Sekitar satu minggu lagi, tepat nya pada tanggal dua puluh lima juni. Jenar akan merayakan ulang tahun nya yang ke dua puluh satu tahun. Dan tanpa gadis manis itu sadari Ayana, Bryan, Mbok Nar dan beberapa orang lagi yang mengenal Jenar, telah menyiapkan kejutan yang sangat luar biasa.
Dan kejutan itu akan dimulai pada dua hari sebelum tanggal lahir Jenar.
Namun saat ini, semua persiapan sedang dibahas oleh dua dalang yang sangat menyayangi Jenar. Siapa lagi kalau bukan kakaknya Bryan dan sahabatnya Ayana.
Terlihat Ayana mengangkat tinggi tangan nya, memberikan tanda kepada Bryan yang baru saja memasuki restaurant cepat saji itu agar segera menghampiri tempat duduk yang sudah Ayana pesan.
"Lama banget, Mas" ujar Ayana, tepat ketika Bryan sudah berada di samping meja.
Bryan membuka habis kancing jas hitam nya dan melepaskan nya dari tubuh atletisnya, serta hanya menyisakan kemeja putihnya saja.
Dan Ayana, menyaksikan hal tersebut dengan nafas yang tertahan, dan mata yang tidak berkedip sedikit pun.
"Istigfar, Na" ujar Bryan, membuat gadis itu gelagapan menahan malu.
Lalu kemudian, dia tersenyum kepada Bryan yang sudah duduk di hadapannya.
"Astaghfirullah"
Sore ini, Bryan sengaja menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih cepat dari hari biasanya, dikarenakan dia harus menemui sahabat adiknya itu, untuk membahas acara kejutan untuk Jenar.
Maka dari itu, sekitar pukul setengah empat sore Bryan sudah keluar dari kantornya.
Bryan sebagai anak pertama, diberikan kepercayaan oleh Mamih dan Papih nya memimpin perusahaan di Jakarta dan menghandle segala nya, selama kedua orangtua nya itu pergi.
"Jadi gimana?" tanya Bryan kepada Ayana yang sudah menunggu nya selama setengah jam.
Ayana tersenyum dengan lebar, "Aku mau bikin Jenar, nangis kencang" ujar Ayan dengan kekehan diakhir kalimatnya.
Bryan terdiam dengan alis yang saling bertautan. "Maksudnya gimana?"
Lagi dan lagi, Ayana tersenyum dengan tidak biasa. "Gini Mas, Jenar itu kan paling nggak percaya banget tuh sama yang namanya hantu"
"Jadii??"
"Jadi aku punya ide, untuk kasih dia senam jantung. Tenang cuma tipis-tipis kok senamnya" jawab Ayana masih dengan tawa puas nya membayangkan bagaimana ekspresi Jenar nanti.
Kedua alis yang saling bertautan itu, berganti dengan kedua mata hazel Bryan yang menyipit. "Maksudnya gimana sih?"
^^^
Hari spesial Jenar akan jatuh pada hari sabtu, dan tepat hari kamis ini rencana kejutannya akan dimulai.
Sejak pulang dari kampus, Ayana sudah berbicara kepada Jenar bahwa dirinya akan bermalam dirumah gadis itu, dikarenakan orangtua nya yang sedang pergi keluar kota, dan dia hanya sendiri dirumah.
Akan tetapi, hingga pukul delapan malam ini, Ayana belum juga sampai dirumah Jenar. Dan tak lama kemudian, ponsel Jenar berbunyi dengan layar yang menyala menampilkan nama Ayana disana.
"Yeh malah nelpon" ujar Jenar sesaat sebelum menjawab panggilan tersebut.
"Dimana lu?" tanya Jenar dengan to the point.
Disebrang sana terdengar nama Ayana yang memburu. dan hal tersebut tentu saja membuat Jenar bingung sekaligus cemas akan kondisi sahabatnya saat ini.
"Na, lu kenapa?" tanya Jenar dengan detak jantung yang mulai tidak stabil.
"Ra... tolong" Jawab Ayana dari sebrang sana dengan nada suara yang bergetar, menandakan bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
"Elu dimana?!"
"Ra.. kok gue jadi takut"
"Gue ini arah rumah lu, nyetir mobil sendiri. Tapi tiba-tiba gue kayak nabrak sesuatu" ujar Ayana di sebrang sana dengan nada takutnya.
Jenar yang mendengar hal tersebut pun sangat terkejut, karena yang Jenar tau, Ayana tidak pernah menyetir sendiri. Dan ketika gadis itu menyetir mobilnya sendirian, sahabatnya itu justru terkena musibah, menabrak sesuatu.
"Elu dimanaa? shareloc sekarang. Gue kesana" ucap Jenar seraya mematikan panggilan itu. dan langsung menyambar sweeter hitamnya. Lalu kemudian, melangkah keluar dari kamarnya.
Jenar berjalan dengan tergesah, hingga ketika tangan nya hendak memegang gagang pintu rumah mewah itu. Bryan memanggil dirinya dari belakang.
"Mau kemana, dek? udah malam" tanya Bryan seraya melangkah mendekati Jenar.
Jenar berhenti, dan menolehkan pandangan nya kepada Bryan yang berada di belakangnya.
"Mas, tumben rapih banget"
memang benar, untuk malam jum'at di jam delapan malam ini, Bryan terlihat sangat rapih dengan jaket kulit yang melapisi kaos polos warna abu-abu nya.
"Biasa.. Mamas mau malam jum'atan" jawab Bryan dengan santai. Namun hal tersebut menimbulkan tanya besar dalam benaknya.
"Kamu mau kemana?" pertanyaan Bryan itu berhasil mengusir rasa penasaran nya dan segera mengingatkan dirinya dengan Ayana yang sedang menunggu dirinya.
"Astaghfirullah, gue lupa" pekik Jenar seraya menepuk keningnya.
"Mass.. Ayana ketakutan" lanjut Jenar dengan nada gusarnya.
Bryan mengernyitkan keningnya, "Emang dia dimana?"
Jenar mengeluarkan ponselnya, dan membuka lokasi yang Ayana kirimkan. Dan ketika menemukan titiknya, Jenar menatap Bryan dengan tatapan bingungnya.
"Ini anak mau kesini, Mas. tapi kenapa jalan nya beda ya?" ujar Jenar seraya memberikan ponselnya kepada Bryan.
Bryan terdiam menatap layar ponsel adiknya itu, lalu kemudian memberikan kembali kepada Jenar.
"Terserah kalian deh. Mas mau pergi, bye!" ujar Bryan seraya melenggang pergi meninggalkan Jenar yang melongo melihat minimnya kepedulian dalam diri kakaknya itu.
Tak lama, Jenar segera mengejar Bryan yang hendak menghidupkan mesin motornya. "Mas, temenin gue dong"
"Ogah ah, Mas mu ini ada kerjaan" ujarnya.
"Bye, adek ku cantikk" lanjutnya kemudian pergi dengan motor nya meninggalkan Jenar yang sedang menahan kekesalan nya.
"Punya kakak satu gitu banget" ucap Jenar dengan melangkahkan kakinya menuju motor matic milik Jenar. Lalu kemudian, melaju meninggalkan rumahnya menuju Ayana yang sedang menunggu dirinya.
^^
Jenar telah sampai pada lokasi yang Ayana kirimkan. Dan benar saja, di depan sana, dia melihat mobil milik sahabatnya itu.
Tanpa menunggu lagi, Jenar segera mendekat pada mobil itu. Mematikan mesin motornya, dan mulai memeriksa keadaan Ayana yang sedang duduk di dalam mobil.
"Na.." ujar Jenar seraya mengetuk kaca mobil bagian kemudi.
Detik berikutnya, pintu mobil itu segera terbuka. Menampilkan sosok Ayana yang nampak pucat dan tubuh yang gemetaran.
Jenar yang terkejut melihat kondisi sahabatnya itu, segera membawa Ayana kedalam pelukannya. Dan dengan perlahan menuntun gadis itu untuk keluar dari mobilnya.
"Na.. elu kenapa??" tanya Jenar setelah berhasil mengeluarkan Ayana dari dalam mobil.
"Ra..." ujar Ayana dengan suara yang sangat kecil dan bergetar.
Jenar mengangguk, membenarkam bahwa dirinya adalah Jenar atau Ara yang Ayana kenal.
"Elu kenapa??" tanya Jenar dengan sedikit desakan.
perlahan mata Ayana terlapisi selaput air yang jatuh membasahi pipinya. Namun Jenar melarang dengan gelengan yang keras.
"Jangan nangis!! Cerita ke gue, elu kenapa?!"
Ayana menghapus air mata nya, dan mengangguk pelan. "Tadi.. gue nabrak" jawab Ayana pelan.
"Kucing hitam" lanjutnya dengan nada yang bergetar.