Seharian ini aku bekerja di perpustakaan dan masih mencoba menganalisis berbagai teori dan kesimpulan, serta mengaitkan dari beberapa bukti dari buku yang diberikan oleh Nyonya Chloe.
Aku tidak memeriksa ponselku sama sekali,lantaran susah tenggelam dengan berbagai buku. Aku juga tidak tahu kalau Aaron dan Spencer datang memeriksa apakah aku datang ke kantor atau tidak.
Aku baru tahu kalau mereka datang, setelah Nyonya Chloe menepuk pundakku dan mengambil headset yang terpasang di telingaku.
"Blue… bosmu datang," Ucap Nyonya Chloe.
"Hmm… eh maaf, aku tidak tahu kalau kalian datang," cakap ku setelah melihat Aaron dan Spencer duduk di depanku.
"Kenapa kau bekerja di sini, ku pikir kau tak datang ke kantor," tutur Aaron
"Hmm… tadi aku sudah absen,lalu pergi ke sini. Aku sedang membaca beberapa buku teori dan saling mengaitkan saja."
"Ohh…begitu, oiya bagaimana mengenai kasus pembelot dan pemberontakan apakah kau sudah tahu siapa yang menjadi dalang di balik semuanya ini? Spencer mengatakan padaku tentang percakapan kalian berdua dengan Matthew."
"Hmm ya, benar. Untuk dalangnya ini baru praduga. Kemarin Timy sudah mencari tahunya dan mengarah ke Lubna," jawabku.
"Lubna? Wanita yang di katakan oleh Matthew itu kah?" tanya Spencer
"Ya benar. Dan saat ini aku juga sedang mencari tahu keberadaannya. Maksudku dimana biasa mereka berkumpul atau bahkan markasnya."
"Lalu kalau kau sudah tahu, memangnya kau ingin apa?" tanya Aaron
"Mmm menyamar," jawabku.
"Tidak!Kau tidak ku perbolehkan pergi ke sana!" jawab Aaron ketus
"Tapi bagaimana kita tahu tentang paman David di sana, paman! Coba pikirkan kembali. Paman David membutuhkan bantuan kita."
"Aku tahu, tapi tidak adakah cara lain selain melakukan penyamaran?" tanya Aaron
"Untuk saat ini belum ada, tapi cara ini adalah cara paling ampuh. Aku bisa menyelamatkan Paman David."
"Aku katakan tidak! Dna jangan gila kau Blue. Dengar… aku tidak akan mengizinkanmu untuk melakukan penyamaran! Apakah papa mu tahu kalau kau memiliki ide gila ini?" tanya Aaron
"Belum,"jawabku sambil menunduk
" Kalau begitu, jangan… oke. Cari cara yang lain. Dan aku teramat sangat menolak jika kau keras kepala melakukan penyamaran!" seru Aaron sambil pergi keluar dari perpustakaan.
"Kenapa dia marah?" tanya Spencer
"Entahlah."
Melihat Aaron keluar dari perpustakaan dengan mimik muka marah, Nyonya Chloe sudah tahu pasti aku terkena masalah dengan Aaron. Ia segera pergi menghampiri ku dan menanyakan apa yang telah terjadi hingga membuat Aaron marah.
"Apa yang terjadi?" tanya Nyonya Chloe
"Entahlah… sepertinya Paman Aaron marah padaku saat ia bertanya mengenai perkembangan kasus pemberontakan. Dan aku menjawab untuk mencari tahu dimana keberadaan markas serta yang lainnya adalah dengan cara menyamar."
"Apa? Maksudmu menyamar menjadi bagian dari mereka? Blue apa kau yakin?" tanya Nyonya Chloe.
"Memangnya kenapa?" balasku balik bertanya
"Apa papa mu tahu atau ayahmu tahu mengenai ide mu ini?" tanya Nyonya Chloe
"Belum."
"Ada baiknya kau diskusikan terlebih dahulu dengan ayah dan papamu. Dan kau jangan gegabah!" usul Nyonya Chloe.
"Tapi kenapa?" tanyaku dengan nada memaksa
"Bukan kapasitas ku untuk menjawab pertanyaan mu. Karena papa dan ayahmu yang lebih tahu untuk menjawabnya."
Nyonya Chloe pun juga pergi menghindar dari banyaknya pertanyaan yang ku ajukan. Ia tak ingin terjadi kesalahan dalam menjelaskan sebuah jawaban karena saat itu ia sedang tidak berada di tempat.
"Mungkin ada sebuah kisah yang belum kau ketahui, baiknya jika kau ingin mengetahui jawabannya, berhati-hati lah dalam bertanya," usul Spencer.
"Hmm… ya terima kasih sudah mengingatkan ku."
"Hmm… apa kau sudah makan siang?" tanya Spencer
"Belum."
"Mau makan siang bersama ku kah?" tanya Spencer dengan sedikit kaku.
"Hm… baiklah, ayo. Tapi aku bereskan barang-barang ku dulu," ucapku.
"Mari ku bantu membereskan nya."
Entah mengapa saat melihat Spencer membantu ku membereskan barang-barang, dadaku merasa sangat sesak, seperti kehabisan oksigen. Dia terlihat sangat tampan bagiku.
Pria tampan dengan rambut keriting pendek, bibir merah, dan kulit putih, serta sangat pintar dalam menganalisa sebuah kasus dengan teori nya juga.
"Ah mungkinkah ini cinta, eh… mmm tapi, bisa jadi dia tidak menyukai ku. Mana mungkin dia menyukai seorang gadis tomboy seperti ku. Pasti wanita yang ia suka tidak tomboy. Duh aku mikir apa sih, ayo lah Blue dia tidak akan menyukaimu. Dia hanya menganggap mu rekan kerja saja, tidak, lebih dari itu. "
"Blue… blue… kenapa kau diam seperti itu? Apa yang kau pikirkan?" tanya Spencer
"Oh… hm… tidak ada hanya memikirkan pertanyaan yang tidak, menyinggung… penyamaran, hehehe" kilahku.
"Hmmm baiklah ayo, aku sudah, sangat lapar sekali."
Kami berdua berjalan kaki menuju parkiran mobil, dan terlihat Morgan beserta yang lainnya juga pergi makan siang.
"Blue… Spencer kalian mau kemana?" tanya Emily
"Kami mau makan….?" Spencer melirik ke arahku.
"Kebab dan makanan Timur Tengah lainnya," jawabku.
"Ah ya itu dia," sambung Spencer
"Wah, asik nih, kami bo…. Uft...Ouch." Morgan teriak kesakitan karena Emily dan AJ menginjak kaki dan mencubit perutnya.
"Baiklah sampai bertemu nanti ya!" sahut AJ.
Kami berdua masuk ke dalam mobil Spencer sna pergi menuju restaurant Timur Tengah.
"Hey sakit tahu cubitan dan injakan kaki nya," keluh Morgan
"Makanya jangan menggoda orang yang sedang kasmaran, memangnya kami tidak tahu kau ingin ikut bersama dengan mereka," ujar Emily
"Ya kan enak kalau rame-rame," balas Morgan
"Memangnya kau tidak melihat ya kalau Spencer sedang ingin pendekatan dengan Blue. Kau jangan ganggu mereka, sudah ayo kita cari makan siang," ajak AJ
Dalam perjalanan, ku benahi perasaanku dengan tidak menganggap nya sebagai orang yang penting di dalam hatiku ini. Aku berusaha untuk melawan perasaan ini agar kelak aku tidak merasa kehilangan dan sakit hati.
"Hmm… kamu yakin mau makan masakan Timur Tengah?" tanya Spencer memecahkan keheningan diantara kami berdua.
"Hmmm… ya kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa kok. Memangnya kamu mau makan apa?" ku balas bertanya pada Spencer
"Eh… nggak apa-apa kalau memang makan masakan Timur Tengah, aku sih gampang… aku tadi cuma mau nanya sama kamu tuh, maksudnya beneran lagi mau makan itu? Atau kamu mau makan yang lain? Aku sih ikut aja," jawab Spencer
"Hmmm iya… pengen cobain aja gitu makan kebab," jawabku
"Memangnya kamu belum pernah makan kebab?"
"Belum. Kemarin ngeliat orang makan kebab, kok kayaknya enak ya. Ya… mau coba aja kan biar tahu rasanya."
"Ya Ampun… kamu kasian banget, yaudah nih aku kasih tauin restoran Timur Tengah yang enak. Anak-anak suka makan di sini juga kok," ujar Spencer.