The Child of Avika (Chudail)(1)

1203 Kata
Sesampainya di Maja, dengan penuh kesedihan Pak Hasan dan Nenek Sri merawat Avika yang masih bayi. Nenek Sri menidurkan Avika di atas kasur, sedangkan Hasan membeli segala perlengkapan bayi untuk Avika. Nenek Sri membacakan sholawat-sholawat nabi pada Avika, tiba-tiba Nenek Sri melihat Avika bermata ungu dan kaki Avika bukanlah kaki manusia, melainkan kaki kelelawar! "Ya Allah! Avika!" Nenek Sri sangat terkejut dengan Avika, apakah Avika bayi merupakan garis keturunan seorang chudail? 22.30 "Hah? Avika sempat punya kaki chudail dan matanya bercahaya ungu, Mak?" "He'euh, Jang! Emak melihat dengan mata Emak sorangan! Avika téh berubah siga kitu! Emak sieun, Jang, bisik Avika téh boga garis katurunan chudail!" ungkap Nenek Sri pasa Hasan di ruang tamu. "Hasan rasa nggak mungkin, Mak. Kan chudail nggak mungkin bisa ngegigit bayi yang masih suci, kata Mithila juga tadi pagi, kalau Avika langsung lahir saat Laksmi sesudah digigit chudail, Mak." "Tapi, Hasan, Emak téh inget pisan Avika jadi siga chudail! Emak teu mungkin salah nempo, Emak bisa ngajamin Avika barubah siga chudail!" ujar Nenek Sri yang sangat ingat betul kejadiannya. "Mungkin Emak cuman halusinasi? Malam-malam, apalagi magrib banyak jurig anu kaluyuran, Mak, jadi bisa wae éta lain nyaan tapi ilusi wungkul anu dibuat ku jurig jang nyingsieunnan Emak." Cakap Hasan. Ketika mendengar perkataan Hasan, Nenek Sri seketika terdiam, benar juga apa yang dikatakan oleh Hasan, Nenek Sri pun kembali ke kamar Avika untuk tidur bersama Avika bayi. Lagian tidak ada faktor kemungkinan jika Avika itu mempunyai garis keturunan chudail, tidak ada hantu yang bisa mendekati bayi apalagi menyerang bayi. Keesokan harinya, Nenek Sri menggendong bayi sebari melayani pembeli yang memesan serabi buatannya di depan rumah. Nenek Sri begitu kesusahan menggendong Avika sebari melayani pembeli karena punggungnya sudah tidak sekuat saat muda. Di saat Nenek Sri sedang melayani pembeli, banyak pembeli yang merupakan tetangga menanyakan kemana perginya Laksmi, agar tidak timbul fitnah yang macam-macam, terpaksa Nenek Sri menceritakannya kepada para warga bahwa Laksmi menjadi chudail. "Ngeri, Mak. Chudail téh siga zombie, nya? Sieunnn, hihhh!" ucap Bu Iis, sebari bergidik ketakutan. "Enya siganamah, da ayeuna ge Laksmi sabenerna masih hirup tapi teu sadar." Jawab Nenek Sri, dengan santai. Warga di sini sangat baik, mereka sangat prihatin dengan keadaan menantu Nenek Sri, mereka tidak bisa membayangkan jika ada di posisi Laksmi mereka akan seperti apa. Warga di Maja cenderung memiliki pola sosialisasi yang tinggi dengan rasa simpati dan juga empati sehingga mereka akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain jika terkena musibah atau semacamnya. "Sing sabar bae atuh, Mak. Tong dipikirkeun masalah anu kamari mah," Bu Gauri mengelus pundak Nenek Sri. "Emak téh karunya ka si ujang jeung si eneng geulis, maranehna teu boga Laksmi deui ayeuna, mereunan maranehna teu boga semanget jang hirup," "Tong ngomong kitu atuh, Mak. InsyaAllah, mereka bisa dewasa da pamikiranana ..." "Aamiin, atuh." Di saat Nenek Sri dan Pak Hasan sudah pergi ke Maja membawa Avika bayi, desa itu semakin diteror sekaligus dihantui oleh chudail yang semakin banyak dan semakin banyak saja setiap harinya. Rumah Laksmi terlihat tidak terurus dan tidak berpenghuni. Rumah Laksmi digadang-gadang sebagai rumah hantu oleh warga, karena setiap sehabis magrib selalu saja ada suara nenek tua yang menangis, yang diduga itu adalah nenek Julaeha, Ibu dari Laksmi. Mithila sangat merindukan Laksmi, Laksmi adalah sahabat baiknya dari sejak ia kecil. Mithila kenal dengan Laksmi saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar sampai SMP saja, mereka tidak duduk di bangku SMA apalagi kuliah. Saat itu, hari sudah malam. Mithila mencari ketiga anaknya yang hilang, Mithila punya 3 orang anak, perempuan dan 1 laki-laki, mereka bernama Risma, Iik dan Fazal. Mereka bertiga sering bermain ke tempat-tempat yang jauh, tak jarang dari mereka selalu tidak ada di rumah dan lebih menghabiskan waktu di luar rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi Risma, Iik dan Fazal tidak kunjung pulang ke rumah. Akhirnya karena sangat khawatir, Bu Mithila mencari anak-anak ke sekitaran desa sebelum pukul 10 malam. Karena tepat jam 10 malam sampai ke jam 3 dini hari, para chudail akan berdatangan. "Risma!" "Iik!" "Fazal!" "Ya Allah! Dimana mereka bertiga, hiks-hiks-hiks ..." Bu Mithila menangis, yang ia takutkan adalah Risma, Iik dan Fazal digigit oleh chudail. Karena penasaran, Bu Mithila pun datang ke candi chudail untuk memeriksa apakah Risma, Iik dan Fazal di candi ataukah tidak. Sesampainya di candi, Bu Mithila melihat Iik, Risma dan Fazal yang memang ada di candi, mereka bertiga sedang mengintip sebuah ritual hitam yang terjadi di dalam candi chudail. "Alhamdulilahhirobbilalamin, akhirnya kalian bertiga bisa Ibu temukan juga, hiks-hiks-hiks. Ibu sangat khawatir dengan kalian bertiga, kalian bertiga kan anak-anak Ibu, kalau sampai hilang bagaimana, hiks-hiks-hiks ..." Bu Mithila sebari memeluk anak-anaknya. "Maaf ya, Bu. Kami sudah membuat Ibu khawatir dengan kami, kami daritadi sibuk ngeliat ritual di sana. Ada bibi Laksmi, Bu!" ucap Fazal, yang membuat Mithila terkejut. "Bibi Laksmi? Benarkah?" "Iya, Bu. Bibi Laksmi katanya mau diangkat jadi ratu chudail!" ungkap Iik, dengan serius. "Inalilahiwainalilahirojiun! Ya Allah!" Bu Mithila langsung kaget mendengar bahwa Laksmi akan diangkat menjadi ratu chudail. Bu Mithila segera mengintip ke dalam, ternyata benar, pria dengan kepala kelelawar ungu besar yang menyebarkan virus chudail memakaikan Laksmi sebuah mahkota. Di sana juga berkumpul banyak sekali chudail yang sedang tertawa cekikikan, mereka sangat bahagia dengan diangkatnya Laksmi sebagai ratu chudail. "Mulai sekarang Laksmi akan menjadi ratu chudail karena kecantikan Laksmi yang sangat menawan, hahaha! Kekuatanku akan bersatu dengan tubuh Laksmi, kalian semua chudail-chudail harus patuh dengan perintah Laksmi nantinya! Hihihihi!" tawa Raja Kelelawar itu dengan terbahak-bahak. "Ya Allah! Laksmi!" Bu Mithila, sangat miris dengan keadaan Laksmi. "Nak, sekarang ayo kita pulang! Jangan dekati tempat ini lagi! Ayo, Nak!" Bu Mithila dan anak-anak pulang ke rumah. Bu Mithila sangat shock melihat Laksmi menjadi ratu chudail. Di rumah, Bu Mithila memeriksa keadaan anaknya, apakah anaknya memiliki gigitan chudail ataukah tidak. Ternyata tidak ditemukan gigitan chudail sama sekali, ia sangat bersyukur. Namun, ia sangat miris dengan Laksmi yang telah menjadi ratu chudail. Maja, 2010. Avika sudah berusia 6 tahun, Avika tumbuh menjadi seorang anak yang ceria. Avika suka bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya, entah itu bermain masak-masakkan pasir, dagangan, sepak bola, voli, badminton dan lainnya. Avika juga sangat pintar dalam mengaji, Avika sudah bisa membaca al-qur'an karena Nenek Sri selalu mengajaknya ke mushola setiap waktunya sholat dan belajar membaca di mushola setiap hari. Selain sudah bisa membaca al-qur'an, Avika juga sudah bisa membaca alfabet dengan pelafalan yang sempurna baik itu dari intonasinya, irama dan tanda baca. Avika pintar juga dalam pelajaran matematika, khususnya dalam bidang pembagian. Tepat berumur 6 tahun, Nenek Sri mengirimkan Avika ke Taman Kanak-Kanak(TK) yang tidak jauh dari sana. Setiap pukul 8 pagi, Avika ditemani oleh Nenek Sri pergi ke TK jalan kaki dengan riang gembira, di perjalanan Avika selalu membaca sholawat nabi agar mendapatkan berkah. Hari itu, minggu ke 3 Avika masuk ke TK. Avika masuk ke kelas B, yang di dalamnya ada Bu Ebah, Bu Tri dan Bu Tantri. Avika sangat senang, guru-gurunya sangat baik sekali dan ramah-tamah. Sesekali guru-guru memberikan hadiah permen cokelat ataupun semacamnya kepada siswa-siswi yang berprestasi di kelas seperti mendapatkan nilai ulangan yang bagus dan lain sebagainya. Di kelas, Avika menemukan ada seorang anak yang sangat nakal, dia bernama Carlos. Dari lagakmya, dia adalah anak orang kaya raya. Carlos ini selalu membuat onar di kelas, dia juga suka memukuli teman-temannya begitu saja dengan kasar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN