4. Tamak

1217 Kata
Ketika semua orang larut dengan kemampuan mereka. Banyak pula yang merasa takut dengan hal tersebut. Ada yang berlarian dan menghindari satu dan lainnya, ada pula yang dengan gemetar terduduk begitu saja di tempat. "Ini akhir dari umat manusia!" Nyaris dari mereka semua mengatakan hal tersebut. Mereka adalah orang-orang yang sangat mengerti seperti apa ketamakan dari manusia. Rasa angkuh dan ingin berkuasa yang besar tanpa peduli akan orang lain. Sifat egois yang kerap membutakan hati semua orang yang terlena dengan apa yang disebut sebagai sebuah kekuasaan. Jika manusia memiliki kemampuan yang tiada batas, maka sudah bisa di tebak jika akan ada pula yang tertindas. Mereka yang kuat akan terus semakin kuat dan berkuasa sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan semakin terinjak-injak. "Benar, dunia tanpa hukum akan datang. Saat dimana manusia hanya akan mengandalkan kemampuannya sendiri akan tiba!" Kinry yang juga mendengar langsung kegelisahan orang-orang tersebut ikut menimpali perkataan mereka. Membenarkan jika saat ini bukanlah saat yang tepat untuk berbangga hati. Semakin banyak mereka yang menyadari kemampuan baru mereka, maka akan semakin muncul hasrat untuk mencoba segala kemampuan tersebut. Sampai mereka memahami cara kerjanya atau yang terburuk adalah sampai mereka benar-benar puas akan hal tersebut. Hal itu ditakuti oleh segelintir orang. Mereka yang bahkan di dunia normal saja sudah merasa tertindas, apa lagi saat dimana dunia sudah seperti ini. Bukan karena mereka tidak memiliki kemampuan, namun dari nurani mereka yang tulus dan penuh kasih itu. Semua terpancar dengan sangat jelas jika mereka tidak akan pernah bisa leluasa berjuang melawan monster atau sekadar melatih diri mereka. "Mereka memiliki seseorang yang ingin mereka lindungi sehingga mereka tak punya waktu untuk memikirkan perlindungan mereka sendiri!" Begitulah yang Kinry simpulkan saat menyadari bahwa anak bayi sekali pun bisa melihat bar status dan juga mereka memiliki nama player dan rincian level yang bisa di lihat oleh siapa pun. Artinya semua orang saat ini mungkin memiliki bar status. Tak butuh waktu lama dari pikiran buruk yang sempat terlintas itu, hal itu pun terjadi. Ketamakan manusia membuat mereka mencoba untuk menguji kemampuan mereka. Melayangkan serangan yang seketika itu membuat kekacauan. Orang yang egois akan mulai menyerang dengan sembarangan. Mereka yang mencoba untuk bertahan berusaha keras untuk melindungi diri mereka, dan ada pula yang melawan demi bisa menghentikan mereka yang bersikap arogan. "Apa lagi ini?" "Kenapa bisa seperti ini?" Kinry yang masih terpaku di posisinya itu pun ikut berlari bersembunyi di balik mobil yang sudah terguling. Menyembunyikan dirinya dari mereka yang bertingkah egois dengan harapan bahwa Kinry mampu menyembunyikan dirinya dari serangan brutal dan sembarangan mereka. "Kenapa mereka malah menyerang kita. Bukankah di petunjuk yang tadi perintahnya untuk mengalahkan para monster?" Tanpa Kinry sadari ternyata ada anak kecil yang juga bersembunyi bersama Kinry di balik mobil tersebut. Seorang anak yang usianya mungkin sekitar 9 tahun, masih menggunakan seragam merah putih, ia gemetar dengan air mata yang sudah mengering dan meninggalkan bekas kerak di ujung matanya dan di pipinya. Kinry yakin jika anak itu mungkin sedang berangkat sekolah saat kejadian tiba-tiba ini terjadi. Anak itu menggenggam rambutnya dengan erat, meringkuk dengan terus menggumam karena tidak mengerti akan tindakan orang dewasa yang jauh lebih tidak memiliki moral di bandingkan dirinya. "Apa yang dilakukan om itu, apa ia tidak diajarkan untuk tidak boleh menyakiti orang lain?" Tampaknya anak itu benar-benar terpukul dan Kinry yang sedari tadi memerhatikannya kini hanya diam dan mulai mendekat pada anak itu yang terus menunduk. Kinry merendahkan kepalanya, mencoba untuk masuk dalam pandangan bocah yang ketakutan itu. Satu hal yang ada di benak Kinry saat itu, mungkin keluarganya juga sedang ketakutan entah dimana dan Kinry berharap jika akan ada seseorang yang berbaik hati untuk bisa menenangkan kepanikan yang keluarganya rasakan. "Dek, apa aku boleh memelukmu?" tanya Kinry dengan wajahnya yang tersenyum. Anak itu menatap Kinry dengan bola matanya yang lebar dan lekat. Seakan tidak bisa mempercayai apa yang Kinry ucapkan. Ia takut jika Kinry sama kejamnya dengan orang-orang egois yang tiba-tiba menyerang orang lain. Rasa curiga terlihat jelas dari anak itu dan membuat Kinry pun kembali mengatakan, "Aku juga tidak mengerti kenapa mereka seperti itu di saat seperti ini, dulu waktu tsunami melanda aceh tahun 2004 silam, aku sangat yakin jika mereka saling menolong dan tidak bersikap seperti itu. Aku juga takut, aku juga mencemaskan keluargaku, aku tak bisa membayangkan apa yang sedang menimpa keluargaku!" Senyuman ketir Kinry curahkan, membuat kepercayaan tumbuh pada anak tersebut. Ia mulai membuka hatiya, menegakkan kepalanya dan menatap Kinry dengan penuh percaya diri. "Mungkin mereka belum lahir saat itu jadi mereka tidak tahu seperti apa bencana yang membuat orang tidak berdaya dan hanya bisa bergantung dengan orang lain untuk saling menolong!" Ucapan dari anak itu sangat bijak sana, sesuatu yang sekali lagi menyadarkan Kinry bahwa terkadang anak kecil yang polos ini bisa jauh lebih bertindak dewasa di banding mereka yang tubuhnya saja yang besar namun begitu tamak dan angkuh. "Kamu benar, saat itu mereka tidak berdaya dan hanya bisa saling bergantung. Saat ini mereka mendapatkan kemampuan yang luar biasa sehingga mereka lupa jika sebelumnya mereka juga bukan siapa-siapa!" Akhirnya, Kinry berhasil memeluk anak itu, mendekapnya dengan erat dan menenangkan anak tersebut. Kinry masih memikirkan keluarganya berharap ibu dan adik serta kakaknya baik-baik saja. Berpikir keras bagaimana cara ia untuk bisa lari dari sana, selamat dari ketamakan segelintir orang yang tamak, lalu mencari keluarganya yang entah bagaimana nasibnya. "Aku bahkan tidak tahu jika keadaan ini hanya terjadi di sini atau ada di mana-mana," benak Kinry yang mulai berpikir negatif. Rasanya tidak akan mungkin daerah lain tidak mengalami hal yang kacau seperti ini. Bagaimana pun sifat manusia itu sangat mudah di tebak. Ada yang begitu baik dan ada pula yang kerap memanfaatkan situasi. Bahkan tak jarang di tengah bencana besar yang menimpa, ada orang yang dengan tega masuk ke dalam rumah-rumah untuk menjarah barang yang ditinggal di rumah kosong tersebut. Pemikiran itu membuat Kinry merasa yakin jika kekacauan ini mungkin akan terjadi di banyak tempat. Padahal ada menara tinggi yang menjulang yang seharusnya lebih di takuti, namun kini malah ketakutan dengan sikap manusia yang egois tersebut. Tidak punya pilihan lain, yang bisa Kinry lakukan hanyalah bertahan dan menolong sebanyak orang yang ia bisa sambil berusaha untuk mencari keberadaan keluarganya. "Di mana rumahmu? Aku akan antar pada orangtuamu!" "Kuta alam. Aku tinggal di sana!" Kirny cukup penasaran bagaimana mungkin anak kecil bisa sejauh itu dari lingkungan rumahnya. Tapi, bukan itu yang terpenting saat ini. Kirny sudah cukup puas jika mereka bisa searah dan Kinry bisa sekalian mencoba mencari keluarganya. "Kita searah, aku akan mengantarmu nanti!" Anak itu tersenyum cukup lega, senyuman yang membuat Kinry cukup tersetuh dan ikut tersenyum setelah melihat senyuman anak itu. "Terima kasih!" kata anak itu yang menyentuh nurani Kinry yang ikut bergetar. Akan tetapi, baru saja rasa haru memenuhi hati mereka dengan niatan untuk bisa saling berjuang dari keadaan ini. Tiba-tiba saja, langit berubah menjadi merah. Legam bak warna darah, memancing semua orang untuk menatap ke arah langit dengan perasaan yang kembali tidak karuan. "A-ada apa lagi ini?" Baru saja Kinry bertanya dengan suaranya yang bergetar. Tiba-tiba saja, notifikasi muncul di sudut pandangan bar status yang muncul itu. Sebuah tugas yang harus mereka jalani dan muncul di semua bar status mereka. Selayaknya sebuah permainan yang benar-benar sangat diluar batas nalar. "Bagaimana bisa dunia berubah bak sebuah arena permainan seperti ini?" Sebuah pertanyaan yang mungkin timbul di hati semua orang saat melihat sebuah main quest muncul pada bar status mereka.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN