Yes, Master!

1005 Kata
Pada malam hari, Jane hanya menekan remote tv berusaha mencari tayangan yang dapat membuang rasa gusarnya. Bibirnya mengerucut lesu, sudah hampir tengah malam namun Arthur belum pulang. Entah karena harus ekstra lembur atau karena sesuatu, membuat Jane menjadi sangat khawatir. Gadis itu kini hanya mengenakan kaos polos beserta celana jeans pendek yang selalu menjadi kebiasaannya, namun kali ini dengan dalaman yang lengkap. Takut-takut jika ada seseorang yang akan sekedar bertamu dan tubuhnya terlalu terekspos malah akan membuat Arthur geram. Ia beranjak dari duduknya disofa lalu mondar-mandir, sambil menggenggam erat remote tv itu didadanya. Seharian hanya berada dirumah membuatnya terus memikirkan pria itu, yeah... Seperti itulah jika pamannya itu sudah berkata demikian, itu artinya ia harus tetap berada dirumah. Tanpa bantahan... Cekle... Tiba-tiba Jane mendengar suara pintu dari depan, ia segera berlari setelah meyakini Arthur telah tiba. Pria itu masih menggenggam tas kerjanya, dengan dasi yang terbuka namun masih menggantung dikerah baju. Bahkan jas kerjanya sudah tidak ia kenakan lagi, hanya menyisakan kemeja berwarna putih yang ia gulung dibagian tangannya. "Uncle...!" seru Jane ketika pamannya itu berbalik, dan gadis itu langsung meloncat kearah Arthur yang sontak menggendong gadis yang menyerangnya. "Jane, kau belum tidur?" tanya Arthur dalam keadaan bingung dan masih menggendong Jane layaknya anak balita. "hm, aku menunggumu" Jane bergumam saat ia membenamkan wajahnya dibahu Arthur. Arthur menghela nafas, "seharusnya kau tidak perlu menunggu" ucap Arthur lalu menggendong Jane menaiki tangga menuju kamarnya. "besok kau akan bekerja Jane, pergilah tidur!" Jane hanya menggeleng dan masih membenamkan wajahnya menghirup aroma pria itu. "bolehkah aku tidur denganmu Uncle?" tanya Jane seketika membuat Arthur menyunggingkan senyum. "baiklah, jika itu maumu" jawab pamannya yang langsung merebahkan Jane keatas ranjang setelah mereka tiba dikamar Arthur. "kau mau ku buatkan kopi?" tanya Jane dengan wajah polosnya, Arthur hampir kehilangan kewarasannya melihat mata indah itu. "tidak usah, Uncle harus mandi" ucap Arthur dengan lembut seraya mengelus dagu milik gadis itu lalu meninggalkannya. Jane menghela nafas, ia membenamkan wajahnya dibantal Arthur sembari tidur telungkup. Jane menutup kedua matanya beberapa saat... Cukup lama berada diposisi ini sampai leher dan bahunya pegal karenanya, gadis itu terbangun sembari memegang tengkuknya. Ia kemudian melirik arah kamar mandi, tak ada tanda-tanda Arthur keluar dari sana. Pintu masih tertutup walau tak sepenuhnya karena ia masih melihat sedikit cahaya dari dalam sana. Terhirup aroma sabun dari dalam kamar mandi, Jane begitu penasaran apa yang dilakukan pria itu disana hingga selama ini. Jane beranjak dari tidurnya, mengendap menuju sumber wangi maskulin yang selalu ia sukai. Mengintip dari celah kamar mandi yang sedikit terbuka, mata indah kehijauan itu berkedip beberapa kali. Ia tersenyum simpul, setelah mengetahui pamannya itu sedang berendam didalam sebuah bath-ub dengan busa yang menutup sekujur tubuhnya kecuali bagian atas hingga d**a bidang itu. "masuklah Jane! Aku tahu kau akan datang" ujar Arthur setenang mungkin, dengan kepala bersandar diujung bath-ub dan mata yang tertutup, seketika membuat Jane terkelonjak. Menjadi salah tingkah, gadis itu terlihat gelagapan dan berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar mandi sembari menggigit kuku jarinya. Ia gelisah, saat pamannya tahu ia mengintip pria itu didalam kamar mandi. Akankah Arthur menghukum dirinya? Dan semoga pria itu tidak mengingat kesalahannya semalam... Jane melangkahkan kaki dengan perlahan setelah membuka lebar pintu kamar mandi itu, Arthur masih tak bergerak. Mungkin sedang merilekskan tubuhnya setelah seharian penuh bekerja. "buka bajumu Jane! Kemarilah!" titahnya kepada Jane, sontak membuyarkan lamunan gadis itu. Gadis itu terhenti ditempatnya kini, menggigit bibir bawahnya memikirkan sesuatu. Apa Uncle akan menghukumku? Jane berkata dalam hati, tanpa ada pilihan lain ia kemudian menurunkan celana Jeans pendek yang ia kenakan dengan perlahan dan tanpa suara. Arthur menyunggingkan senyum, meskipun ia mengetahui gerak-gerik gadis yang saat ini tengah membuka seluruh pakaiannya, Arthur tak ingin bergerak dari posisinya. Hingga gadis itu selesai, Arthur merasakan gerakan didalam bath-ub nya. Jane memasukan kedua kakinya kedalam sana dengan posisi masih berdiri dihadapan Arthur, gadis itu hanya berdiri karena pria itu belum memberi perintah apapun. Takut jika akan membuat pamannya marah, Jane hanya berdiri disana. Mata tajam berwarna kecoklatan tua itu terbuka, dihadapannya sudah tersedia gadis cantik dalam keadaan naked dan begitu indah. Pinggul ramping dan kaki jejang yang tersuguh rapi memanjakan matanya, serta wajah merah merona dan sangat polos. Arthur hampir saja gila karena terus membayangkan Jane adalah sebuah fantasi yang sangat indah. Tanpa ada paksaan atau apapun, gadis itu menurut ketika Arthur memberi perintah kepadanya untuk duduk membelakangi pria itu. Jane merasakan bulu halus dan d**a bidang itu menyentuh kulit bagian belakangnya ketika Jane menenggelamkan setengah tubuhnya kedalam kumpulan busa dengan aroma yang begitu wangi tersebut. Arthur menarik rambut Jane dan mengikatnya sembarang, memperlihatkan leher jenjang yang tak luput dari jamahan jemari Arthur. Pria itu mendekap bahu dan lengan Jane, membuat gadis itu terpekik. Apalagi setelah merasakan gigitan-gigitan halus disekitar bahunya. "hm, Uncle..." ucap Jane setengah mendesah setelah deru nafas pria itu berada disekitar tengkuk dan telinganya, memberikan kesan geli dan panas yang menjalar keseluruh tubuh hingga kebagian sensitifnya. "yes, little one?" jemari Arthur kini bergerak menuju perut rata milik Jane sementara jemari yang lain saat ini berada didada gadis itu. Jane mengadahkan kepalanya dengan mata terpejam ketika pria itu bermain dibagian pribadi miliknya, membuat Arthur dengan leluasa mengecup bagian leher mulus Jane. Gadis itu sungguh terbakar gairah, hingga tak sadar ia melebarkan kedua kakinya sendiri hingga jemari Arthur kian bebas berada disana. Basah, lengket dan wangi... Itulah yang dirasakan jari-jari nakal pria yang saat ini berada dibelakang tubuh Jane yang sedang mengoyak tubuhnya. "Uncle, f**k me!" racau Jane, Arthur hanya tersenyum simpul menanggapi tanpa berniat menyelesaikan apa yang dimulainya malam ini. "hukuman untukmu untuk semalam" "akh....!!!" gadis itu menjerit kuat sembari mencengkram kedua otot lengan Arthur dan membenamkan wajahnya disana. "dan ini..." "karena mata nakalmu itu" desis Arthur ditelinga Jane. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan keras, menahan perih yang dibuat oleh pria itu. Entah apa yang dilakukan Arthur dibawah sana karena miliknya saat ini sangatlah perih. Jane terengah-engah... Namun pria itu tak melepaskan jari-jarinya dari sana. "sekarang... Hukumanmu little slut" Arthur menyeringai dan segera beranjak dari duduknya setelah mencabut jemarinya, berdiri menjulang dihadapan Jane yang masih terduduk lunglai. Dan Jane mengerti inilah hukumannya yang sebenarnya...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN