Di sepanjang perjalan menuju ke rumah sakit, Tsurayya lebih banyak diam dan sesekali mengusap air matanya. Aku tahu dia sangat terkejut mendengar berita ini. Kukatakan padanya untuk tenang karena semua akan baik-baik saja. “Ayya ....” Tsurayya yang sedang melihat ke luar jendela menoleh ke arahku. “Kamu tenang aja, ya. Semua akan baik-baik aja. Papa akan segera sehat.” “Aku takut kehilangan Papa, Mas,” ucapnya. Kulihat bulir bening kembali mengalir dari kedua matanya. Segera kutepikan mobil. “Aku nggak mau kehilangan Papa, Mas. Papa itu segalanya buat aku.” Tsurayya terisak. Kedua matanya tak berhenti mengalirkan bulir bening. Aku tak bisa melihatnya seperti ini. Kurangkuh dia ke dalam pelukanku. Tsurayya masih terisak. Dan semakin terisak. “Nanti, sesampainya di rumah sakit kamu nggak