SL. 04

1150 Kata
Anastasia melangkah keluar kelasnya dengan raut wajah yang masam, ia melangkah menuju toilet perempuan yang berada di ujung lorong dan melewati kelas laki-laki yang terus menerus mengabaikannya. "Mana harus lewatin kelas dia dulu lagi, semoga pintunya tertutup," gumam Anastasia ketika menghentikan langkah kakinya sejenak. Gadis tersebut melanjutkan langkah kakinya setelah menarik nafas dalam-dalam ketika ingin melewati kelas laki-laki tersebut dan sialnya pintu ruang kelas tersebut terbuka dengan sangat lebar, keadaannya kelas pun ramai karena tak ada guru yang mengajar, jantung gadis tersebut berdegup kencang. "Hai Na, mau kemana?" tanya laki-laki yang berada di depan kelas Rekal tersebut. Anastasia berusaha untuk tidak menggubrisnya namun laki-laki tersebut seolah menghalang jalannya. "Mau kemana si buru-buru amat," katanya kembali. "Eh Ri jangan di ganggu punya Rekal dia," ucap salah satu temannya, jelas Anastasia dapat mendengarnya. Ari terdiam sejenak memicingkan matanya lalu menoleh ke arah Rekal yang seolah tidak memperdulikannya, namun Riki dan Bimo jelas menatapnya dengan lekat, seringai kecil muncul begitu saja dari laki-laki tersebut. "Kal! Anastasia buat gue ya?" tanya Ari teriak dengan lantang, semua yang berada di sana jelas mengerutkan keningnya dan berfokus kepada Rekal yang kini menoleh dengn sorot mata teduhnya. "Ambil, gue enggak butuh," jawab Rekal dengan lantang yang membuat semua orang terkejut terutama kedua sahabatnya daj Anastasia yang kini mengepalkan tangannya, hatinya jelas merasakan sesak seolah tidak bisa bernafas. "Dengarkan Na, itu jawaban Rekal buat lu," kata Ari yang mmebuat Anastasia menatap lekat dengan menelusuk, gadis tersebut melangkahkan kakinya menerobos Ari yang menghalangnya. Ari menarik tangan Anastasia yang membuat gadis tersebut menoleh lalu menghempaskannya namun sangat disayangkan genggaman tangan laki-laki tersebut sangatlah erat. "Nanti pulang bareng ya," kata Ari lalu mengedipkan satu matanya dengan genit. "Enggak usah, Gue bawa motor sendiri!" balas Anastasia dengan sarkas, ia lalu menghempaskan tangan laki-laki tersebut hingga terlepas membuat Ari tersenyum miring menatap gadis yang mungkin menjadi incarannya kini. Kino menyenggol temannya tersebut lalu berkata, "Lu berani banget anjirt, dia baru punya Rekal." "Lah Rekal sendiri yang bilang suruh ambil," ujar Ari sambil menaikkan kedua alisnya. "Et gilaa lu emang," balas Kino sambil menggelengkan kepalanya pelan mendengar cetusan sahabatnya. Ari berkata, "Balik kelas." Ketiga sahabatnya hanya mengikuti saja langkah kaki sahabatnya tersebut, namun langkah kaki Ari terhenti ketika berada di depan pintu kelas Rekal. "Kal, makasih udah bolehin gue deketin Anastasia. Tenang, gue akan jaga dia dan enggak akan sia-siain cewek secantik Anastasia kaya lu," ucap Ari dengan lantang sorot matanya seolah meledek, Riki jelas yang mendengar jelas terbawa emosi atas perkataan laki-laki tersebut namun Bimo menahannya. "Jangan mulai Ki, ini masih dalam ruang lingkup sekolah," kata Bimo menenangkan. Riki kembali duduk sedangkan Rekal terdiam menatap jengah hingga dimana Ari dkk sudah tak ada lagi dipandangannya. "Kenapa si nahan gue?!" seru Riki yang kesal. Bimo menyela, "Terus lu mau ribut? Kita udah kelas 3 jangan bertingkah di sekolah, lu mau kaga lulus perkara kasih pelajaran ke dia? Hah?!" Dengan nada yang serius, Riki terdiam mengatur nafasnya yang masih memburu. "Lagi ngapain si lu ladenin, tuh orang sengaja mancing emosi gue malah lu yang kepancing," cetus Rekal. "Ya mulutnya dia kurang ajar banget!" seru Riki yang membuat Rekal hanya menghela nafasnya gusar lalu meletakkan kepalanya di atas kedua tumpukan tangan yang ia jadikan bantal. "Kalau udah jam pulang, bangunin," ucap Rekal yang kini perlahan kini memejamkan matanya. "Yeuh molor mulu lu," cetus Riki, laki-laki tersebut yang masih mendengarnya hanya tersenyum tipis saja. Sedangkan di sisi lain Anastasia kini berdiri tepat di wastafel tpilet yang memiliki kaca lebar dan besae, ia mengepalkan tangannya menahan amarahnya, ia menatap dirinya seolah merasa kasihan pada dirinya sendiri. Gadis tersebut menangis tanpa suara, hatinya sesak ketika mengingat perkataan laki-laki yang menganggapnya seolah seperti barang yang tidak dibutuhkan lagi. Anastasia mengusap pelan mukanya dengan air yang mengalir dari keran wastafel tersebut, ia kembali menatap dirinya sambil tersenyum miring lalu berkata, "Iya Kal, lu benar! Gue cuman orang yang enggak lu butuhin lagi, gue cuman barang di mata lu!" Gadis tersebut menyeka air mata yang mengalir dari sudut matanya, setelahnya ia melangkah keluar dari toilet tersebut dan melangkah menuju ruang kelasnya dengan raut wajah yang ia buat datar sedatar mungkin. Hingga waktu berlalu begitu saja, bell pulang pun sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu para siswa-siswi berhamburan untuk bergegas pulang. "Na, ayuk pulang," kata Heni mengajak. "Lu berdua duluan saja, ketemu diparkiran nanti," ucap Anastasia yang membuat kedua sahabatnya saling menatap satu sama lain lalu mengangguk tersenyum. "Lu jangan lama ya, kitakam mau kerumah lu," kata Mila membuat Anastasia mendongak lalu tersenyum manis. Heni dan Mila lantas melangkah menjauh dari ruang kelas yang sudah terlihat sepi tersebut, hanya tinggal Anastasia dan beberapa yang siswa yang membereskan peralatannya. Hingga dimana Anastasia keluar dari ruang kelas dan berpapasan dengan Rekal yang berjalan sendiri, langkah mereka sama-sama berhenti, tatapan kerinduan namun membenci sangat di rasakan Rekal. "Rekal!" panggil Anastasia ketika laki-laki tersebut melangkah menjauh darinya, Rekal menghentikan langkah kakinya mmebuat Anastasia menarik nafasnya dalam-dalam lalu berkata, "Kalaupun emang lu mau benci gue enggak papa, tapi gue mohon temuin Mamah dulu Kal, dia mau ketemu sama lu." Dengan nada yang sendu. Laki-laki tersebut tersenyun miring menanggapinya tanpa menoleh sedikitpun hingga ia bersuara, "Lu enggak akan mungkin bisa bertahan kalau jadi gue Na, jadi sampaikan sama dia luka yang dia tanam yang buat gue enggak mau ketemu dia." Lalu ia kembali melanjutkan langkah kakinya menjauh dari gadis yang kini terdiam mematung. "Gue enggaj akan nyerah bikin lu ketemu sama Mamah Kal," kata Anastasia dengan sangat yakin, gadis tersebut menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan langkah kakinya menuju parkiran. Heni dan Mila berada di parkiran menunggu Anastasia yang kama sekali menyusul mereka. "Manasi si Ana, lama banget. Panas banget lagi dah ah, kalau kulit gue gosong gimana ini," cerocos Heni yang membuat Mila hanya memutar bola matanya saja dengan jengah ketika mendengar. "Noh dia," kata Mila ketika melihat sahabatnya tersebut mendekat ke arah parkiran, namun ia mengerutkan keningnya lalu menatap ke arah Heni dengan bingung. "Kebetulan doangkan Mil?" tanya Heni. Mila menghendikkan bahunya lalu menjawab, "Kemungkinan iya, tapi kenapa pas banget." "Kepo gue, tanya kali ya kita," cetus Heni. "Jangan kamperet. Nyari masalah itu lu namanya," balas Mila yang membuat Heni hanya menghela nafasnya pasrah saja. Hingga dimana Rekal melewati mereka berdua yang membuat kedua gadis tersebut terdiam membisu. Anastasia kini sudah berada di hadapan kedua sahabatnya yang menatap dengan penuh tanda tanya. "Sudah selesai Na urusannya?" tanya Heni yang membuat gadis tersebut terdiam mengerutkan keningnya, namun beberapa detik kemudian ia mengerti ketika sahabatnya melirik ke arah laki-laki yang kini sudah menaiki motor sport dengan helm fullface yang menutupi wajah tampannya. "Belum, cuman papasan aja tadi," ucap Anastasia dengan senyuman tipis fi bibirnya. "Ah Oke sekarang kita sudah bisa berangkat kerumah lu kan?" tanya Mila memecah kecanggungan, ia menaikkan kedua alisnya ke arah kedua sahabatnya. "Ayuk," jawab Anastasia. Mereka bertiga kini melajukan motor dengan kecepatan standar keluar dari area sekolah dengan Anastasia yang melaju di depan seraya memimpin terlebih ia mengenakan motor sport sedangkan kedua sahabatnya motor metic.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN