"Pemotretan hari ini terlihat sensitif dan. Bianca kamu terkendala dengan model yang seksi. Hari ini kamu harus benar-benar tampil seksi. Gimana kamu mau."
"Lakukan saja. Aku akan tetap profesional." ucap Bianca. Sementara Diego. Dia senang berkesempatan untuk terus berdua dengannya. Apalagi satu projek pemotretan.
Bianca segera membaringkan tubuhnya, pemotretan hari ini. Dia memeluk setengah tubuh Diego. Dia harus tampil begitu saksinya. Masih dengan pakaian kolam renang. Diego sengaja tersenyum tipis, melihat wajah Bianca yang sama sekali tidak melirik ke arahnya.
Pemotretan demi pemotretan mereka lakukan. Berbagai gaya sudah di lakukan dengan baik. Tanpa ada pengulangan sama sekali. Bianca benar-benar sangat profesional. Dia tidak peduli pakaian apa yang digunakan olehnya.
Sampai tengah malam. Dia masih belum juga ganti baju. Bianca masih duduk di kursi kayu pinggir taman. Meski banyak sekali orang yang sesekali melirik ke arahnya. Mereka menatap kagum dengan indahnya pemandangan di depan mata.
Diego datang menghampiri Bianca. Dia duduk di sampingnya. Lalu, memberikan jaket itu pada Bianca.
"Pakailah! Malam ini terlihat sangat dingin. Jaga kesehatan kamu. Besok kamu ke kantor aku. Untuk melihat skrip film yang akan kamu mainkan. Jadi kamu harus jaga kesehatan. Jangan mulai diri kamu sendiri."
"Skrip, Film? Memangnya film apa?" tanya Bianca.
"Kamu dan aku, ini awal perdana kamu kain Film jika akting kamu bagus. Pasti banyak sekali tawaran yang akan datang padamu. Kamu nurut apa kataku. Kau bisa jadikan kamu artis terkenal. Tidak hanya model saja." ucap Diego, Bianca menghela kepalanya. Menatap Diego tak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.
"Kamu yakin?" tanya Bianca memastikan.
"Kamu bisa baca perjanjian kontrak besok!" ucap Diego.
"Kerja jian kontrak film itu? Ada adegan apa saja di sana. Aku tidak mau jika Film vulgar." Bianca memalingkan wajahnya lagi.
"Tidak, semuanya hanya permainan kamera. Kita tidak terlihat v****r nantinya. Hanya saja ada adegan kecupan, dan itu bukanlah hal biasa dalam film." Diego menatap penuh harap pada Bianca.
"Siapa lawan mainku?" tanya Bianca lagi. "Aku sendiri."
"Kenapa kamu memilih aku jadi lawan mainin. Aku sama sekali tidak pandai dalam akting. Aku juga baru belajar."
"Apa salahnya, semua berawal dari belajar. Dan, jadi kebiasaan. Lebih baik sekarang kamu sudah tentukan saja besok. Kamu pikir-pikir lagi saja. Jika memang kamu mau. Kami bisa menghubungiku besok."
"Baiklah, aku akan pikirkan lagi."
"Ayo, aku antar kamu pulang." ucap Diego.
"Tapi, aku masih menunggu Angel."
"Jika kamu menunggu dia. Belum tentu dia pulang lebih cepat. Kamu bisa menghubungi dia. Jika kamu aku antar pulang. Dan, sekarang sudah jam 8 malam. Kamu disini sendiri debgan pakaian seperti ini. Kamu tidak takut jika banyak sekali laki-laki yang menggodamu nanti?"
Bianca terdiam sejenak. Dia memutar matanya. Melihat sekelilingnya. Banyak sekali laki-laki yang sudah menatap ke arahnya. Seakan mereka baru saja menemukan mangsa barunya.
Bianca melirik ke arah Diego. "Baiklah, aku pulang sama kamu sekarang." pungkas Bianca.
"Pakai jaket itu." ucap Diego. Dia mengandung jaket itu menutupi tubuh Bianca.
Mereka segera berjalan menuju ke mobil Diego yang sudah berada tak jauh dari taman itu. Sebelumnya seseorang asisten pribadi Diego mengantarkan mobilnya ke tempat kerja.
Pov Giandra.
"Kamu sudah siap?" tanya Giandra. Dia mengulurkan tangannya tepat di depan Angel. Wanita itu hanya diam menatap tangan Giandra. Dia tampak aneh dengannya.
"Apa maksud kami ini?" tanya Angel bingung.
"Kita tidak sedang berkencan. Aku hanya jalan berdua dengan kamu. Bukan berarti kita kencan pertama." ucap Angel mengingatkan.
"Oke, tidak masalah!" ucap Giandra.
"Bentar! Aku boleh minta tolong?" tanya Giandra.
"Minta tolong apa?"
"Diamlah sebentar!" kata Giandra.
"Baiklah!"
Giandra mengangkat tangannya penuh keraguan. Dia menyentuh belaian rambut Angel. Menyibakkan rambutnya ke belakang telinga.
Deg!
Seketika jantung Angel berhenti berdetak sesaat. Di Menatap wajah Giandra sangat dekat.
"Maaf! Jika aku lancang." kata Giandra.
"Tidak." ucap Angel. Dia membalikkan badannya. Menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba memerah.
"Silahkan masuk." Giandra membukakan pintu mobilnya. Mempersilahkan Angel untuk masuk ke dalam. Dia memperlakukan Angel bak putri raja. Dengan badan tertunduk, tangan kanan ke depan. Dan, tangan kiri di belakang. Mempersilahkan Angel masuk.
Bukanya senang, Angel merasa aneh dengan perlakuan Giandra padanya. Dia merasa ilfil dengan perlakuan yang asik, dan romantis di saat belum sama sekali ada status di antara mereka.
"Maaf jika aku harus mengajak kamu jalan malam-lama." ucap Giandra.
"Harusnya aku yang minta maaf! Aku tadi membuat kamu terlalu lama menunggu." ucap Angel tanpa menatap ke arah Giandra yang kini sudah duduk di sampingnya. Bersiap untuk mengemudi.
Perlahan mobil itu mulai berjalan, menjauh dari parkiran apartemen menuju ke jalan raya.
"Kemana kita pergi?" tanya Angel.
"Nanti kamu juga akan tahu." Giandra terus fokus pada jalan di depannya. Hingga hampir setengah jam perjalanan. Giandra sampai di sebuah tempat yang sangat indah, di atas jembatan dengan pemandangan jembatan yang terlihat sangat indah dihiasi berbagai lampu warna warni yang semakin menawan. Tak mau kalah pemandangan pantai di bawahnya yang juga tidak kalah indahnya.
"Sudah sampai." ucap Giandra.
Angel menatap sekelilingnya. Dia menatap kagum pemandangan di depan.
"Bagus!" ucap Angel, dia tersenyum tipis. Dengan penuh semangat dia segera membuka pintu mobilnya. Melangkahkan kakinya keluar dari sana. Angel menatap kedua mata Giandra.
"Lihatlah! Pemandangan ini sangat indah." ucap Angel mengeraskan suaranya. Hembusan angin malam yang begitu kencang membuat rambut Angel beterbangan. Angel tidak pedulikan akan hal itu. Dia merentangkan kedua tangannya. Membiarkan angin itu menghembus di tubuhnya. Dingin malam ini menusuk sampai ke tulangnya. Angel menarik kembali kedua tangannya. Dia memeluk tubuhnya sendiri. Mengusap kedua bahunya.
Angel menoleh, melihat Giandra yang baru saja keluar. Dia terlihat sangat senang saat melihat Angel suka tempat itu.
"Kamu mau makanan?" tanya Giandra.
"Makan apa?" tanya Angel.
"Jagung bakar, atau ikan bakar. Aku akan belikan." Giandra mencoba menawarkan makanan pada Angel.
"Iya, boleh juga. Aku mau dua-duanya. Dan, jangan lupa minuman. Kita bisa menikmati pemandangan disini." ucap Angel. Dia tidak berhenti tersenyum.
Giandra mengamati tubuh Angel yang sepertinya kedinginan. Dia melepaskan jaket miliknya. Menyandarkan jaket itu di punggung Angel.
"Pakailah, sepertinya kamu kedinginan." pungkas Giandra.
Angel terdiam, kedua mata mereka saling menatap. Angel memegang ujung jaket itu. Tatapan itu perlahan semakin dalam. "Makasih!" ucap Angel, dia segera memalingkan pandangannya. Entah ada apa dengan hatinya. Dia merasa ada getaran yang berbeda saat dirinya menatap Giandra sangat dekat. Hatinya terasa ada yang terus mengetuk ingin di buka. Tapi, pendirian Angel begitu pokok tetap menutup pintu hatinya. Tapi, suara ketukan itu terus terdengar semakin keras dan keras. Sampai Angel merasa sakit. Melawan hati dan pikirannya yang tidak sejalan.
Giandra seger alergi membelikan Angel makanan dan minuman. Smenetara Angel hanya diam menikmati pemandangan malam yang indah. Sudah hampir 10 menit menunggu. Angel melirik sekelilingnya Dia mencari dimana keberadaan Giandra. Sudah sangat lama dia meninggalkan dirinya sendiri.
"Apa dia sengaja meninggalkan aku sendiri?" tanya Angel pada dirinya sendiri. Pikirannya mulai tidka tenang, dia terus berpikir jika Giandra sengaja meninggalkannya.
"Tidak, mana mungkin juga dia meninggalkan aku. Smenetara mobil mewahnya ada disini bersama denganku. Tidak mungkin dia meninggalkan mobilnya."
"Mungkin memang dia masih mengantri beli makanan." pikir Angel. Angel duduk di depan mobil. Sembari melipat kedua tangannya diatas dadanya. Dia mulai menghirup aroma parfum Giandra yang melekat di jaketnya. Aroma harus parfum itu menyeruak masuk indra penciumannya.
"Angel.. Kamu disini?" tanya seorang laki-laki yang entah sejak kapan dia sudah berada di depannya. Angel melirik sekilas. Dia memutar matanya malas saat melihat siapa laki-laki di depannya.
"Sama siapa kamu?" laki-laki itu melihat sekitarnya. Kedua mata laki-laki itu melebar saat melihat mobil mewah berada di belakang Angel.
"Sekarang kamu sudah bisa melupakan aku? Apalagi sekarang pacar kamu kaya? Tapi, dimana dia? Apa kamu di tinggalkan dia sendiri di sini?" tanya laki-ki itu. Bahkan dia tidak malu saat sedang berkencan dengan wanita masih sempatnya menghampiri mantan yang baru saja belajar move on darinya.
"Aku kasih tahu kamu, biasanya laki-laki pergi alam meninggalkan kekasihnya sendiri. Dia sedang janjian sama seorang wanita." ucap laki-aki itu. Angel masih saja tidak pedulikan semua perkataannya. Baginya itu hanya angin lewat yang membuat telinganya kotor saja saya mendengarnya. Angel memalingkan wajahnya acuh, mengerutkan bibirnya. Mencoba untuk tetap cuek padanya.
"Ayo, pergi! Kenapa juga kamu disini sama mantan kamu. Kamu masih suka dengannya?" tanya wanita yang berada di pelukan laki-laki itu.
"Tenang saja, lagian aku sudah tidak suka dengannya. Selama 5 tahun pacaran dengannya. Aku bahkan tidak bisa memeluknya, apalagi menyentuhnya. Mengecup bibirnya saja tidak bisa. Selama pacaran aku hanya bisa menatap bahkan paling dekat hanya berpegangan tangan." ucap laki-laki itu, dia tidak malu memamerkan kemesraannya. Laki-laki itu mengusap kepala kekasihnya. Lalu, memberikan kecupan di ujung kepalanya.
"Cepatlah cari pacar lagi. Dan, jangan melakukan kesalahan yang sama. Jika kamu tidak ingin ditinggalkan lagi."
Angel menghela napasnya kesal. Dia menggesekkan kepalanya pelan. Menatap laki-laki yang ada di depannya.
"Sudah kalau bicara?" tanya Angel.
"Jika sudah pergilah! Aku tidak perlu ocehan kamu disini. Lagian kamu dan kekasih kamu yang murahan itu m*****i pemandangan disini."
"Apa kamu bilang? Murahan?" saut wanita di depannya.
Angel menarik salah satu alisnya ke atas. Tersenyum sinis padanya. "Apa? Memang kamu murahan, jika kamu tidak murahan tidak mungkin laki-laki dengan murahnya menyentuh tubuhmu, gratis lagi." ucap Angel seketika membungkam bibir wanita itu.
"Zico.. Zico.. Aku merasa puas sekarang putus dengan kamu. Aku sudah tahu kebusukan kamu semuanya. Lagian kamu dan wanita itu pantas sekali. Pantas sama-sama murahan dan tidak modal. Kalian cocok, segeralah menikah. Jangan tambah dosa." ucap Angel mengingatkan, sembari tersenyum tipis dengan raut wajah mengejek.
"Dasar gak laku!" tempat kesal wanita itu.
"Ada apa?" tanya Giandra yang langsung memeluk pundak Angel.
"Kamu kenal dengan mereka?" Giandra menatap wajah Angel. Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. Giandra mengedipkan matanya. Memberikan kode untuk Angel. Angel begitu cepatnya menangkap kode dari Giandra. Dia tahu laki-laki di sampingnya itu mencoba untuk membantunya agar tidak malu di depan umum.
"Dia mantanku!" ucap Angel lirih. Kedua mata itu masih terus menatap mata Giandra. Hatinya perlahan mulai terbuka. Seakan sengaja ingin terbuka. Membiarkan perasaan itu perlahan masuk.
"Kamu ada hubungan apa dengannya?" tanya Zico. Mantan kekasih Angel.
Giandra mengulurkan tangannya. "Aku kekasih barunya." ucap Giandra.
"Sejak kapan kamu jadi kekasihnya?" tanya Zico.
"Baru saja hari ini."
"Tapi, aku ingatkan padamu. Percuma pacaran dengannya. Dia juga tidak akan pernah bisa disentuh. Dia juga cuek, dia juga tidak seperti wanita lainya penuh perhatian. Pacaran dengannya begitu hambar. Kamu hati-hati saja." ucap Zico.
"Tapi, aku tidak ingin menyentuhnya. Jika aku cinta dengannya. Aku akan menjaganya. Tidak akan pernah menyentuhnya. Aku suka padanya tidak memandang siapa dia. Bagaimana hubungan aku nanti dengannya. Semuanya bisa di rubah jika ada kemauan. Aku ingin melindunginya. Dan, terus menjadi payung saat turun hujan. Tidak akan pergi hanya untuk mencari yang lainya." kata Giandra seketika membungkam bibir Zico.
"Jika memang kalian pacaran. Sekarang cepat kamu kecil bibirnya." tentang Zico.
"Iya, berani tidak?" timpal kekasih Zico.
Hai semua yang ada disini. Kalian semua akan jadi saksi. Jika mereka beneran pacaran berati mereka berani kecupan di depan kita jika tidak berarti mereka hanya pura-pura. Atau, bahkan mereka hanya simpanan saja." teriak kekasih Si di membaut beberapa orang yang di sana bergerombol menatap ke arah Giandra dan Angel. Smenetara Angel dia terlihat gugup, dia menatap ke arah Giandra. Dia memejamkan matanya. Sembari mengepalkan kedua tangannya Merasa sangat malu, entah apa yang akan dilakukan Giandra nanti. Dia sudah terlanjur berbohong membuat mantan kekasihnya itu menantang dirinya. Ini hal yang belum pernah dilakukan olehnya sebelumnya.
Giandra juga pastinya tidak akan mau memberikan hal itu padanya. Dan, jika dia mau. Dirinya juga belum siap. Apalagi hubungannya dengan Giandra juga baru kenal. Dan, mencoba untuk menjadi teman. Angel membuka perlahan kedua matanya. Dia menggerakkan kepalanya pelan menatap ke arah Giandra. Kedua mata itu saling memandang satu sama lain. Di mata Angel seolah mengatakan tidak. Tapi, Giandra tahu jika tidak dilakukan. Angel akan diperlakukan oleh mantan kekasihnya.
Mereka hanya diam saling memandang. "Ayo, tunggu apa lagi." kata Zico.
"Kamu gak papa?" tanya Giandra. Menatap semakin dalam kedua mata Angel. Dia merasa sangat ragu, takut jika Angel akan marah padanya. Dan, tidak akan pernah menemuinya lagi.