Bab 19

1858 Kata
Sambil cemberut Imron menggulung benang, kemudian dibawanya layang-layang robek itu masuk ke rumah. "Ada apa lagi itu kok cemberut kayak pepaya busuk begitu?" Tanya mama "Gak bisa terbang!. Tuh lihat sampai robek." Mata berkaca-caca nahan tangis. "Laki-laki itu pantang menangis. Ya kalau robek ditambal, kalau perlu bikin lagi yang lebih bagus." Kata mama. "Bikini, Imron gak bisa." "Wah,mamak gak pernah main layang-layang. Mana bisa tho le, ya wis nanti kalau bapakmu datang suruh bikin." "Mak, sekarang semua tugas, semua kerjaan Sudan Sari dan kakak yang handel. memak sekarang tugasnya adalah ngawasin Imron dan bapak. Inget biasanya kalau suami sudah sibuk diluaran itu pasti punya kesibukan yang lain juga termasuk ngurusin bakal istri muda. Kayak bapak itu perlu diawasi Mak sebelum mamak menyesal dikemudian hari." Bisik Sari. *Aduh ndok kamu itu setiap ketemu mamak kok gak ada yang lain selalu saja yang kamu omongin." Kata Mak Atun. "Ye… mamak itu. Dibilangin malah ngeyel. Nanti sore ikut sari dah inget!!!" Sari satu-satunya yang paling cerewet. Terlebih dia gak ingin sampai bapaknya mendua. Termasuk dia yang selalu cerewet dengan penampilan mamaknya yang siang,malam, pagi, petang cuman pakai daster dan ganti ya kalau sudah "merasa" kotor. Bisa jadi tiga sampai empat hari baru ganti yang lain. Bukan karena gak punya daster lain. Tapi memang mamaknya yang gak pernah menghiraukan diri sendiri. Sering kali si sari menariknya ke kamar mandi, dibawakan pakean selain daster gak bertahan sampai sepuluh menit sudah menggantinya lagi dengan daster. Alasannya klasik yaitu gak leluasa untuk bergerak. Entah sudah berpuluh kali si Sari membelikan pakaian. Tapi tak satupun dipakainya, kecuali kalau sari sudah mulai cerewet. Sore menjelang malam itu, ketika Mirna dan Atun duduk santai berdua membantu Imron membuat layang-layang. Si Sari datang dari membeli sesuatu di kota kecamatan. Tak jauh dari rumah mereka. Katanya :"Mamak sudah siap?" "Emang kita mau kemana." Tanya Atun heran. "Sudah lah Mak ikutin Sari, jangan menolak, jangan protes. Ini demi kenaikan Mamak." Kata Sari. Kemudian membuka pintu mobil. Sepanjang perjalanan si Atun sang ibu hanya terdiam gak tau apa yang dilakukan oleh si anak gadisnya yang tumbuh dewasa yang bisa hidup seperti sekarang ini dari berkat pertolongan keluarga Ummi. Sesampainya di salon kecantikan : "Mak,tunggu dan duduk disini sebentar." Pinta Sari. Melihat disekeliling ruangan, sang mamak semakin heran dan tak mengerti. "Tempat apa ini?" Pikir si Atun. Kehidupan Atun memang sudah bisa dibilang cukup, dan gak kekurangan finansial. Namun demikian si Ayu. Sendiri gak pernah keluar dan gak kenal dunia luar, sehingga wajar kalau sampai gak tau tempat apa yang dikunjunginya saat ini. ……… Entah sudah berapa lama mereka berdua berada di salon itu. Dan ketika selesai. si Atun gak kalah cantiknya dengan Renna yang digandrungi oleh si Sugeng. Melihat penampilan baru sang mamak. Sari tersenyum puas.Sari sendiri sejak ia lahir sampai sekarang ini memang tak pernah tersentuh dengan segala macam alat kecantikan. Dia polos lugu namun kecantikannya alami. Dengan rambut terurai sebahu dan tak pernah lebih dari itu. Dan kalaupun harus potong sang kakak lah yang melakukan. "Sudah Sari duga sejak awal bahwa mamak itu cantiknya sepadan dengan bidadari dalam dongeng. Ya kayak cinderella begitu." Kata Sri lalu diciumnya pipi sang mama. Merubah penampilan sang mamak, sebenarnya adalah keputusan kedua putrinya. Mengingat bahwa sang bapak sudah lama tercium oleh dua gadisnya ada wanita lain dalam hidupnya. Hanya saja mereka berdua gak berani berbuat apa-apa. Tapi kini kedua putrinya terbeban untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga ini. "Mak, mulai hari ini mamak harus terus memperhatikan bapak, kalau perlu sekali-kali ikut dengan bapak ke petani-petani pemasok keperluan pabrik dan perlu akrab dengan mereka." Mendengar nasehat dari anak gadisnya si Atun hanya tersenyum. "Lho mau kemana lagi kita." Kata si mamak untuk mengalihkan pembicaraan. "Cari pakaian yang pas buat mamak. Biar gak tiap hari cuma pakai daster terus. Pakai daster itu cuma kalau mau tidur saja, biar gampang saat bapak minta." Kata Sari sedikit bercanda. "Emang anak kecil tau apa." Jawab si Atun yang masih menganggap bahwa anak kemarin sore yang masih ingusan. "Mampir makan dulu ya Sari laper nih." Ajak Sari. "Gak usah lah ndok makan di rumah saja. Tadi mamak sudah masak buat kalian." Sari tak mengindahkan ucapan mamaknya. Dan langsung parkir di sebuah restoran besar di kota kecamatan itu. "Sekali- kali mamak nyicipin makanan beli kenapa?" Canda Sari .,........... Sesampainya di rumah, kebetulan Mama Endah, Ummi dan si Jo main dirumah Atun. "Wah ada tamu jauh rupanya. Sudah tadi ya?, maaf tak tinggal keluar sama Sari." Sapa Atun. "Gitu dong Tante, biar om Sugeng tambah betah di rumah." Kata si Jo suami Ummi. Mendengar kata si Jo. Atun tersenyum. "Emang kok mbak, sekarang saatnya mbak memanjakan diri dengan rawatan, anak-anak sudah bisa menggantikan kesibukan mamaknya. Dan sang mamak memang sudah harus rehat dan tampil cantik buat suami." Pikir si Atun : "Kok hari ini semua pada memperhatikanku dan semua pada membicarakan pentingnya penampilan, apa aku salah selama ini." Ngobrol ngalor ngidul keluarga Atun dan keluarga si Jo semakin hangat. Karena memang sudah lama banget si Jo, Ummi dan mama Endah gak pernah berkunjung. Karena kesibukan masing-masing. Ya semacam temu kangen begitulah. "Wah sudah berapa bulan usia kandungannya?" Tanya Atun. "Sepertinya bulan depan dedek kecil bakal lahir." Jawab si Jo sambil mengelus perut sang Istri. "Wah sebentar lagi sudah jadi papa,mama." Saut Sari. "Iya, rencana mau nambah lagi lebih awal." Kata si Jo sambil tertawa. Dicubitnya pipi sang suami sambil berkata : "maunya!!!". Lalu si Ummi tersenyum. "Itu mobil bapaknya anak-anak datang." Kata si Atun kemudian dia keluar untuk menyambut sang suami. Melihat Atun dengan penampilan baru si Sugeng bertanya dengan sedikit dingin: "Mau kondangan kemana?... Atau baru pulang kondangan?" Mendengar sapaan suami yang dingin seperti itu. Hati si Atun merasa terpukul,namun dia berusaha untuk menahan perasaannya. "Itu di dalam ada keluarga Ummi." Kata Atun "Malem-malem begini main kerumah orang ngerepotin saja." Umpat sugeng. Walau perlahan tapi si Atun mendengar jelas. "Wah Bu Endah, tumben malem-malem berkunjung. Pasti penting ya?. Maaf saya tinggal mandi dulu ya?" Kata si Sugeng kemudian masuk. Melihat ketidak pantasan si bapak memperlakukan orang yang mengangkat derajat dan ekonominya selama ini, Sari bergegas masuk juga ke belakang lalu berkata: "Bapak gak sopan banget kepada keluarga Bu Indah?. Tolong cepat mandi dan Minta maaf pada mereka." Setelah selesai mengatakan itu sari kembali ke ruang tamu. "Tante manggnya masih banyak buahnya?. Sudah lama nich kita gak bikin rujak bareng- bareng." Kata Sari. Emang dialah yang paling sering berkunjung kerumah mama Indah terlebih kalau sudah musim mangga. Sabtu,Minggu pasti ngajak rujakan dan Mama indah yang juru bikin bumbunya, si Jo yang ngambil buah, Sari dan Ummi yang mengupas buahnya. "Iya ndok kamu jarang kesana. Gimana kalau sabtu- Minggu besok tak tunggu dirumah ya." "Okey. Siap Tante." "O..iya sudah malem ini pamit pulang dulu ya." Kata mama indah. "Iya mbak hati-hati." Jawab Atun. Tak lama setelah keluarga mama indah pergi. Sugeng keluar katanya: "lho tamunya sudah pulang tho?" Mendengar pertanyaan yang dilontarkan sang suami, si Atun gak menjawab dia sibuk membereskan meja dan membawa kedapur. "Sari gak ngajarin orang tua sih, tapi bila si anak melihat tingkah orang tua yang gak wajar, sepertinya anak juga wajib mengingatkan. Masak ada tamu kok gak disambut. Malah ditinggal. Padahal berkat bantuan mereka kita hidup seperti sekarang ini." Selesai ngomong Sari membantu mamaknya membersihkan meja. Mendengar anak perempuan bicara sedikit membuat telinganya panas ia bermaksud marah tapi ditahannya. "Yang buatin papa kopi." Lagi-lagi si Sugeng Lupa, bahwa ini bukan di rumah Renna. Setelah dia menyadari bahwa dia salah memanggil sang istri. Dia melanjutkan untuk menutupi belangnya. "Yang..yang ..buatin kopi dong yang yang." si Atun merasakan permintaan kedua itu hanya untuk menutupi kesalahannya. "Mama kelihatan cantik, dan berkilau setelah rambutmu kau warna seperti ini. Aku jadi jatuh cinta lagi padamu." Canda si Sugeng. Benar-benar candaan gading dan dibuat-buat. "Tingkahmu malam ini begitu aneh pak." Kata Atun dalam hati. Kemudian meletakkan kopi panas pesanan. Yang dibuat Sari dan sengaja dibuatkan tanpa gula. Sugeng benar-benar lupa bahwa malam ini dia berada di rumahnya sendiri. Dan bukan di rumah Renna. Ada perbedaan mendasar saat berada di rumah Renna dan di rumahnya sendiri yaitu kebiasaan Sugeng tentang ngopi. Sejak awal si Sugeng selalu marah bila dibuatin kopi kurang gula.sedangkan kalau bersama Renna selalu minum kopi tanpa gula, mengikuti kebiasaan kekasih hatinya. Kali ini Sari benar-benar salah total, maunya biar bapaknya marah sama mamakkarena dibuatkan kopi tanpa gula. Dengan demikian Sari bisa ganti marah sama si Sugeng bapaknya. "Hmmm, kebiasaan bapak sudah berubah. Sekarang dia bisa minum kopi tanpa gula." Pikir Sari. Dengan nama panjang Ayu Hapsari. Berbeda dengan sang kakak. Mirna Ningrum, dengan nama panggilan di rumah : Mirna dan teman-teman memanggil dia Ningrum. Dia tau banyak dengan siapa sang bapak menjalin hubungan cinta, dan informasi yang dia dapat dari teman bahkan dia sendiri sering melihat bersama Renna gadis seusianya itu. Tapi hanya disimpan dalam hati, dia tak ingin mamaknya sedih jika mengetahui hubungan tersebut. Sedang Mirna, juga tak punya keberanian untuk melarang sang bapak yang sudah dengan sengaja secara diam-diam mendua hati. ……….. Pagi itu, si Atun kepingin ngamuk kepada sang suami. Karena ketika mencuci pakaiannya didapatinya credit card atas nama Renna di saku baju sang suami. Tapi karena ketiga anaknya sedang ada dirumah. si Atun berusaha untuk memendam emosinya. Sejak pasutri ini memiliki anak, khususnya si Atun memang gak pernah mau bertengkar dengan suami di depan anak-anak mereka, dan ini bukan kali pertama. “Rupanya kedua putriku pasti sudah tau, tingkah bapaknya yang mulai gak beres, tapi mereka gak ingin sampai ada pertengkaran, dan mereka memilih untuk diam, sedangkan si Sari mempunyai cara lain, makanya dia selalu marah apabila aku gak pernah rawatan, makanya si Sari berusaha merubah penampilanku, supaya si bapaknya yang mulai genit itu kembali menyayangi mamaknya.” pikirnya. Pagi itu si Sugeng belum bangun, dan masih terlihat nyenyak. saat si Atun mau menyembunyikan barang milik si Renna yang ditemukan saat mencuci pakaian suaminya. tiba-tiba matanya tertuju di d**a saat kancing baju sang suami terlepas, dilihatnya banyak sekali tanda merah, kebiru-biruan, mirip ditubuhnya, seperti yang dilakukan sang suami pada tubuhnya setiap kali mereka bermesraan dengannya. si Atun langsung keluar, dalam harinya menjerit. namun lagi-lagi dia ingat sama kedua putrinya yang sekarang telah menginjak dewasa. “ndok, rasanya gak enak. kalau mamak disuruh diam saja di rumah. mending mamak bantu-bantu di warung saja ya. biar pikiran mamak keslimur.” Pintanya pada Risma Ningrum, anak pertamanya. Saat si Sugeng terbangun, tak dijumpai apapun diatas meja makan, dia langsung mandi. dan bergegas menuju ke warung, yang sekarang cukup jauh dari rumahnya. “ndok bikinin kopi manis gelas besar satu.” Kata Sugeng. Sari langsung mendekati bapaknya yang sedang duduk di antara pembeli yang cukup ramai, karena memang jam istirahat pabrik. di dekat telinga bapaknya dia berbisik: “bikin sendiri, ini jam makan. yang antre banyak.” kemudian balik melayani pembeli lain. sifat anak kedua ini dari kecil memang beda, bila melihat mamaknya, dimarah, di benak atau hal yang berlebihan, dia selalu marah dan protes. Sari marah dan menangis sejadi-jadinya dan gak bakalan diam sebelum si bapak meminta maaf pada mamak, saat mereka selesai bertengkar. dan sifat itu terbawa sampai dia sudah lulus SMA. Seharian itu si Atun gak mau bicara sama suami, tapi dia tak menunjukkan bahwa sang mamak lagi marah sama suaminya. takut kalau Sari sampai tau. bakal panjang ceritanya. ………………………………Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN