SL. 16

1124 Kata
Pensi sekolahan menjadi twrakhir kali Rekal dan Anastasia bertemu, berpapasan, bahkan saling menatap satu sama lain. Sahabat-sahabat mereka yang menjadi saksi bagaimana mereka melukai sati sama lain. Namun Heni, Mila, Riki dna Bimo tidak bisa berbuat apa-apa. Satu bulan sejak kelulusan, ketiga gadis kini berada disebuah cafe` yang berada di dekat sekolahnya dulu. "Lu berdua keterima?" tanya Mila. "Keterima lah, masa iya enggak,"jawab Heni sambil menyeruput minuman yang berada di hadapannya. Kedua sahabatnya kini menatap ke arah Anastasia yang dengan santainya melahap cemilan yang mereka pesan. "Lu gimana Na? Keterimakan?" tanya Mila dengan sorot mata yang penasaran. Gadis tersebut menatap kedua sahabatnya lalu mengangguk dengan senyuman, Heni dan Mila sontak tersenyum puas melihat anggukan tersebut. "Ih gilaa, takdir emang selalu berpihak ke kita," kata Heni dengan bangganya karena mereka akan satu universitas walau beda jurusan. Anastasia yang mendengar jelas terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan, gadis tersebut lalu bersandar dan tanpa sadar ia melihat kedua laki-laki yang dikenal. "Na, ada apa?" tanya Mila. Heni menyela, "Lihatin apa si lu?" Sambil mengikuti sorot mata sahabatnya. "Lah itu Riki sama Bimo?" tanya Heni spontan karena terkejut, Mila sontak melihat juga ke arah pandangan kedua sahabatnya tersebut. "RIKI, BIMO!" teriak Mila yany membuat Heni dan Anastasia menatap satu sama lain. "Mila!" seru Heni yang membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya dengan bingung, Anastasia hanya menghela nafasnya gusar saja. Kedua laki-laki yang sedang berbincang sontak menoleh ke arah sumber suara ketika nama mereka dipanggil dengan lantang. "Samperin," ucap Riki lalu beranjak berdiri dari bangku yang ia duduki, mereka berdua kini melangkah menuju ketiga gadis tersebut. "Kalian disini, sudah lama enggak ketemu sejak acara pensi," kata Riki basa-basi. Bimo berkata, "Boleh gabung?" Heni menatap ke arah Anastasia seolah meminta persetujuan sahabatnya, gadis tersebut mengangguk membuat kedua laki-laki tersebut tersenyum dan duduk di bangku yang kosong. "Gimana kabar lu pada? Keterima di universitas mana?" tanya Riki. Heni menjawab, "Baik. Kita satu universitas walau beda jurusan." Mila menyela, "Kok lu cuman berdua, satu lagi mana." Heni yang mendengar perkataan sahabatnya tersebut sontak menendang pelan kaki sahabatnya melalui kolong meja. "Awksh, kenapa si Hen?" tanya Mila dengan polosnya. Heni jelas melotot untuk mengkode agar tidak membicarakan laki-laki tersebut. "Rekal keluar negeri," kata Bimo yang mmebuat Anastasia yang sedang menyeruput minumannya sontak menghentikan sejenak aktifitasnya. "Jalan-jalan?" tanya Mila dengan penasaran. Heni mecetus, "Lu kepo banget si Mil. Astaga." Kedua laki-laki tersebut tersenyum sendu yang membuat ketiga sahabat tersebut jelas mengerutkan keningnya. Riki menyahut, "Dia kuliah disana, dan bakal tinggal disana." Heni dan Mila langsung reflek menoleh ke arah sahabatnya dengan sorot mata yang sendu, Anastasia berusaha untuk tidak mennangis saat itu, ia menoleh ke arah sahabatnya lalu bertanya, "Kenapa lihatin gue lu berdua?" Riki dan Bimo menatap satu sama lain lalu menatap ke arah gadis tersebut yang mereka berdua tahu hanya berpura-pura tidak peduli akan berita yang mereka sampaikan. "Lagi juga ya biarin kalau dia mau keluar negeri mah, kan urusan dia bukan gue. Emang sudah mau dia ngejauh dari gue," jelas Anastasia dengan sekali satu tarikan nafas. "Kenapa lu berdua harus terjebak dengan situasi kaya gini? Kenapa lu berduaa harus memunafikan hati satu sana lain, lu berdua sama-sama kehilangan dan gue oh bukan gue doang bahkan kita melihat gimana lu berdua saling menahan luka," cetus Riki dengan geram, ia jelas kesal. Bimo menimbrung, "Seharusnya lu enggak nyerah gini aja si Na." Anastasia menoleh ke arah kedua laki-laki tersebut dengan sangat lekat lalu berkata, "Enggak ada yang mau di posisi kaya gini, bukan mau gue bukan juga kehendak Rekal. Gue enggak nyerah, cuman gue enggak mau terlalu berharap, ya mungkin takdir juga lelah menyatukan yang emang tidak bisa bersatu." Kedua laki-laki tersebut terdiam membungkam. "Takdir enggak lelah, cuman saja memberi kelonggaran untuk lu berdua saling intropeksi," sahut Bimo dengan nada seris, hingga kecanggungan terjadi di antara mereka bertiga yang membuat Heni dan Mila mengernyitkan dahinya. "Sudah, sudah, lebih baik kita bahas yang lain saja," ujar Heni seraya menghilangkan kecanggungan mereka. Riki membenarkan posisi duduknya lalu mencetus, "Nah tuh kaya calon pacar gue, kita bahas yang lain saja." Heni yang mendengar perkataan laki-laki tersebut sontak menoleh dengan raut wajah terkejutnya. "Apaan lu bilang? Calon pacar? Siapa? Gue?" tanya Heni sambil menunjuk dirinya sendiri, Riki tersenyum lalu menaikkan kedua alisnya seolah itu menjawabnya, "ngaco lu!" seru Heni. Mereka berlima berkumpul hingga lupa waktu, hingga langit yang teduh kini di gantikan dengan langit yang menggelap. Mereka berlima berpamitan satu sama lain untuk pulang kerumah masing-masing, pertemuan singkat mereka tentu menjadi kesan. Anastasia menaiki motor sportnya, ia memakai helm fullface-nya sebelum melajukan motornya dengan kecepatan standar menjauh dari area cafe` tersebut. Dibawah langit yang gelap, dengan hati yang sesak, Anastasia menumpahkan air matanya di balik helm fuullface-nya. "Bahkan lu pergi saja gue tahunya dari kedua sahabat lu, apa benar hati lu ketutup buat gue," batin Anastasia. Anastasia menambah kecepatan laju motornya dibatas wajar ia mengendarai motor tersebut, hingga dimana ia memelankan motornya kembali dan berhenti tepat didepan tukang nasi goreng yang biasa ia makan dengan laki-laki yang dulu menemani harinya. "Bang nasi goreng 1 ya pedas dibungkus," kata Anastasia tanpa melepaa helm fullface-nya. "Oke neng." Gadis tersebut melangkahkan kembali kakinya ke arah motornya untuk menunggu pesanannya datang, ia mengambil ponselnya lalu menscroll sosial media dan entah kenapa ia penasaran dengan sosial media laki-laki tersebut. Anastasia mengernyitkan dahinya ketika melihat salah satu postingan Rekal, ia menzoom dan mendapatkan dirinya di postingan tersebut walau terlihat jauh namun ia sangat hafal dengan baju yang dipakai saat kepantai dahulu. "Neng, ini nasi gorengnya." Anastasia lalu tersadar dan menoleh ke arah sumber suara. Anastasia melajukan kembali motornya setelah membayar nasi goreng pesanananya, 15 menit kemudian ia telah sampai di area rumahnya dan langsung memarkirkan motornya. Gadis tersebut masuk ke rumahnya lalu melangkah menuju kamarnya setelah ia sudah mengunci pintu rumahnya. Sedangkan di sisi lain, di beda negara laki-laki berada di balkon kamar apartemennya yang akan ia tinggali selama berada di negara tersebut. "Kalau kamu enggak mau dan masih berat hati, kita bisa balik ke Indonesia sekarang," ucap Boby sambil menepuk bahu sang anak. Rekal menghembuskan nafasnya perlahan, ia memjamkan matanya dengan kedua tangan yang memegan bibir balkon tersebut. "Rekal mau lupain hal menyakitkan yang berada di Indonesia," kata Rekal yang membuat Boby terdiam sejenak lalu menatap lurus ke arah pemandangan yang terlihat. "Apa kamu yakin bisa melupakan semua kenangannya dengan cara menghindar hingga kesini?" tanya Boby yang membuat Rekal menoleh ke arah sang Ayah, pria paruh baya tersebut menatap lekat sang anak sambil merangkul bangga. "Kal, pernah dengar semakin berusaha melupakan semakin kamu mengingatnya. Kamu harus bisa belajar memaafkan masalalu terlebih itu Ibu kandung kamu. Ayah sangat tahu itu pasti sulit tapi Ayah yakin kamu pasti bisa menyikapinya, jangan melukai orang yang berusaha menyembuhkan Kal," jelas Boby dengan senyum manisnya, ia menepuk bahu sang anak sebelum memutuskan untuk berlalu dari hadapan sang anak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN