Bab 6

1836 Kata
"Pak, tolong hari ini istri dan anak saya dijemput ya, mumpung libur. Mereka rencananya mau liburan disini." Kata Rama pada pak Tarjo. "Ajak pak Maman, suruh dia jemput istri Aldi. Biar kita bisa ngumpul bareng ditempat ini." Tambahnya. "Siap boss. ooooo iya, seragam yang kita pesan kapan jadi?. Biar saya bisa sekalian mampir." "Hampiri aza. Siapa tau sudah selesai. Ini kwitansi pembayarannya. Bawa yang sudah selesai, biar kita bisa cek. Seharusnya besok itu sudah selesai semua." Tambah Rama. Seragam itu diperuntukkan buat Biyodo, (orang yang membantu dalam resepsi pernikahan. Biasanya adalah tetangga-tetangga dekat). Karena Undangan yang dibagikan cukup fantastis (untuk keluarga Mak Ijah). Maka, Biyodo akan dibantu oleh tukang masak yang dikontrak selama diperlukan. Untuk seragam itu sendiri merupakan ide dari Mama Silvie, yang nantinya masing-masing bagian diberi warna yang beda, dengan tujuan agar mereka tau teman-teman yang tugasnya sama. Mengingat acara resepsi pernikahan ini memang dibuat semeriah dan semewah mungkin. Maka persiapannya pun harus matang dan terorganisir. Biar acara bisa berjalan lancar. "Man." Panggil pak tarjo. "ya Kang. Ada apa?" Jawabnya. "Hari ini kita dapet tugas untuk menjemput majikan. Nyonya Tina beserta anak-anaknya, aku yang jemput. Istrinya mas Aldi bagian kowe yang jemput." lanjutnya. "Bensinnya wis isi Kang?" Tanyanya kembali. "ya minta tho sama Non Clara." "Ra wani Kang, kamu aja yang minta." "Naaaah, ini dia Non Clara, dirasani teko." Kata Tarjo. "Ada apa?. Lagi ngomongin aku ya? . Emang orang cantik kayak aku ini selalu jadi bahan pembicaraan dimana-mana." Canda Clara. "Anu, Non. Pak Maman pengen minta uang sama Non Clara, buat malem mingguan. Tapi malu...hehehe." "Gaaaak Non. Pak Tarjo itu bohong." Elak pak Maman. "Oooooo, keliru. Mau minta uang buat kawin lagi." Canda Tarjo. "okeeeeeey!!!!, mau minta berapa?, emang ada yang mau sama pak Maman?" ledek Clara. "Gak, kok Non. Cuma mau minta uang bensin ajaaa." Jawab Maman sambil garuk kepala. "lho....wong wani ngomong dewe gitu kok. Minta uang bensin aza tadi nyuruh aku. Hahaha." Kata Tarjo. "Niiiich. Emang mo kemana?. Kok tumben minta uang bensin?" Tanya Clara. "Anak-anak. Minta di jemput. Katanya hari ini liburan sekolah." Jawab pak Maman. Sementara itu, Ummi dan si Jo berada di kebun belakang rumah. Kemesraan mereka berdua kian kentara. Walau tak pernah terungkap dengan kata. "Jangan gitu nyabutnya, ntar tangannya yang lecet. singkongnya tetep gak kecabut." Kata si Jo, sambil menggantikan posisi Ummi mencabut singkong. "Hee, Ummi emang orang Desa, tapi gak pernah ke kebun seperti sekarang. Makanya Akang jangan bosan ngajarin Ummi." Katanya, sedikit malu. "Nanti kalau sudah jadi istri akang, Ummi gak usah ke kebun kayak begini." Kata si Jo sambil menatap wajah Ummi. "Gak mauuuuuu, pokoknya dimana ada Akang, Ummi juga disitu. Ummi gak ingin sendiri tanpa Akang." Pintanya manja. "Ya sudah, janji nanti Sayank cuman disamping Akang. Gak boleh ikut kerja." Mungkin memang si Jo belum terbiasa. Sehingga memanggil belahan jiwanya kadang menyebut nama. Dan tak jarang dia memanggil "Sayank". Merasa sudah cukup apa yang dicari, akhirnya mereka pun pulang. Beruntung pelataran untuk menjemur gabah sangat luas. Jika digabung dengan kebun yang ditanami sayuran, luasnya hampir sama dengan setengah lapangan sepak bola. Disini rencananya untuk menggelar tontonan wayang kulit, pentas dangdut dan menggelar nonton bareng. Topi Caping dikenakan oleh Juna untuk mengurangi sengatan matahari siang itu, saat mempersiapkan tempat buat parkir mobil para tamu. "Pak, tempat sebelah ini dibuat yang bersih. Tanahnya diratakan, supaya mobil yang parkir tidak kesulitan." Pinta Juna. "Kebun bekas tanaman jagung itu dan sebelahnya Juga. Terus buat jalan yang agak lebar, sebab itu untuk parkir bus. untuk tanaman yang dipinggirnya, cukup dirapikan saja." Tambahnya. Bik Tarmi dan kawan-kawan hari ini sibuk memasak, untuk para pekerja. Mengolah beberapa Ayam yang disembelih pak Maman pagi, subuh tadi. "Sudah, siapin di meja depan. Minta tolong sama Sokran untuk memanggil pak tukang yang kerja meratakan kebun." Kata Bik Tarmi setelah mencicipi Sup yang ia masak. Menu sederhana disiapkan bik Tarmi cs. Sayur Sop, Ayam goreng dibumbu pedas. Sambal lombok hijau. oseng-oseng kentang, jeroan dan hati bumbu merah. dan daun singkong rebus. "Pak Tarjooooo, Tolong ambilkan Dea mangga." Teriak nya. "Dissa Jugaaaaaaaa" Dissapun ikutan teriak. "Iya Non, sabar. Bapak ambil senggek dulu." Jawab pak Tarjo, sambil lari ke belakang rumah mengambil bambu kecil yang panjang. "Cepetaaaaaaaan." "iya sayang. Nick pak Tarjo sudah dateng." "Lihat itu matang. Itu tuuh. Bukaan, itu yang sebelahnya." Teriak Dea, sambil menunjuk mangga yang sudah matang. Gedebug.... gedebug..gedebug. Suara mangga yang jatuh. "Awaaaaas, Non. Jangan dibawahnya. Nanti kejatuhan." Pak Tarjo memperingatkan kepada mereka berdua. "Aduuuuuh, anak Mama. Baru datang sudah Berburu mangga." Kata Ani, Mamanya Dissa dan Dea. "Sekalian pak, cari yang muda juga, besok kita buat Es Rujak Gobet. Panas-panas kan seger. Buat orang-orang yang kerja." Kata Clara. "Beres Non. Pak Tarjo tadi juga mborong blewah, buat Es Bledeg besok siang". "aku yang ini." "Enggak. tadi aku yang dapet." "Gak mauuuuu.... ini untuk Dissa." Mereka berebut mangga. "Gak usah berebut tho. Ayo kakak ngalah. tuuuh masih banyak kan?" Kata Mama Ina. Suasana di rumah mak Ijah jadi Hidup dengan kehadiran Dea dan Dissa. Hidangan santai sore itu masih seputar, pisang, singkong dan bentul goreng. Didampingi oleh bubur kacang hijau tanpa santan. Pembahasan serius tentang kesiapan pesta pernikahan, masih menjadi topik utama. Haha hihi menjadi selingan diselah-selahnya, bila pak Tarjo berbaur diantara mereka. Dari semua seksi, nampaknya tidak ada kendala dan berjalan lancar. "pak Tarjo." Panggil Mama Silvie. "Ya.. Boss..e...Tante,...e kliru. Iyaa Mamaaaa." Kelakarnya. "Hmmm. Besok antar undangan ke kantor Mama. Bilang, sama Bu Alya. Pastikan semua dosen beserta staf tak satupun terlewat. Suruh kasih nama lengkap. oooo ia, pegawai yang ada di yayasan juga ibu kantin. Serta mahasiswa semester akhir yang ingin ikut menghadiri pernikahan, suruh daftar, biar kita tau berapa bus yang harus disiapkan. Pokoknya undang semua." Pinta Mama Silvie. "Dan mampir juga ke kantor Papa. Lalu yang ini, berikan kerumahnya, dan ini catatan alamat nya. Ingat. Pastikan sampai pada tujuan. Ajak si Sokran dan ini uang makan. Biar kamu gak Kelaparan. Kalau perlu bawa bekal nasi dan lauknya sekaligus. Mama kan tau kalau Pak Tarjo masih dalam masa pertumbuhan. hahahahaha." Tarjo nyengar-nyengir mendengar apa yang dikatakan Mama Silvie. "Kalau saya boleh usul, besok pagi tenda di bagian konsumsi harus sudah terpasang. Masalahnya, bagian membuat kue, sudah mulai sibuk." Pinta Bu Ijah. "Siap, Ma. Sebenarnya sore ini mereka sudah mulai memasang tendanya. Tapi gak tau kenapa kok belum datang. Biasanya mereka tepat waktu kok. Hmm. Coba Alfin hubungi sekarang." Baru saja dia mengambil ponselnya, tiba-tiba terdengar suara : "Permisi." "ooooooo, tak kira lupa." Kata Alfin. "ya, enggak lha boss, bisa dijewer pelanggan kalau gak tepat waktu. Okey, sekarang yang mana dulu dipasang?" "Untuk di dapur, empat tenda. dan dihalaman depan ini, semua. termasuk meja kursi yang di bagian depan saja." Kata bu Ijah kepada Alfin, tapi mereka mendengar apa yang dikatakan Mak Ijah. Sambil menyodorkan denah Alfin berkata : "Ini dena lokasi yang akan dipasang hari ini. Khusus untuk tenda dan panggung, H-3 Harus sudah siap. Karena bagian dekorasi hari itu sudah mulai begadang, menghias. Untuk Panggungnya H-3 tingginya. cukup 60-90Cm. Dan H-1 siang baru dinaikkan sesuai standar." "Okeeeey Boss, siap dilaksanakan." Tanpa tunggu waktu lagi, mereka pun mengerjakan tugasnya secara profesional. Malam itu juga rencananya ada pertemuan semua yang terlibat. Mereka akan mendapatkan arahan dari Rama sebagai ketua panitia. Seksi konsumsi, pramusaji, pemimpin saji dan Penerima tamu. Termasuk bagian Masak nasi, pembuat kue. Semua Akan mendapatkan seragam dan masing-masing berbeda warna. Pak Tjandra memang orang yang luar biasa. Untuk Seragam ia gak segan-segan memberikan yang terbaik. Batik Pekalongan yang dipesannya sendiri di Kota tempat batik itu diproduksi. Dijahit oleh Tailor berpengalaman. dan diukur sesuai pemakai. Waaaoooo. LUAR BIASA (setidaknya untuk acara pernikahan yang diadakan di sebuah Desa). Untuk Penerima tamu, didesign ala pramugari. Sedang pengawas saji, Kemeja putih dan jas berbahan batik. Memakai dasi kupu-kupu batik. Untuk pramusaji, kemeja putih dan memakai rompi batik. Tukang masak nasi, dan bagian kue Baju batik dengan celana hitam. Gelak tawa ceriah mereka tampak jelas. ketika seragam itu dibagikan. terlebih ketika memakainya. "Aduh Yem, kowe kayak Bidadari turun dari tanaman kacang. Ayu tenan." "Ya dungakne, ben aku ketemu jodoh, habis jadi penerima tamu dimantennya mbak Ummi." Jawabnya. "Waduh, waduh, waduh Guanteng tenan aku pake pakean kayak begini…wis Yem, kowe dadi bojoku wae ya. Liatin, akang yang ganteng ini, terus bersanding sama kamu yang cantik . Cocok kan?" Canda tawa, dan tak henti-hentinya mereka bercermin, bergantian, saling memuji, saling meledek dan tawa renyah mereka. Pak Tjandra merasa puas, melihat mereka semua senang dengan seragam yang bakal dipakai esok saat acara berlangsung. Masing-masing mereka dapat seragam dua, karena acara resepsinya beberapa hari. Awal yang hangat. Sehangat perhatian pak Tjandra terhadap mereka semua. "Ya.... coba perhatikan sejenak." Kata Rama membuyarkan gelak tawa mereka. "Siapa diantara kalian semua yang sudah pernah ke Bali?" Hening..... tak satupun yang angkat bicara. "Waduuuuh!!!! ... kok gak ada yang jawab? ... sariawan ya?" "okeey!!!. Siapa yang pingin ke Bali, angkat tangan?" "Sayaaaaaaa." Serentak mereka menjawab sambil mengangkat tangannya. "Persis anak TK.. Hahahahhahahaaaaa." Kata Rama. Sontak, mereka pun ikut tertawa. "Okeeey, Biar kalian semua semakin semangat dan memberikan pelayanan kepada tamu dengan sepenuh hati. Setelah acara resepsi ini selesai. Kami akan memberikan hadiah berupa, wisata ke Bali selama empat hari tiga malam, tidur di Hotel bagus yang ada kolam renangnya + bekal untuk belanja oleh-oleh. Yang gak mau tolong angkat tangan!!!" Sontak mereka bersorak kegirangan. Meloncat-loncat, sebagai luapan kegembiraan yang tiada tara. Disisih lain, Tenda sudah terpasang semua. tinggal menghias sesuai permintaan tuan rumah. "Ayo, istirahat dulu. Makan sudah disiapkan." Teriak Juna. Mereka semua, bersama menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Gulai dan sate kambing Chef Juna, Chef Sokran beserta kroni kroninya. "Waduh, MANTAB!!!, sate Super Jumbo, hasil tusukan Chef Sokran." Kata Alfin sambil menggigitnya. "Yang ngopi, yang ngeteh, yang air putih... ambil sendiri-sendiri... yang kepingin nambah gak usah sungkan. Tukang bakar satenya masih siap melayani kita semua kok." Kata si Cantik Clara. Si Jo dan Ummi sibuk membakar sate, dan si Sokran asik menusuk daging kambing dengan Sujen. Supaya gak ngiler kepengen sate dengan tusukan super Jumbo.... monggo dicicipi. H- Tujuh. Tamu dari beberapa Desa yang mendengar bahwa mak Ijah akan mantu, sudah berdatangan. Walau mereka belum menerima kartu undangan. Apalagi dia dikenal oleh penduduk , sebagai orang yang dermawan, supel dan pandai mengambil hati penduduk Desa. Kebiasaan penduduk Desa setempat, ketika ada yang akan mengadakan pesta pernikahan, maka mereka akan datang dengan membawa sumbangan berupa, beras, beras ketan, gula, mie instan, kelapa, pisang, dan bila yang bersangkutan merasa dekat dengan sang pemilik hajatan, maka mereka membawa kue kering atau kue yang bisa bertahan hingga berhari-hari lamanya. seperti, Rangginang, kue bolu, “satru” (kue yang berbahan tepung ketan yang dicampur gula pasir, kemudian disangrai dan dicetak dengan bentuk dan ukuran tertentu) Wajik, jadah dan berbagai kue lainnya. Beruntung, bagian dapur memang sangat cekatan, sehingga tamu yang datang tidak sampai dikecewakan. Tukang jagal sedari pagi kemarin memang sudah selesai memotong Dua sapi dan Tiga kambing, bahkan sebagian sudah dimasak. Dibagian pembuat kue, seperti Jenang dodol, wajik, ketan jadah, bikang, nagasari, Bolu sudah ada yang siap disajikan. Buat keluarga pak Tjandra, pemandangan seperti ini merupakan pengalaman baru. Mengingat di Kota, hal ini tak pernah terjadi. Dan gak pernah mereka jumpai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN