Arisan berlian 2

1015 Kata
"Heh ikha yang katanya cantik dan bersih, bantuin Mama dong, kalau kamu bisa bantuin Mama kali ini, maka Mama akan mengakui kamu sebagai mantu yang benar-benar idaman, dan Mama akan mengakui kamu sebagai menantu dan istri terbaik untuk Fano." kata Bu Fransiska yang tiba-tiba dalam mode lembut. "Apa itu Mama mertua yang katanya baik hati dan tidak sombong," balas ikha yang juga menggunakan kata katanya dalam kalimatnya. "Kamu bisa merayu Fano nggak supaya menuruti kemauanmu?" tanya Bu Fransiska. ikha mengerutkan dahi tanda bingung, ikha mencium ketidak beresan di kata-kata Mertuanya. "Bisa dong Ma, ikha kan istri kesayangan" jawab ikha percaya diri. "kalau begitu, bujuk Fano untuk mengabulkan permintaan Mama ya? kamu kan istri kesayangan!" kata Bu Fransiska dengan wajah yang di buat seimut mungkin. "Issshh, sok imut," batin ikha dengan ulah Mertuanya. "Emang Mama minta apa sih Ma? kok minta bantuan ikha? memang Mama nggak berani ngomong sendiri?" tanya ikha penasaran dengan permintaan sang Mama mertua. "Mama minta di biayai arisan berlian sama Fano tapi,,,Fano menolak." ucap Bu Fransiska kepada menantunya tersebut. "Lah iya, Mas Fano tak mau mengabulkan permintaan Mama, lawong minta arisan berlian, yang bener saja, arisan berlian itu pasti biayanya puluhan juta, nggak mungkin kan hanya 5 juta saja sebulan." jawab ikha atas permintaan mertuanya. Ikha merasa heran dengan keabsurd an Bu Fransiska, bagaimana tidak? lawong minta di biayai arisan berlian kok seperti minta di belikan permen saja. "Lah kok malah kamu nyolot begitu? ya terserah aku lah lawong Fano itu anak Mama, uang Fano juga ada Hak Mama di sana." Bu Fransiska menatap ikha dengan mata melotot. "Jangan melotot ma, awas jatuh matanya nanti." ikha berkata dengan datar bahkan terkesan cengengesan. "Kurang ajar kamu Ikha, yang sopan kamu bicara dengan orang tua." Bu Fransiska berteriak menunjuk muka ikha yang kemudian di tepis oleh ikha seraya berjalan menuju kamarnya kembali. "Ikha, kembali kamu" ikha hanya mengangkat bahu membalas teriakan mertuanya. "Ada apa sih dek? kok mama teriak-teriak?" tanya Fano yang sudah rapi dan terlihat segar setelah mandi tadi, Fano menggunakan kaos oblong berwarna putih dengan di padukan celana jins warna biru sungguh sangat mempesona di mata ikha. "Maass, peluk" Rajuk ikha manja minta di peluk oleh suaminya. "Issh manja kali Umak ini?" Fano memeluk dan menggoda ikha dengan sebutan Umak, karena Fano tahu jika ikha sangat sebal dengan panggilan itu, seperti kesepakatan sebelumnya bahwa ikha hanya mau di panggi Ami, bukan Umak. Fano tertawa melihat mulut ikha yang mengerucut. dengan lembut di kecupnya bibir sang istri, dan mampu membuat wajah cemberut itu berubah menjadi merona. "Istri mas malu rupanya, pipi macam tomat ini, merah amat?" goda Fano lagi. Ikha adalah tipe perempuan yang sangat manja di hadapan suaminya, tapi bila di luar terlihat sangat garang. "Dek belum kamu jawab loh pertanyaan Mas, kenapa Mama teriak-teriak? kalian berantem?" tanya Fano sekali lagi. karena ikha terpesona dengan ketampanan suaminya, dia sampai lupa untuk menjawab pertanyaan suaminya. "Itu tadi Mama meminta ikha untuk membujuk mas mau membiayai arisan berlian yang di inginkan oleh Mama. dan ikha menolaknya, alamat mumcullah itu tanduk di kepala Mama," jawab ikha cengengesan. "Belum menyerah juga rupanya Mama, kamu tahu nggak dek? arisan berlian itu berapa per bulannya?" tanya Fano yang di tanggapi dengan gelengan kepala oleh ikha. "Lima belas juta, di kiranya anaknya ini pohon uang apa, uang pasif 15 juta itu kalau bagi kami ini ya mending di putar untuk menambah dagangan. lima belas juta je, bukan lima belas ribu, ada-ada saja mama itu." terang Fano tentang nominal uang arisan jika Fano menyetujuinya. "lima belas juta itu uang semua mas? haddeeeehhhh, mas Fano kalau memberi uang belanja untuk Mama berapa sih mas? kok kayaknya mama kurang terus? jangan-jangan mas Fano pelit ya?" curiga ikha kepada suaminya. "Ya cukup lah dek, kalau gaya Mama tidak Hedon, lawong Mama gayanya itu BPJS banget kok," jawab Fano membuat ikha mengkerut lagi keningnya. "Budget pas-pasan Jiwa sosialita" Fano pun tertawa lepas dengan ucapannya barusan. "ikha pun ikut tertawa bersama Fano. "Dek, buruan mandi ya, mas tunggu di depan, kita jalan-jalan ke mool yuk, rasanya pengen refreshing sebentar." ajak Fano sekalian memerintah istri cantiknya itu. "Kalau ke mool, ikha boleh belanja apa saja kan? ikha sudah lama tidak belanja, rasanya gatal loh tangan ikha mas!" ikha meminta kepada suaminya. "Mas siapin 20 juta untuk kamu berbelanja hari ini." ikha heran atas ucapan suaminya, barusan Fano bilang kalau uang lima belas juta itu mending di pakai untuk mutar, lah kok sekarang dia bilang sudah menyiapkan uang dua puluh juta untuk berbelanja. belum ikha bertanya lagi ke suaminya, Fano dah pun berkata lagi. " Udah nggak perlu heran dan di fikir terlalu dalam, mandi buruan, mas tunggu di teras ya?" Fano mendorong tubuh ikha menuju kamar mandi, kemudian dirinya keluar kamar dan menuju keluar rumah. Fano melihat sang Mama berada di ruang tv dan tengah melihat tayangan televisi ikan terbang, yang mana banyak menindas sang menantu isinya. "Pantas Mama ahli banget menindas menantu, lawong tontonannya juga itu terus kok, fasih lah dia" batin Fano dengan senyum mengembang, jiwa usil Fano muncul seketika. "Buwaaaa..." Fano mengagetkan Mamanya dari belakang dengan suara yang sangat keras. "Eh copot copot copot." Bu Fransiska latah dan membuat Fano tertawa terpingkal-pingkal. "Edaaan, anak durhaka kamu ya? ngagetin Mama, eh malah tertawain Mama juga." Bu Fransiska melempar bantal sofa ke arah Fano yang masih saja tertawa. "Lagian kenapa sih Mama kok latahnya nggak hilang-hilang? lucuuu tahu Ma" Fano menjawab dengan masih menahan tawa. "Awas kualat kamu ngerjain orang tua" sarkas bu Fransiska lagi. "Fano mau keluar Ma, Mama Fano antar pulang dulu Yuh, atau Mama pesankan taksi online saja?" tanya Fano yang sudah mereda tertawanya. "Mama nggak akan pulang kalau kamu nggak mau setujui keinginan Mama buat arisan berlian" kata Bu Fransiska masih ngeyel. "Fano nggak melarang Mama ikut arisan itu Ma, tapi biayanya jangan minta Fano dong. kan Yan arisan Mama?" jawab Fano enteng menaik turunkan alisnya. Bu Fransiska yang semula senang dengan persetujuan Fano mendadak lesu dengan kalimat lanjutannya. "Mama uang darimana Fano? Mama saja nggak kerja kok" geram Bu Fransiska. "Nah itu tahu mama nggak kerja, kenapa mau ikut arisan mewah seperti itu?" tandas Fano membuat Bu Fransiska membelalakkan matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN