12. Malam Pertama

1185 Kata
Tangan besar Gavin menyusuri lengan istrinya yang terbuka lalu berpindah ke belakang punggung berniat untuk menarik resleting gaun istrinya. Sayang, kegiatan itu terjeda saat terdengar bel pintu kamar hotel berbunyi. Damasa merasa terselamatkan sedangkan Gavin merasa terganggu. Sepertinya tamu yang datang tak sabaran untuk di bukakan pintu sebab bel di tekan berulang kali. Gavin keluar dari kamar mandi menuju pintu depan. Setelah di buka ternyata pelakunya adalah Fika. Tanpa merasa berdosa teman SMAnya itu nyengir setelah Gavin membuka pintu. "Malam Gavin... Nggak ganggu, kan? Maaf kalau ganggu, aku cuma mau ngasih ini. " Fika menyodorkan sebuah paper bag berwarna putih. "Itu punyanya Damasa. " Dengan sedikit agak kasar Gavin mengambil paper bag itu dari tangan Fika. "Aku balik dulu, ya... Selamat unboxing. Hehehe... " Gadis itu melipir pergi. Gavin kembali menutup pintu, berniat kembali ke kamar mandi. Sayang, ketika membuka pintu kamar mandi ternyata sudah di kunci dari dalam. "Sayang... Pintunya kok di kunci? Bukain pintunya. " Pinta Gavin. "Enggak." Tolak Damasa yang masih berdiri di balik pintu. Masih enggan untuk mandi setelah kejadian tadi. "Kenapa pintunya di kunci? Aku juga mau mandi. " "Aku mandi duluan baru kamu. " "Kenapa nggak mandi sama-sama aja, biar irit waktu. " Apa Gavin bilang tadi, Mandi bersama? Astaga... Tidak. Damasa tidak mau mandi bersama Gavin. Apa-apaan laki-laki itu. Apa dia sudah gila? Atau mabuk? Kenapa juga harus mandi bersama. "Nggak. Aku nggak mau mandi sama kamu." Tolak Damasa. "Ayolah... Sayang. " Bujuk Gavin yang kini malah bersemangat menggoda istrinya. "Enggak." "Sekalian nanti aku bisa pijitin kamu. Kamu pasti capek, kan?" Mendengar kata 'pijat' Damasa Merasa tergoda. Membayangkan tubuhnya yang di pijat setelah capek luar biasa, pastinya sangat menyenangkan. Tapi buru-buru Damasa menggelengkan kepala mengusir pemikirannya akan pijat lalu menyilangkan kedua tangannya didepan d**a. Dia tidak mau tubuhnya di jamah-jamah apalagi oleh Gavin. "Pokoknya enggak mau. " Gavin menahan tawa. "Ya udah kalau nggak mau. Ini tadi kamu dapat kiriman dari Fika. " "Apa? " "Nggak tau. " "Taruh aja didepan pintu. " "Emangnya nggak mau lihat? " Gavin yang penasaran akan isi paper bag itu melihat ke dalam kantong. Tangan besarnya mengambil barang yang sepertinya kain itu. "Nggak mau. Nanti kamu maksa masuk ikut mandi. " Ketika ia merentangkan barang itu senyumnya langsung muncul. Kain tipis, halus, beranda, berwarna hitam itu adalah ligreri. Otaknya yang m***m langsung muncul. Damasa pasti akan sexy sekali saat memakai baju itu. "Ya, udah kalau nggak mau mandi bareng tapi kamu nanti pakai barang yang di kirim Fika, ya! " Pinta Gavin. Didalam kamar mandi Damasa mengernyit. "Memangnya Fika kirim barang apa? " "Lihat sendiri, lah. " "Enggak." "Ya sudah, mandi sana tapi janji harus pakai barang yang di kirim Fika. Aku taruh didepan pintu kamar mandi. " "Ya, udah taruh aja. " Damasa penasaran apa barang yang di kirim Fika untuknya. Namun ia memilih mandi dulu tanpa mengambil barang yang di tinggalkan Gavin didepan pintu. Takut saat membuka pintu suaminya itu akan merangsek masuk kedalam. Sekarang Damasa masih merasa aman tapi tidak tahu saat keluar dari kamar mandi. Maunya kalau bisa mengunci diri di kamar mandi sampai besok tapi itu tidak mungkin. Di lain sisi Gavin yang rebahan di ranjang menunggu istrinya keluar dari tempat persembunyiannya dengan memakai ligreri sexy. *** Selesai mandi Damasa mondar-mandir didalam kamar mandi, takut untuk keluar. Sudah hampir setengah jam lebih dia berada didalam sana. Selama itu juga tidak terdengar lagi suara Gavin. Ingin keluar takut Gavin masih berada didepan pintu tapi kalau tidak keluar dia tidak ingin berada didalam kamar mandi terus. Damasa menghembuskan nafas berat, meyakinkan dirinya harus keluar dari sana. Kalaupun Gavin mengajaknya b******a itu pantas sebab dia istrinya. Malah akan terasa aneh jika Gavin tidak ingin menyentuhnya. Kalaupun ia masih belum bisa melayani Gavin sebaiknya Damasa membicarakan ini baik-baik dengan suaminya. Dengan takut-takut Damasa menarik handle pintu kamar mandi. Dia mengintip sedikit keluar ternyata tidak ada Gavin disana. Daun pintu ia buka lebih lebar, pandangannya menangkap paper bag coklat yang ada didepan pintu. Ia mengambilnya, mengeluarkan isinya, matanya langsung melebar saat tahu isinya apa. Ligreri hitam super sexy. Dalam hati ia mengumpati Fika berulang kali. Temannya itu benar-benar kurang ajar mengiriminya benda haram seperti itu. Pantesan Gavin menyuruhnya memakai barang kiriman dari sahabatnya. Sialan...! Samar-samar ia mendengar suara dengkuran. Pandangan Damasa tertuju ke ranjang king size yang berkelambu yang tidak jauh darinya. Terlihat Gavin sudah tidur disana. Damasa merasa lega dan kali ini dia selamat lagi. Pandangannya kembali lagi ke ligreri yang ada di tangannya. Haruskah ia memakai baju haram itu? Pikirannya yang lain menolak. Tapi tadi Gavin menyuruhnya memakainya. Bukannya menolak permintaan suami hukumnya dosa? Tapi kalau ia memakainya dia akan terlihat seperti menggoda Gavin. Terlihat murahan sekali. Damasa bergelut dengan pemikirannya sendiri. Mungkin malam ini ia masih bisa menghindari Gavin tapi untuk selanjutnya itu tidak mungkin. Damasa mengedarkan pandangan mencari kopernya yang tadi ia titipkan pada Fika. Setelah menemukan apa yang ia cari ia membuka koper miliknya mencari piama untuk digunakan tidur. Sedari tadi ia menggunakan bathrobe yang disediakan pihak hotel. Sialnya, Damasa tidak menemukan satupun piama yang sebelumnya ia masukkan ke koper. Yang ada hanya baju haram dengan model dan warna berbeda. Dia juga menemukan note disana. Sepertinya dari Fika. Dear my best friends Damasa Kamu lagi cari baju ya? Tapi untuk malam ini baju wajib yang harus kamu pakai adalah baju haram ini buat muasin Gavin. Hehehe... Oia, aku juga bakal kirimin kamu sesuatu nanti malam. Koper kamu yang asli ada di kamar aku. Besok pagi baru aku kirim ke kamar kamu. Happy Unboxing... Muaaacchhh.... "Fika sialan. " Umpat Damasa kesal. Tidak ada pakaian ganti akhir Damasa memakai ligreri hitam yang ia pegang kemudian menutupinya dengan bathrobe. Pelan-pelan damasa Damasa mendekati ranjang dan duduk di tepinya. Berharap semoga Gavin tidak bangun sampai pagi agar ia bisa beristirahat juga. Rasanya lega sekali saat tubuhnya berbaring di ranjang. Kepala Damasa menoleh ke sebelah menatap sang suami yang tertidur lelap. Dalam keadaan lelah pun Gavin memang terlihat tampan. Tak lama Damasa pun terlelap di ranjang yang sama dengan sang suami. Ketika jam menunjukkan pukul lima pagi Gavin terbangun dari tidurnya. Dirinya agak tersentak kaget dengan sosok yang kini memeluknya bagaikan guling nyaman. Damasa begitu cantik walaupun sedang tidur. Gavin tersenyum melihatnya lalu ia hendak turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi. Tubuhnya terasa tidak enak, dia membutuhkan mandi. Dengan pelan Gavin menyingkirkan tangan istrinya agar tidak mengusik tidurnya. Selesai mandi Gavin keluar kamar hanya mengunakan selembar handuk putih yang melilit pinggangnya. Pemandangan yang ia lihat setelah keluar dari kamar mandi sungguh menggoda. Gaun yang istrinya pakai terangkat cukup tinggi sampai menampakkan pahanya yang putih mulus. Bathrobe yang di pakai talinya terlepas dan menampakkan tubuh bagian atas istrinya yang memakai ligreri yang ia lihat semalam. Di tambah lagi wajah cantik istrinya dengan rambut panjang yang berantakan diatas bantal. Gavin pun mulai mendekat, tangan besarnya mulai menyentuh tubuh istrinya. Damasa resah dalam tidurnya. Merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Matanya mulai terbuka dan lebih terbuka lagi saat melihat Gavin sudah berada di atasnya dan mulai mencumbunya. "Morning, sayang. " Sapa Gavin saat pandangannya bertemu dengan netra istrinya. "Ga-" Damasa tak punya kesempatan untuk berbicara sebab Gavin telah membungkam mulutnya dengan ciuman panas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN