06: MEMASUKI HUTAN

1407 Kata
Ada rasa khawatir ketika Zeus melewati hutan yang lebat tetapi ia tidak punya pilihan selain memasukinya karena jalan paling cepat menuju negeri Etanio dari sana. Ia berjalan dengan langkah biasa sambil mengeratkan barang bawaan, ia tidak menyangka kalau perjalanan pulang yang dipikir tak akan memakan waktu yang lama, malah jauh lebih membuatnya merasa lelah. Ia tentu tidak menyesal setelah memberikan kuda pada sepasang suami istri yang ia tolong, ia hanya ingin segera sampai rumah dan merebahkan tubuh di atas ranjang. Suara berisik yang berasal dari semak-semak, membuat Zeus menoleh. Ia merasa tidak ada hal yang aneh, jadi melanjutkan langkahnya semakin memasuki hutan. Ia seketika dikejutkan dengan teriakan seseorang saat ia ingin berbelok. Ia pun mengedarkan pandangan sambil bersikap waspada barangkali ada bahaya yang mengintai. Ia kembali mendengar teriakan sehingga berjalan ke arah yang berlawanan dari jalan yang ia ingin lewati guna mencari tahu apa yang tengah terjadi. Ia menatap rumah yang begitu besar di hadapannya dengan rasa penasaran yang tinggi. Ia tidak mungkin salah lihat tetapi tentu bertanya-tanya mengapa ada rumah di tengah hutan. Tubuh Zeus bergidik kala teriakan semakin terdengar sumbang tetapi ia pun bergegas mendekati rumah yang tidak tahu siapa pemiliknya. Ia sudah mengetuk pintu beberapa kali, sayangnya belum ada yang membukakan sementara suara teriakan semakin menjadi-jadi. Saking tidak tega mendengar teriakan seorang wanita yang terus menggema, Zeus pun langsung mendobrak pintu dan betapa terkejutnya saat ia melihat sosok yang ia sendiri merasa begitu ngeri melihatnya tengah melakukan hal buruk pada wanita yang pakaiannya terlihat compang-camping. Ia tidak hanya melihat seorang wanita melainkan ada pria yang terikat berada tidak jauh dari sana. Tanpa basa-basi, Zeus mengejar sosok yang ia yakini siluman untuk ditangkap agar ia tahu alasan siluman itu melakukan kejahatan. Kalau dari informasi yang ia tahu, ada siluman yang berbuat jahat karena disuruh oleh seseorang, ada pula memang yang dasarnya suka mencari mangsa. Sayang sekali, ketika langkah Zeus keluar dari pintu belakang yang terbuka, ia tidak menemukan sosok siluman berwajah mengerikan dengan bulu yang menutupi sebagian wajahnya. Ia pun menutup pintu belakang dan menguncinya karena ia tidak ingin siluman itu masuk kembali. Zeus kembali ke ruangan di mana orang yang ia yakini sebagai sepasang suami istri berada tetapi ia tidak melihat mereka melainkan ruangan yang kosong. Ternyata, mereka baru saja memasuki kamar di mana anak mereka berada, sungguh diluar dugaannya, ia tidak menyangka kalau keluarga ini mempunyai anak yang masih tergolong belia. Ia mengangguk saat pria paruh baya menyuruhnya duduk di kursi kayu yang telah dibersihkan. “Apakah kamu baik-baik saja?” Zeus perlu tahu kondisi sebenarnya sehingga ia tidak merasa kebingungan. Pria itu mengangguk. “Terima kasih sudah menolong kami. Nama saya Ape.” Ape menatap Zeus dengan tatapan yang penuh selidik tetapi sepertinya lelaki muda yang ada di hadapannya sangat baik. “Kami tidak menyangka dengan kedatangan siluman itu padahal sudah yakin sekali tidak ada celah yang bisa dimasuki oleh makhluk asing. Kami bahkan sudah memasang jimat, mungkin ini kesialan kami. Apakah kau datang ke sini ada perlu?” Ape tidak pernah melihat manusia datang ke hutan kecuali memang ada yang ingin didapatkan dengan cara menebang pohon atau mengambil tanaman langka tanpa izin. “Tidak ada. Kebetulan aku ingin pulang ke negeriku tetapi aku meminjamkan kuda untuk seseorang sehingga berjalan kaki. Hutan ini bisa membawaku lebih cepat pulang tetapi di tengah jalan aku mendengar teriakan sehingga aku datang ke sini. Mengapa kalian tinggal di sini? Bukankah sangat tidak aman? Apa yang telah terjadi?” Melihat satu keluarga membangun rumah di hutan saja sudah cukup mengerikan baginya apalagi membayangkan betapa sulitnya untuk hidup di sini. Ia menatap Ape yang tampak menghela napas. Tidak lama kemudian dua anak kecil datang dengan membawa kudapan. Ia tersenyum membalas tatapan anak-anak itu. “Aku juga tidak ingin tinggal di hutan ini tetapi tidak ada tempat lain yang bisa ditempati. Aku tahu tinggal di hutan memang tidak mudah, selama bisa memenuhi kebutuhan, maka tidak ada salahnya. Negeri yang aku tinggali bersama keluarga mengalami kebakaran jadi aku harus mencari tempat tinggal yang nyaman.” Ape menarik putrinya untuk duduk di pangkuan sementara putranya duduk di sebelahnya kemudian istrinya datang sambil menunduk pada Zeus. “Ini istriku namanya Mena, putriku Mera dan putraku Ake. Namamu siapa?” Hampir saja lupa memperkenalkan diri, Zeus pun berkata, “Namaku Zeus dan aku datang dari negeri Etanio.” Zeus menatap satu keluarga yang tampak mengangguk setelah mendengar perkataannya. “Kalau melihat kondisi keluarga kalian, aku pikir sebaiknya kalian tinggal di negeri orang lain karena di sini tidak aman dan nyaman. Aku juga tidak ingin kalian mengalami kejadian serupa tadi sebab belum tentu akan ada yang menolong kalian.” Mena terlihat setuju dengan ucapan Zeus. “Aku sudah memberi tahu suamiku untuk mencari tempat tinggal si negeri Preid tetapi ia tetap tidak mau. Aku hanya mengikuti kemauannya yang egois karena dia berkata ingin melindungi hutan ini padahal ia ingin mendapatkan uang dengan cara memungut biaya dari penebang pohon dan orang yang mencari tanaman langka. Dia sangat menyebalkan bukan?” Mena menyuruh putrinya untuk tidak duduk di pangkuan suaminya, kedua anaknya mendadak memeluk Mena karena tahu ayahnya mungkin susah untuk diberi tahu. “Aku ingin bertemu dengan teman-teman dan bermain tanpa harus merasa waswas. Di sini aku sering bertemu binatang buas sehingga aku merasa tidak suka.” Ake menatap sang ayah dengan tatapan memohon, ia juga berharap Zeus mau menolongnya karena tidak ingin tinggal lebih lama di sini yang berbahaya. “Aku tidak ingin ibuku disakiti siluman lagi.” Ake meringis karena ayahnya menjewer telinga. Ia menjauh dari kursi yang diduduki kemudian menangis sehingga Mena menepuk lengan suaminya dengan keras sebelum membawa anak-anaknya masuk ke kamar. “Jangan dengarkan ucapan mereka. Kamu pasti merasakan hidup ini berat bukan? Aku hanya ingin melakukan yang bisa kulakukan demi melindungi hutan ini. Mereka yang tidak bisa membayar, tidak boleh untuk menebang pohon atau mengambil tanaman yang langka. Itu pekerjaan yang mulia, aku ingin keluargaku mendukung tetapi mereka selalu mengeluh. Lagian, siluman itu hanya ingin mencium saja, tidak ingin melakukan hal buruk sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Ape merasakan aura yang tidak biasa menguar dari Zeus. Entah hanya perasannya saja atau memang Zeus menatapnya jauh lebih tajam. “Sangat disayangkan, ternyata usahaku untuk menolong sia-sia.” Zeus tidak tahu kalau Ape ternyata pria yang tidak peduli dengan keluarganya, ia hanya hobi mencari uang. “Jika aku tahu akan begini, sebaiknya aku biarkan saja siluman itu melakukan hal buruk pada istrimu. Sepertinya matamu juga telah buta karena bahkan tidak menyadari kalau tangan siluman itu bahkan sudah meraba bagian intimnya. Apakah kamu merasa itu baik-baik saja?” Zeus menatap wajah Ape yang merah padam, ia tidak mengerti dengan pikirannya. “Andai kamu memang peduli dan sayang pada keluargamu. Kamu tidak seharusnya menyuruh mereka tinggal di sini. Kamu bukan pelindung dan pekerjaan yang kamu lakukan tidak mulia, kamu bahkan tidak bekerja dan hanya meminta uang dari orang yang datang dari hutan ini, kamu benar-benar manusia tidak berguna.” Ape menarik pakaian Zeus saking kesalnya, ia tentu tidak terima atas apa yang Zeus katakan padanya. Ini kehidupan yang ia pilih dan tak akan menyesalinya. “Sebaiknya kamu keluar dari rumah ini!” Ape memaksa Zeus untuk keluar dari kediamannya. Ia tentu tidak butuh pendapat dari pemuda yang berasal dari negeri Etanio. “Aku harap kamu tidak bisa pulang dengan selamat!” Ape menutup pintu dengan keras, meninggalkan Zeus di teras rumah. Meski tahu usahanya menolong sia-sia, Zeus berharap Ape mau memikirkan perkataannya. Ia tidak yakin kalau keluarga ini akan tetap aman apabila masih tinggal di hutan. Jika tidak ingin hidup di negeri orang, setidaknya mereka harus pulang ke negeri asal mereka untuk melihat kondisinya sehingga bisa menentukan untuk kembali membangun rumah di sana atau memilih tinggal di tempat lain. Ia tidak ingin ikut campur jadi memutuskan untuk meninggalkan rumah itu walaupun khawatir dengan Mena dan kedua anaknya. Ia tidak bisa mengubah keputusan Ape sehingga berharap waktu bisa mengubahnya. Sebab tidak memungkinkan untuk kembali melanjutkan perjalanan yang masih jauh. Zeus pun mencari pohon yang batangnya besar agar bisa digunakan tidur. Sebelum memanjat pohon, ia membasuh mukanya lebih dulu di sungai kecil yang alirannya lumayan deras dan tak lupa mengambil air untuk bekal minum. Ia pun menaiki pohon dengan susah payah tetapi berhasil duduk dengan nyaman di batang pohon sambil menikmati langit malam yang mencerahkan. Ia menoleh ke bawah ketika mendengar auman tetapi mengabaikan keberadaan harimau yang ada di bawah pohon yang ia naiki. Ia merebahkan tubuhnya pada barang pohon dan memejamkan matanya. Ia harap esok hari bisa pulang dengan selamat ke negerinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN