itu tidak peduli dengan ringisan yang dikeluarkan oleh gadis itu. Mayleen benar-benar keras kepala.  “Aku minta maaf,” ujar Mayleen cepat sebelum David mengeluarkan kata-kata pedasnya. David membuka masker sekaligus kaca mata hitam. Pria tampan berhati iblis, itulah yang tergambar dalam benak Mayleen saat menatap pria di depannya. David sangat menyeramkan ketika marah. Terdengar helaan napas panjang dan kasar dari David. Pria itu sedang menahan emosinya. “Apa kau lapar?” ujar David tiba-tiba. Mayleen mendongkak menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bukan makian dengan nada keras dan dingin yang keluar, tapi sebuah perhatian dengan nada normal layaknya manusia. “Aku lapar,” sahut Mayleen spontan. Dengan lembut David mengambil kantong belanjaan dari tangan gadis itu kemudian beranjak ke dapur. Apa pria itu terbentur sesuatu?batin Mayleen menatap takjub pada perubahan David.  Mayleen mengekorinya sampai di depan pintu dapur. Mayleen masih takut kalau sewaktu-waktu pria itu akan marah. “Kenapa diam di pintu? Ayo duduk di sini,” ujar David menujuk meja makan. Mayleen mengernyit heran, apa yang membuat pria ini tiba-tiba berubah. Mayleen melangkah pelan dengan tatapan penuh selidik. Mayleen menopang dagunya dengan kedua tangan, memerhatikan David yang sedang memotong buah. Entah apa yang pria itu tambahkan ke dalam mangkuk. David meletakkan hasil karyanya di atas meja. Mayleen mengendus aroma segar dari makanan itu. “Kau membeli buah cukup banyak, jadi makan malam hari ini cukup salad buah,” ujar David dengan sumpit ditangannya.  Sejujurnya David tidak bisa memasak makanan, Manager Li yang selalu memasakinya jika ia malas keluar rumah. Bukankah ia manager yang baik, meski pekerjaan pria itu menumpuk masih saja sempat membuatkan David makanan. Mayleen mulai mengambil sendok yang ada di sampingnya, berbeda dengan David yang menggunakan sumpit. Rasa segar dan manis gadis itu rasakan ketika mengunyah daging buah berwarna merah. Rasanya sangat nikmat dan tentu enak. “Kau menyukainya?” Mayleen mengangguk. Dengan semangat ia memakan salad buahnya. David tersenyum misterius, dicondongkannya tubuh kekar itu. “Karena kau sudah melanggar aturan, besok kau akan mendapat hukuman.” Mayleen tersedak mendengar perkataan David. Buah yang ada di dalam mulutnya kembali keluar setelah mendengar bisikan David.  Sudah ia duga, pria ini ada maunya. Sedangkan David terlihat santai menikmati salad buah yang ia buat. *** “Apa kau sudah menghubunginya?” ujar seorang wanita usia 53 tahun pada pria di depannya. “Dia sibuk, aku rasa kita perlu membuat kejutan kecil untuknya.” Pria itu tersenyum pada wanita itu, seraya menikmati sarapannya. Helaan napas panjang keluar dari bibir perempuan itu. “Aku merindukan David, Xian. Sudah lama dia tidak berkunjung, aku inin dia pulang” ujarnya dengan wajah sendu. “Dia sudah besar, Jessica. Biarkan dia menentukan hidupnya sendiri,” ujar Xian pada istrinya. “Aku ingin kita ke Hainan selama beberapa minggu. Kau belum pernah mengambil cuti,’kan?” melihat Jessica merengek seperti anak baru gede membuat Xian gemas. Meski usia mereka tidak muda lagi tapi sikap mereka tidak pernah berubah. Kemesraan dan kekompakan mereka membuat siapa pun iri termasuk anak tunggal mereka. Salah satu hal yang membuat David tidak betah tinggal bersama orang tuanya adalah kemesraan kedua orang tuanya apalagi ketika ia patah hati Jessica dan Xian malah asik berpacaran di depannya. “Apa yang akan kau lakukan pada anak itu?” tanya Xian, ia tahu istrinya pasti merencanakan sesuatu. Tentunya adalah hal yang sangat menakutkan untuk David. “Aku akan merencanakan kencan buta. Melihat anak tampan itu jomblo membuat diriku merasa terhina. Bagaimana bisa tidak ada satu pun wanita yang bisa memikatnya,” ujar Jessica membuat Xian menggeleng-geleng. Wanita itu sepertinya sudah tidak sabar menimang cucu. Apalagi David sudah lama menyendiri pasca putus dengan Jia Li. Anak itu berubah menjadi workholic. “Biarkan dia memilih pasangannya sendiri, sayang. Kau membuatnya tertekan.” Xian menuangkan the hangat ke dalam cangkir. Aroma melati menguar ke dalam indra penciumannya. Jessica cemberut, suaminya memang selalu memberikan kebebasan pada David, ia tidak pernah melarang apa pun yang ingin anaknya lakukan selama itu masih sesuatu yang positif. “Setelah pekerjaanku selesai, kita akan pergi ke Hainan.” Jessica tersenyum lebar dan menghambur kepelukan sang suami. Sebuah ciuman pun ia berikan pada Xian sebagai ungkapan bahagianya.     ** Mayleen mentap  tangannya dan David  saling terikat dengan kain. Seperti yang dikatakan David ia akan menerima hukuman pagi ini. Mayleen tidak tahu kenapa pria itu memberikannya hukuman aneh. “Jangan pergi ke mana pun tanpa seizinku,” ujar David tanpa mengalihkan tatapannya dari buku. Lelah membaca buku tebal ditangannya, David kemudian membaringkan tubuh di sofa. Matanya terpejam membuat Mayleen harus duduk di lantai. Hidung mancung rahang yang tegas dan bibir tipis merahnya membuat Mayleen tidak bosan memandang wajah David.             Kalau saja ia tidak suka marah-marah mungkin Mayleen akan menyukai pria itu. Wajah gadis itu bersemu merah, ketika menatap bibir David yang sedikit terbuka. Ia masih bisa mengingat bagaimana rasa bibir itu ketika mereka berciuman. “Jangan lakukan hal aneh,” gumam David seolah tahu apa yang akan Mayleen lakukan. *** Manager Li menekan kode pintu  rumah David. Seperti biasa ia menenteng beberapa kantong makanan, pria baik hati itu tahu David yang tidak bisa masak dan ia yakin pria itu belum sarapan tadi pagi. Li Wenhua mengganti sepatunya dengan sandal putih, ia ingin segera berkutat di dapur dan menyuruh David makan siang. Namun ia cukup terkejut melihat pemandangan tidak biasa di depan sofa. David yang terbaring tidur di atas sofa sedangkan Mayleen tidur di atas dadanya. Manager Li  menyeringai. Ini kesempatan bagus untuk menjinakkan David saat marah. Diambilnya ponsel pintar dari saku jasnya. Difotonya Mayleen dan David dari berbagai sudut. Sungguh Manager Li bahagia melihatnya, mereka seperti sepasang suami istri yang baru menikah. Ingin rasanya ia menginap di rumah itu untuk melihat tingkah unik dua insan itu. Puas dengan hasil jepretannya, Manager Li kemudian menyimpan kembali ponselnya. Pria itu beranjak ke dapur untuk mulai memasak. Melihat David dan Mayleen akur mampu membuat suasana hatinya bahagia. Pasangan ideal, pikirnya. David terbangun dari tidurnya, suara perutnya membuat ia sadar bahwa ia belum makan apa pun sejak tadi pagi. Bahkan buah yang dibeli Mayleen dihabiskan gadis itu tanpa menawarinya sedikit pun. Meski jengkel tapi David hanya diam, ia gengsi harus meminta buah. David merasakan sesuatu yang berat di dadanya. David sedikit menunduk dan melihat Mayleen tertidur pulas di dadanya. David mengguncangkan tubuh Mayleen, tapi gadis itu tidak merasa terusik sama sekali. Bahkan ia memeluk David dengan tangannya yang terbebas dari ikatan . David mendesah frustasi, dilepasnya ikatan tangan mereka. Perlahan pria itu mengangkat kepala Myaleen membuat gadis itu terbangun. “Cepat bangun!” seru David. “Kenapa dia ikutan tidur?” gumamnya setelah Mayleen menggeser duduknya. David berjalan ke dapur mengabaikan Mayleen yang masih duduk di lantai. David menuangkan segelas air dingin dan meminumnya. Ketika pria itu menutup kulkas berpintu empatnya, ia terkejut dan tanpa sengaja menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya. David segera memberikan saputangannya pada Manager Li, ia terlalu kaget saat tiba-tiba pria itu ada di dapurnya. “Sejak kapan kau ada di sini?” David menarik kursi untuk duduk. Pria itu menoleh pada Manager Li yang duduk di sampingnya. “kalian terlalu sibuk tidur berduaan sampai tidak sadar aku masuk ke rumah.” Manager Li menyindir David. “Aku lagi tidur, bagaimana bisa sadar,” sahut David membuat pria di sampingnya berpikir ulang.  “Aku lapar,” rengek David membuat Li Wenhua mendengus kesal. Disaat ada maunya saja David bertingkah manis. Manager Li kembali sibuk memasak, kelaparan David harus segera diatasi sebelum pria itu murka seharian. David dengan setia menunggu makanannya. Selama Manager Li sibuk, David menenggelamkan diri di dunia maya. Ada gossip terbaru dari artis pendatang yang lebih heboh dari gosipnya. David bisa melihat jika gosipnya sudah mereda. Syukurlah setidaknya ia bisa bebas dari tuduhan cinta lama bertemu kembali. Manager Li menghidangkan semangkuk carbonara di depan David. Hanya ini makanan tersimpel yang bisa ia buat dalam waktu cepat. Manager Li memukul tangan David saat pria itu mau menyumpit spagetthinya. “Aww… kenapa? Aku mau memakannya,” protes David. “Panggil Mayleen dulu, dia pasti lapar,” suruh Manager Li membuat wajah David tertekuk. “Dia masih tidur, biarkan saja lagi pula ia sudah makan buah,” jawab David kemudian menyantap makanannya. Manager Li menggeleng dengan sifat acuh David. Selesai mereka makan manager Li dan David berbincang mengenai tawaran syuting film terbaru. Banyak tawaran yang masuk untuk pria itu dan ia harus memilih film yang tepat. “Hmm, bagaimana dengan tawaran ini?” Manager Li memberikan sebuah berkas pada David, dan pria itu membacanya kemudian menggeleng. “Itu cerita yang bagus David.” Manager Li memperbaiki letak kacamatanya yang merosot. “Tidak. Aku tidak akan membiarkan wanita iblis itu berpeluang mendapat peran wanitanya. Aku harus meminimalisir peluang ia menrima cerita yang sama denganku,” jelas David membuat Manager Li bingung siapa yang dimaksud wanita iblis. “Siapa dia?” manager Li penasaran dan David hanya tersenyum misterius. “Apakah dia Nona Jia Li?” Manager Li mencoba menebak siapa wanita tidak beruntung yang dibenci oleh actor tampan seperti David. “Sepertinya kau sudah tahu.” Manager Li mengangguk paham. David kembali memilah berkas yang berserakan di atas meja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN