Gadis dengan paras cantik berdiri deoan cermin besar di kaamrnya, ia menatap lekat dengan sendu ke arah dirinya sendiri yang sudah memakai seragam sekolahnya. Berulang kali gadis tersebut menarik nafasnya dengan perlahan, air matanya seolah ingin keluar namun dapat ia tahan. Hingga ketukan pintu kamar membuatnya menoleh sejenak. "Na, kamu sekolah tidak hari ini?" tanya Rini - Mamahnya.
"Iya Mah, ini sudah rapih," sahut Anastasia, gadis tersebut menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengambil tasnya yany tergeletak di atas kasur king sizenya, setelahnya ia melangkah keluar dari kamarnya tersebut.
Anastasia menuruni anak tangga dengan perlahan, senyum lebar jelas ia keluarkan ketika sudah sampai di anak tangga terlahir dan berjalan ke arah ruang makan yang sudah ada sang Mamah. "It's okay Kak kamu?" tanya Rini dengan raut wajah khawatir, gadis tersebut tersenyun lalu duduk di kursi ruang makan tersebut.
"Okay Mah," balas Anastasia yang sesekali melihat ke arah sang Mamah dengan sorot mata yang sendu, ia sangat tahu sang Mamah jauh lebih terluka dibanding dirinya. "Mah, aku akan bawa dia kehadapan Mamah," kata Anastasia yang membuat Rini menghentikan aktifitasnya sejenak lalu menoleh ke arah anak perempuannya.
Rini mengulumkan senyumnya, ia menggenggam tangan anak gadisnya tersebut lalu berkata, "Tidak apa-apa sayang, ini juga salah Mamah. Kamu tidak usah berusaha terlalu keras." Anastasia tersenyum sendu ke arah wanita paruh baya tersebut.
Hingga waktu cepat berlalu, Anastasia kini melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya tersebut ke arah garasi rumahnya. Gadis tersebut memutuskan untuk menaiki motornya yang sudah lama ia angguri karena seringnya ia dijemput oleh seseorang dahulu. "Maaf dulu sempat melupakanmu," ucap Anastasia kepada motor sportnya tersebut.
Gadis tersebut melajukan motornya dengan kecepatan standar menjauh dari perkarangan rumahnya. Sedangkan di sisilain Rini masih setia duduk di ruang makan, ia menatap sendu, air matanya sudah tidak bisa tertahan lagi mengingat kejadian bagaimana ia begitu kejam di masa lalu. "Maafin Mamah Kal, maafin Mamah," ungkap Rini dengan begitu penyesalan.
"Maafin Mamah juga Na, karena Mamah kamu juga harus terluka hatinya," kata Rini kembali dengan air mata yang kini mengalir deras, hatinya sesak ketika mengingat.
30 menit berselang, Anastasia kini memasuki area gerbang sekolahnya. Tatapan para siswa-siswi yang hadir terlebih dahulu jelas menatap kebingungan akan kehadiran motor sport yang tidak pernah terlihat, mereka kembali dibuat terkejut ketika mengetahui siapa dibalik helm fullface tersebut.
"Anastasia."
"Udah jarang nglihat dia naik motor, sekali nglihat bikin ketar-ketir."
"Cewek kaya dia benar-benar enggak ada obat."
"Kok dia enggak bareng sama Rekal lagi? Benaran putus atau gimana?"
"Kalau Rekal enggak mau, Anastasia buat gue aja mendingan."
Gadis tersebut melangkahkan kakinya menyuuri koridor sekolahan yang jelas ia menjadi pusat perhatian padahal ia tidak melakukan hal apapun itu, sebenarnya ia masih merasakan sesak jika berada di sekolah, ia takut bertemu dengan laki-laki yang terluka karenanya.
"ANA!" seruan tersebut membuat gadis tersebut menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sumber suara yang ia kenal, yaps siapa lagi kalau bukan kedua sahabatnya Mila dan Heni.
Kedua sahabatnya berlari kecil menghampirinya membuat gadis tersebut tersenyum tipis. "Gue kira lu enggak akan masuk, habisnya gue telepon, gue chat enggak di respon," jelas Heni dengan ngedumel.
Anastasia menyela, "Sorry, lagi males pegang handphone gue." Mereka bertiga kini melangkahkan kakinya kembali menyusuri koridor sekolah hingga menuju kelasnya, tanpa sengaja Anastasia dibuat terpaku terdiam hingga membisu ketika sosok Rekal dkk lewat begitu saja di hadapannya.
Heni dan Mila jelas menatap satu sama lain. "Lu masih belum baikan sama Rekal?" tanya Mila yang membuat Anastasia tersadar dari tatapan ke arah laki-laki tersebut.
"Udah yuk masuk kelas." Anastasia melangkah terlebih dahulu meninggalkan kedua sahabatnya yang terdiam saling menatap satu sama lain, gadis tersebut mengalihkan pertanyaan dari sahabatnya.
Anastasia memasuki ruang kelasnya dan langsung duduk di bangkunya, Heni Mila tak berani bertanya karena ia sangat tahu bahwa sahabatnya tidak butuh ditanyai oleh sesuatu yang tidak akan ia jawab nantinya. "Hari ini enggak ada PR-kan ya?" tanya Mila.
"Setiap masuk kelas pertanyaannya lu enggak jauh dari PR," cetus Heni yang membuat Anastasia tanpa sadar terkekeh membuat kedua sahabatnya menatap lega.
Anastasia menyela, "Kalau enggak gitu bukan Mila namanya."
"Nah itu Ana aja paham beut," ujar Mila.
Bell masuk berbunyi membuat semua siswa-siswi yang masih berada di luar kelas jelas berhamburan masuk ke ruang kelas masing-masing, Anastasia duduk sendiri sedangkan Heni dan Mila duduk tepat di bangku depannya. Hingga di mana guru yang mengajar datang dan memulai pelajaran membuat semua hening seketika mendengarnya.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan bell istirahat berbunyi membuat siapapun pasti bersorak gembira karena bisa memanjakan perut yang sedari tadi keroncongan. "Na, kantin yuk," kata Mila sambil menaikkan kedua alisnya.
Anastasia berkata, "Enggak ah mager, lu saja berdua."
"Kalau lu enggak mau ke kantin gue juga engagk mau," cetus Heni yang membuat Mila melotot tidak percaya. "Terus lu tega ngelihat gue kelaperan? Kelantih kaya gini," kata Mila yang mendramatis.
Anastasia yang melihat jelas terkejut namun setelahnya memutar bola matanya dengan jengah, gadis tersebut beranjak berdiri membuat kedua sahabatnya mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Lu mau kemana?" Ketika melihat Anastasia berjalan melewati mereka.
"Katanya mau ke kantin, jadi enggak? Kalau enggak gue duduk lagi nih," kata Anastasia yang membuat kedua sahabatnya jelas langsung beranjak berdiri dan melangkah mengikuti Anastasia. Gadis tersebut hanya terkekeh melihat melalui ekor matanya.
Gadis tersebut sudah sangat amat dikenal selain karena cantik, berita soal ia berpacaran dengan mostwanted yang terkenal dingin jelas tersebar kepenjuru sekolah, namun beberapa minggu ini penghuni sekolah melihat seperti ada keretakan di antara hubungan Anastasia dengan Rekal. "Lu mau pesan apa? Biar gue yang pesanin nih," kata Mila sambil menaikkan kedua alisnya.
Heni menyela, "Tumben banget, sekalian traktir enggak?"
"Iya, udah buruan mau pesan apa lu apda, keburu ngantri," cetus Mila. Yaps, mereka telah sampai di kantin sekolahan yang lumayan ramai.
Anastasia berkata, "Jus jeruk saja."
"Gue, siomay–"
"Gue pesanin sama semua saja," kata Mila lalu melangkah menjauh dari kedua sahabatnya, Heni melongo ketika ucapannya belum selesai terucap. "SudH ayuk cari tempat duduk," kata Anastasia.
Heni mencetus, "Siyalan emang si Mila, bacot gue belum kelar sudah main pergi saja." Anastasia hanya terkekeh saja mendengarnya, kedua gadis tersebut kini melangkahkan kaki mencari meja dan bangku yang terlihat kosong.
Langkah Anastasia terhenti membuat Heni juga menghentikan langkahnya lalu bertanya, "Kenapa Na?" Gadis tersebut tidak menjawabnya hingga Heni mengikuti sorot mata sang sahabat dan ia mengerti.
"Kita cari yang kosong lagi saja Na," ucap Heni seolah memecangkan diamnya Anastasia.
Anastasia terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Enggak usah, kita duduk di situ saja. Yang lain pada penuhkan."
Hani berkata, "Lu enggak papa? Kalau enggak bisa jangan dipaksain Na." Gadis tersebut menoleh ke arah sahabatnya lalu tersenyum manis lalu mengangguk pelan, Heni hanya menatap dengan sendu sahabatnya tersebut seolah paham yang di rasakan sang sahabat.
Kedua gadis tersebut melanjutkan langkah kaki ke arah meja dan bangku yang kosong dengan meja sebelah sudah ada beberapa laki-laki yang dikenal sebagai mostwanted sekolah. "Hai Na, Hai Hen," sapa Riki.
Anastasia hanya tersenyun tipis begitu juga dengan Heni, sorot mata gadis tersebut mengarah ke sosok laki-laki di hadapan Riki yang tidak menoleh sama sekali ke arahnya, ia terlihat sangat dingin seperti awal ia kenal. "Kalau mau sapa, sapa aja An," kata Heni berbisik.
"Enggak usah biarin, gue sama dia emang lagi butuh waktu buat diam," ucap Anastasia dengan senyum getirnya, tidak di pungkiri ia melirik terus menerus ke arah laki-laki yang beberapa kali tersenyum ketika berbicara dengan sahabatnya.
Bimo sahabat Rekal mengetahui sedari tadi Anastasia mencuri pandangan ke arah sahabatnya. "Kal, Ana dari tadi memperhatikan lu. Mau nyapa kaya takut," kata Bimo yang membuat laki-laki tersebut terdiam sejenak dan menoleh ke arah gadis tersebut.
Kedua insan tersebut saling menatap satu sama lain selama beberapa detik saja karena Rekal yang memutuskan pandangan tersebut. "Bodo amat," kata Rekal sambil tersenyum miring seolah meremehkan.
"Lu serius enggak mau selesain masalah lu sama dia?" tanya Riki dengan sorot mata yang serius.
Rekal menjawab, "Gue lagi enggak mau bahas tuh cewek." Dengan sorot mata yang sangat amat tajam membuat Riki menghela nafasnya pasrah saja. "Oke, oke," kata Riki.
Hingga dimana Mila melangkah mendekat ke arah kedua sahabatnya sambil membawa nampan berisi pesanan mereka bertiga. "Hen, kenapa duduk disini?" tanya Mila berbisik membuat Heni haya mengkode melalui matanya.
"Gue yang mau kok," balas Anastasia yang membuat Mila menatap dengan lekat lalu beranjak duduk di hadapan kedua sahabatnya. "Na, it's okay?" tanya Mila dengan sorot mata khawatir.
Anastasia menoleh ke arah kedua sahabatnya secara bergantian sebelum akhirnya mengadu-ngadu siomay yang dipesankan sahabatnya. "Bukannya gue harus hadapin semuanya," kata Anastasia dengan senyuman manis di bibirnya.
Rini dan Mila saling memandang satu sama lain hingga akhirnya mengulumkan senyum satu sama lain. "Harus dong, lu enggak sendirian, kan ada kita berdua," jelas Rini.
"Betul, lu kabarin saja kalau butuh holiday. Kita berdua bakal temanin," balas Mila yang membuat Anastasia tersenyum dengan begitu bahagianya, beruntung sekali ia mempunyai sahabat seprti mereka berdua.