Chapter 10

1045 Kata
Jenar memulai perjalanan KKN nya bersama sembilan teman lain nya. Setelah mendengarkan beberapa wejangan dari rektor, dosen serta para pembimbing. Akhirnya mereka mulai memasuki mobil secara teratur dan duduk pada kursi yang telah di tentukan. Bryan masih setia berada dikampus itu, menunggu adiknya itu berangkat menuju tempat KKN nya. Segala kebutuhan Jenar sudah Bryan masukan kedala koper yang Jenar bawa. sudah banyak nasihat yang Bryan sampaikan kepada adiknya da Ayana. bahkan hingga kedua gadis itu merasa bosan mendengar nasihat kolot dari pria tampan yang selalu ada di samping mereka. Perjalanan dimulai ketika mereka semua berdoa didalam hati menurut kepercayaan mereka masing-masing. Kemudian mobil mulai bergerak meninggalkan area kampus. Perjalanan yang akan mereka tempuh kurang lebih akan memakan waktu hingga lima jam lamanya, itu pun melalui akses jalan tol. Selama perjalanan, banyak dari mereka melakukan hal menyenangkan demi terbentuknya kelompok KKN yang kompak dan bersolidaritas tinggi. Bahkan Athar, selaku ketua tidak pernah bosan mengingatkan teman-teman nya agar selalu mematuhi semua aturan yang ada, dan selalu bersikap sopan kepada warga desa. Dalam kelompok itu terdiri dari Athar sebagai ketua, Jaya sebagai wakil nya, sedangkan Jenar atau yang biasa mereka kenal sebagai Ara, Ayana, Bella, Dodi, Ayman, Elsa, Monic dan Ucup sebagai anggota biasa. Dan mereka semua, tentu nya datang dari jurusan yang berbeda-beda. "Teman-teman.. kita masih butuh waktu empat jam buat sampai di post pertama, sebelum akhirnya kita harus berjalan kaki buat sampai ke desa tersebut. Jadi saya minta kepada kalian untuk beristirahat sekarang juga, agar begitu sampai di post pertama, kita semua dalam kondisi yang segar" ujar Jaya meminta kepada anggota yang lain agar berisitirahat, dari pada melakukan hal yang tidak penting. Semuanya setuju dengan apa yang Jaya ucapkan, mereka mulai beristirahat pada kursi masing-masing. Walaupun tidak nyaman, akan tetapi, setidaknya tubuh dan mata mereka dapat beristirahat selama beberapa jam, agar stamina mereka pulih kembali, dan kuat untuk berjalan kaki menuju desa tersebut. *** "Guys.. bangun yuk, setengah jam lagi kita sampai" ujar Athar membangunkan teman-teman nya. satu persatu dari mereka mulai bangun dari tidurnya. Akan tetapi, ada satu anggota yang sangat susah sekali untuk dibangunkan, orang itu adalah Ucup. Pria yang memiliki tubuh sedikit berisi namun tidak gemuk itu memang sangat susah untuk dibangunkan, dia datang dari jurusan sosial. Dodi yang berada di sampingnya itu, kemudian mencoba untuk membangunkan dengan cara menggoyangkan lengannya dengan cukup keras. Akan tetapi, Ucup malah memukul lengan Dodi seolah memukul nyamuk yang hinggap di lengannya itu. "Thar.. susah nih" ujar Dodi pada Athar. Athar menganggukkan kepalanya kemudian berjalan menuju tempat Dodi, "Pindah dulu" ujar Athar. Dodi mengikuti perintah dari ketua kelompok. Athar dengan sengaja berdiri di samping kursi Dodi yang sudah kosong itu, kemudian karena kebetulan ditangan Athar ada sebotol ait mineral yang tersisa setengah itu. Dia membuka tutup botol nya, dan menuangkan sedikit air pada tangkupan telapak tangan nya. Lalu setelah itu dia mengedarkan pandangan nya pada anggota lain yang sedang menatap aksi nya itu sembari menahan tawa mereka. Setelah mendapatkan anggukkan kepala dari Dodi dan Jaya. Athar langsung mencipretkan air itu tepat pada wajah Ucup yang sedang menganga. "Astaghfirullah" pekik Ucup yang terkejut dengan serangan dadakan yang Athar berikan. Sedangkan yang lain, dengan spontan tertawa melihat ekspresi dari Ucup yang terlihat lucu. Namun kemudian, pria itu menatap kesal pada Athar yang masih berdiri di sampingnya itu. "Elu apa apaan sih, Thar?" "Gue minta maaf, lagian elu di bangunin susah banget. Jadi gue terpaksa cipratin air ke muka elu" ujar Athar dengan santai. Kemudian pria itu segera pergi menuju depan barisan. "Guys.. Bentar lagi kita sampai. Jangan lupa nanti perhatikan barang barang bawaan. Jangan sampai ada yang tertinggal" *** Tidak lama mereka telah sampai pada post satu yang dimana terdapat beberapa orang yang menunggu mereka semua. Salah satu nya adalah Pak Broto, kepala desa setempat. pria yang memiliki postur tubuh tinggi dan berisi serta terdapat kumis yang lumayan tebal itu menyambut mereka dengan senyum ramah nya. Bukan hanya Pak Broto saja, disana juga ada satu pengawas mereka, dan dua warga desa yang turut menyambut mereka. "Gimana mas perjalanan nya aman?" tanya Pak Broto yang sedang berjalan bersisihan bersama dengan Athar di barisan terakhir. Mereka semua memang sedang berjalan bersama menuju desa. Di barisan pertama dipimpin oleh Jaya dan Pak Mu'in yang merupakan warga setempat, sedangkan anak anak yang lain berjalan berjajar dengam teratur. "Alhamdulillah, Pak. aman" jawab Athar dengan senyum nya. Pak Broto mengangguk paham, "Oh iya nak. Bapak cuma mau ingatin, jangan pernah melanggar yang menjadi pantangan di desa ya" Kali ini Athar lah yang mengangguk, dia sudah sangat paham tentang hal itu, bahkan dia sudah berulangkali mengingatkan team nya. Jenar dan Ayana berada pada barisan ke empat, dan selama berjalan mereka berdua tidak terlibat pembicaraan apapun. Ayana fokus pada jalan dan barang bawaan nya. Sedangkan selama Jenar melangkah, Jenar melihat banyak penduduk desa yang menyambut mereka. Penduduk penduduk desa yang memakai pakaian jaman dahulu sebagai ciri khas nya. Dari situ Jenar berpikir kalau desa tidak jauh di depan sana. "Athar bilang desa jauh, tapi menurut gue di depan deh" ujar Jenar pada Ayana. Ayana berdecak sembari menatap sahabatnya yang masih terbalut perban di kepalanya. "Ngaco lu.. ini masih di hutan, dan cuma kita yang jalan" mendengar ucapan dari Ayana membuat Jenar terdiam dengan kening yang berkerut. bagaimana bisa apa yang Ayana lihat berbeda dengan yang dirinya lihat. Jenar mencoba menarik napas nya sembari menutup mata, dan tak lama ia menghembuskan napas seraya membuka matanya secara perlahan. Dan betapa terkejutnya Jenar ketika melihat kalau di sekitarnya itu hanyalah hutan dengan pepohonan rimbun dan lebat. Jenar menghentikan langkah nya dengan tatapan tidak percaya serta badan kaku nya. Hal itu tentunya membuat Ayana dan teman teman di belakang itu terhenti. "Ra.. elu kenapa?" tanya Ayana. Jenar tetap terdiam, hal itu tentu saja membuat Pak Broto dan Athar menjadi penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka berdua pun menghampiri Jenar. "Na.. Ara kenapa?" tanya Athar pada Ayana. Ayana menggelengkan kepala nya, "Gue nggak tau" jawab Ayana seraya memegangi pundak sahabatnya itu. Jenar atau yang biasa dipanggil akrab oleh mereka adalah Ara tersadar, dan mulai mencoba bersikap biasa saja. Ia tersenyum menatap Ayana dan Athar, "Gue aman kok.. kepala gue cuma sedikit pusing" "Aduh mba, kenapa? itu kepala nya juga di perban" ujar Pak Broto. Ara tersenyum, "Nggak apa apa kok, Pak. ini saya kurang hati hati waktu dirumah" jawab nya dengan sopan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN