The Prom

1002 Kata
Jane bersandar disebuah pilar besar bangunan hotel, mendesah resah sambil menenteng segelas sampanye ditangannya. Menunggu Arthur yang katanya akan segera menyusul dirinya kesebuah perayaan perusahaannya, namun sudah satu jam gadis itu menunggu pamannya tak kunjung datang. Apa yang membuat uncle bisa selama ini? Batin Jane dalam hati, dirinya sama sekali tidak mengenali wajah yang ada didalam aula gedung itu. Dan dia sama sekali tidak mengerti dunia bisnis yang selalu menjadi bahan pembicaraan orang-orang disana. Jane menegak hingga tandas minumannya, pikirnya jika terlalu banyak minum ia pasti akan mabuk sebelum acara dimulai, tentu Jane tidak ingin membuat membangunkan singa pemarah itu. Tapi apa lagi yang bisa diperbuatnya disana, Jane tidak mungkin mencekoki dirinya dengan berbagai hidangan yang akan membuat perutnya buncit... Kepala Jane terus menoleh kekanan dan kiri, mencari sesuatu yang mungkin membuatnya tertarik. Hingga mata indahnya tertuju pada pria tampan yang tengah turun dari sebuah limousin berwarna hitam, mengenakan setelan jas mahal dan sepatu yang mengkilap. Pria itu menatapnya balik, lalu menyeringai setelah nenyadari gadis cantik yang bersandar dibalik pilar itu adalah Jane. Dengan langkah besar sang pria menghampiri Jane, dan Jane yakin dibalik seringaian itu terdapat otak jahil yang selalu mengerjai dirinya. "aku tidak tahu kau akan datang" ujar Ethan setelah berhadapan dengan Jane seraya memasukan kedua tangannya kedalam saku celana. "Uncle mengajakku" ucap Jane datar. "sudah kuduga..." balas Ethan masih menunjukan seringai jahilnya. "dimana Andrea?' tanya Jane yang melirik kearah pria itu yang hanya datang sendiri. "oh, dia sedang beristirahat dirumah. Kau tahu, kondisi perutnya yang kian membesar" balas Ethan yang diangguki oleh Jane. "enyahlah Ethan!" suara bariton dari belakang muncul secara tiba-tiba, Arthur langsung merangkul erat pinggul Jane setelah mengetahui sahabatnya itu mencoba mendekati keponakannya. "kau telah mengambil putriku, aku tidak ingin kau mengambil keponakanku juga" ucap Arthur dengan wajah dinginnya yang dibalas gelak tawa Ethan. "oh, Arthur. Kau tahu aku tipe pria yang setia, benar bukan Jane?" tanya Ethan yang masih menahan tawanya. "terserah kau saja" balas Jane acuh, Arthur lalu merangkulnya pergi meninggalkan Ethan dengan senyum mengembangnya. ... Arthur mengajak Jane berkeliling, memperkenalkan satu-persatu rekan bisnis dan beberapa staff karyawannya kepada gadis itu. Sikap Jane yang sangat ramah, membuat mereka begitu menyukai sosok Jane. "ah, dia keponakanku" ujar Arthur dengan senyum mengembang, yang kemudian diangguki oleh mereka. Pasti kumpulan orang-orang itu berpikir Jane adalah kekasih Arthur... Ethan yang mendengarnya dari kejauhan tertawa simpul sembari menutup mulutnya menahan tawa, yang akhirnya mendapat pelototan tajam dari Arthur. Arthur menghampiri Ethan selagi Jane sedang bersenda gurau dengan beberapa karyawan wanita Arthur, pria itu berdiri dengan satu tangan didalam saku. Sangat tampan dan mempesona, pantas saja putrinya begitu mengagumi pria ini. Ceerrs? Ajak Ethan menyulurkan gelas sampanye muliknya. "untuk apa?" Arthur mengernyit heran. "untuk bisnis kita" ucap Ethan dengan senyum simpul dibibirnya. Arthur menghela nafas kasar dan kemudian mendentingkan gelasnya dengan milik pria itu. "haruskah aku memanggilmu Daddy?" tanya Ethan disertai senyum jahil yang selalu ditujukannya. "tidak perlu" balas Arthur acuh yang berdiri disamping Ethan. "bisakah kau ganti wajahmu dengan wajah lain Ethan? Aku begitu muak melihatnya" desisnya sembari menegak minumannya. Ethan tertawa renyah, Arthur membuang nafas kasar. Lagi-lagi pria itu selalu menunjukan pesonanya yang dapat meluluhkan hati wanita manapun. "kau cemburu padaku, hm?" tanya Ethan yang masih tertawa. "terserah kau saja" balas Arthur dingin. "seusai perayaan pulanglah Ethan! Aku tidak mau putriku menunggumu dirumah dengan keadaan hamil besar sementara kau menjadi tatapan para wanita yang ada disini" cecar Arthur. "as your wish, sir..." Ethan membungkuk ramah dan meninggalkan Arthur tanpa menghilangkan wajah jahilnya. Arthur kemudian mencari keberadaan sosok gadisnya, hingga matanya tertuju disudut bangunan. Jane nampak cantik dengan senyum mengembang yang selalu ditunjukannya, seketika tubuh Arthur terdiam ditempatnya. Bagai dewi yunani... kulit putih selembut salju, wajah ceria yang merah merona, dan lekuk tubuh indah bak model ternama dimiliki oleh gadis yang usianya sangat jauh dengan dirinya itu. Arthur akui ia b******n yang sangat beruntung memiliki Jane, walau dengan sedikit gertakan dan ancaman agar gadis cantik itu tidak pergi dari sisinya. Arthur harus mati-matian menampik cintanya pada gadis itu, menjadikan seks sebuah alasan agar gadis itu selalu menemaninya kemanapun. Menjadikan Jane gadis simpanannya yang tak pernah terbesit sedikitpun untuk memiliki wanita manapun untuk dijadikan simpanan. Semua ia lakukan agar Jane tidak meninggalkannya, bahkan pasal kebohongan terbesarnya mengenai Jane bukanlah keponakan kandungnya yang sayangnya telah gadis itu ketahui. Lihat saja kulit mulus itu? Sangat pas dengan balutan gaun sehalus sutra yang sangat indah ditubuhnya. Rambut pirang yang tergelung rapi membuat leher jenjang itu terlihat sempurna. Arthur bahkan rela menyingkirkan pria manapun agar dirinya bisa menjadi yang terdepan untuk gadis itu. "mengagumi sesuatu?" tanya Ethan yang ikut mengikuti arah pandangan Arthur disamping pria itu. "s**t! Pergilah Ethan!" umpat Arthur yang menyadari kehadiran Ethan disampingnya. "baiklah, baiklah... Aku akan pergi" ujar Ethan yang langsung pergi meninggalkan Arthur lagi. Jane menghampiri Arthur setelah selesai berbincang dengan jajaran wanita disana, langkah bak model seksi Arthur sampai tersenyum simpul melihat gadis itu. "mereka ternyata mengenalku" ucap Jane girang disertai wajah yang merona. "tentu, mengapa tidak ada yang mengenal potograper profesional cantik ini" puji Arthur sembari mengaitkan beberapa helaian rambut gadis itu kebelakang telinganya. Benar! Siapa yang tak mengenal Jane? Wajah cantik itu selalu menghiasi kolom majalah dan namanya sangat terkenal diberbagai sosial media dan jajaran para artis. Belum lagi pengaruh orang tuanya yang dulu juga bergelut dibidang fashion dan namanya sangat terkenal hingga dunia modeling. Ethan hampir menyemburkan wine nya mendengar kalimat yang keluar dari pria sedingin es itu, ia bersembunyi dibalik kerumunan yang tak jauh dari Arthur dan Jane berdiri. "dasar pak tua" cecar Ethan sembari merapihkan jasnya kembali. "sepertinya aku harus menelpon Andrea, mengatakan padanya bahwa Ayahnya sudah tergila-gila dengan sepupunya itu" racau Ethan entah dengan siapa, sementara wanita disana hanya melihat pria tampan itu berbicara sendiri dengan tidak jelas. "mari, Uncle akan mengenalkanmu dengan mitra bisnis uncle yang lain" Arthur merangkul pundak Jane. "kau telah mengenal Ethan dan Sean, bukan?" "tentu Uncle" ucap Jane dengan wajah berbinar. "kau akan mengetahui sisanya..." ucap Arthur begitu antusias dengan senyum mengembang dan menggandeng gadis itu kedalam rombongan yang sangat ramai dengan segala wibawa dan pesonanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN