Bruak!
Bunga langsung melemparkan ponselnya menjauh saat mengingat aduan keluh kesah ibu dan kedua adiknya itu.
"Mba Bunga, uang SKS aku masih kurang loh!”
“Bunga anak mama cantik, jangan lupa uang Arisan bulan ini sama uang bulanan mama di tambah ya.”
“Mba Bunga apa aku gausah ngekos lagi aja deh, sayang biayanya mending PP aja.”
Rasanya pundaknya semakin berat tapi dia tidak punya pilihan untuk terus menjadi tulang punggung keluarganya setelah sang ayah meninggal sepuluh tahun silam.
Setengah lelah memikirkan keluarganya dari tempat tidur itu Bunga mendongak ke arah yang jauh melihat pada Andreas pria yang selama ini menjadi sumber keuangannya, pria yang sudah datang sedari tadi namun tidak bersuara sampai sekarang entah apa yang telah terjadi.
“Aku rasa masalahku yang paling berat, ada apa dengan manusia itu?” ucap Bunga sembari mendesah lelah melihat pria murung itu namun enggan menyapanya.
Bunga dan Andreas adalah dua orang asing yang terjebak dalam sebuah hubungan tanpa status, hanya teman ranjang, teman berbagi kehangatan dan tempat pulang saat lelah tapi bukan rumah.
Apa lagi yang Bunga bisa lakukan selain menggerakan pundaknya pasrah dia bisa apa selain bertanya basa-basi Are you okay? Tanpa pernah dapat jawaban apa yang terjadi sebenarnya, sebab Bunga dan Andreas punya kesepakatan untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing kecuali sesuatu hal yang mendesak.
Kemeja Batik berwarna biru muda, sepatu kulit yang mengkilap lengkap dengan aksesoris tambahan seperti jam tangan brand ternama itu masih Andreas kenakan, tampaknya dia seperti baru kembali dari sebuah acara formal entah itu pernikahan teman, pertunangan saudara atau mungkin itu acaranya sendiri.
Hari ini Andreas tidak ke kantor, pagi-pagi sekali dia sudah mengirimkan pesan kepada Bunga mengatakan bahwa dia tidak masuk kerja tanpa memberikan alasan yang jelas apa dan kenapa, lalu sore harinya saat jam pulang kantor Bunga mendapatkan pesan dari Andreas memerintah gadis itu agar pulang ke Apartemen yang mereka tempati.
Tentunya Bunga tidak punya alasan untuk menolak jika bukan untuk hal yang serius, sebab dalam hubungan ini Bunga seakan wajib mematuhi perintah Andreas sebab ini semua tidak cuma-cuma, Andreas sudah mengeluarkan banyak sekali nominal walaupun ini di anggap hubungan saling menguntungkan satu sama lain, padahal Andreas bukan seorang yang suka meribetkan sesuatu hal dan Andreas akan cukup mengerti jika Bunga sibuk atau mungkin punya urusan lain.
Sudah dua jam Andreas masih betah duduk di sebuah sofa yang mengarah pada sebuah televisi dengan kepalanya yang menunduk seakan banyak sekali masalah yang sedang di hadapinya. Sikap Andreas membuat Bunga terus bertanya-tanya sendiri namun selalu takut menegurnya, sampai akhirnya Bunga merasa Andreas sudah cukup lama merenung seperti itu dan sepertinya dia tidak di butuhkan saat ini.
“Kamu kenapa Ndre? Dari tadi aku perhatiin kamu kayanya lagi kacau banget.”
Akhirnya Bunga pun turun dari ranjang sambil mengikat piyama putih berbahan satinnya itu, setelah sedari tadi hanya menatapi pria itu murung dan tidak sedikitpun menyapa dia seperti biasanya.
Andre terlihat aneh sekali hari ini, padahal dia yang meminta Bunga pulang ke apartemen mereka tapi malah Bunga di acuhkan seperti ini.
Biasanya saat datang ada saja hal yang dia bahas meskipun itu soal kerjaan, lalu dia akan segera membersihkan diri, meminta Bunga membuatkan minuman hangat lalu tanpa basa basi dia akan langsung naik ke tempat tidur atau menyerang Bunga tiba-tiba saat sibuk melakukan sesuatu, lalu dalam hitungan detik mereka sudah polos tanpa sehelai benangpun bergulat di atas ranjang saling mengudarakan desahan.
“Andre hello?”
Panggil Bunga lagi namun Andreas masih tidak meresponnya dia masih terus menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya mengapit pangkal hidung seperti begitu pusing memikirkan beban yang dia rasakan.
Lagi-lagi Bunga hanya menggerakan pundaknya pasrah dia bisa apa bertanya, dia dan Andreas punya kesepakatan untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing.
Keduanya hanya dua orang yang tidak punya ikatan selain mencari keuntungan masing-masing, di mana Andreas membutuhkan Bunga sebagai teman ranjang dan tempat pulang saat dia butuh kehangatan juga di layani, sementara Bunga membutuhkan Andreas sebagai sumber keuangannya.
Sudah tiga tahun Bunga Hanania gadis 28 tahun memiliki tinggi 170 cm dan bertubuh sedikit montok berisi dengan penampilan yang sangat modis itu menjadi Sekretaris, sekaligus Personal asisten dari Andreas Renaga Wiranata. Lalu siapa sangka sudah hampir satu setengah tahun ini pula kebersamaan mereka itu melewati batasan antara bos dan karyawannya.
Murahan! Gampangan Bunga rasa dia layak menerima itu entah bagaimana di mulai tapi pasti semua terjadi sebab sambutan dari dia sendiri.
Hubungan ini mungkin juga akan berakhir begitu saja nanti Andreas mulai bosan atau Bunga yang akhirnya yang lelah dan menemukan kehidupan yang lebih baik.
Andreas seorang pria 32 tahun anak pertama seorang Pengusaha yang cukup besar namanya.
Andreas memiliki struktur wajah yang cukup sempurna mampu, sulit membuat wanita berpaling jika belum mengetahui seperti apa sifat asli karakteristiknya. Rahang kokoh sedikit berbulu juga tegas mengeluarkan aura yang sangat maskulin. Bola mata coklat gelap siap menenggelamkan siapa yang dia pandang lalu dan d**a atletis serta tinggi badannya yang sangat proporsional membuat wanita sangat terpesona.
Dia sosok yang dingin, misterius, jarang sekali tersenyum, Andreas adalah seorang yang cukup pintar banyak prestasi dan dia adalah pengganti ayahnya dan kepercayaan kakeknya di sebuah perusahaan yang bergerak di banyak bidang seperti otomotif, pertambangan dan juga bahan obat-obatan multinasional itu.
Jakarta 2022.
Hubungan tanpa status keduanya di mulai saat malam itu dua tahun lalu di mana Bunga harus lembur bekerja sebab harus mengerjakan banyak laporan yang di tinggalkan Andreas yang sudah dua hari tidak masuk ke kantor.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan Bunga masih saja duduk di meja kerjanya yang berseberangan dengan meja Andreas. Suara mesin-mesin di sana yang menemani Bunga malam itu, beberapa kali Bunga sudah menguap sampai nyaris memejamkan kan mata beberapa kali, bahkan dua gelas kopi hitam yang Bunga buat tidak membuat dia cukup kuat untuk terus bekerja hingga akhirnya dia ketiduran di meja dengan kedua tangannya yang terlipat di atas sana.
“Jadilah kekasihku Bunga, i want you! Aku menginginkanmu, aku tidak tahu entah sejak kapan perasaan ini ada tapi sungguh aku menginginkanmu lebih dari seorang sekretaris."
Ketiduran di waktu lembur malam itu membawa Bunga pada sebuah mimpi, mimpi di mana tiba-tiba saja Andreas sang bos datang. Mendadak Andreas mengungkapkan perasaannya, Andreas mengungkapkan sebuah cinta pada bunga, tentu saja Bunga terkejut dalam mimpinya.
Bunga langsung bangkit mengacak-acak meja kerjanya mencari-cari buku catatannya jangan bilang Andreas menemukan sesuatu tulisan di sana yang mana memang sejak lama Bunga sudah menyukai Andreas.
“What the FU*CK!”
Maki Bunga saat dia berusaha bangkit dari tidurnya, saat itu dia benar-benar terbangun seluruh bulu kuduknya meremang, jantungnya berdegup sangat kencang lalu betapa terkejutnya dia saat melihat di hadapannya benar-benar ada Andreas.
Andreas duduk dengan kedua kakinya yang naik ke atas meja lalu wajahnya miring ke samping sepertinya sedang tidur.
“Pak! Pak Andre?” Bunga shock dia langsung bangkit sambil mengusap mulutnya terkejut, dia tatapi pria itu lama-lama dia terlihat kelelahan dan sepertinya tidur lelap sekali. “Ah syukurlah yang tadi hanya mimpi.”
Suara Bunga sukses membuat Andreas terbangun dengan susah payah Andre membuka matanya dia terlihat berkaca-kaca menatapi Bunga. Lalu ujung matanya meloloskan bulir bening yang menjelaskan dia sangat kacau sekali saat ini.
“Aku lelah! Aku muak! Kenapa dulu tidak aku saja yang mati bukan papa agar semuanya tidak perlu seperti ini.” kata Pria itu tiba-tiba marah sekali. Wajah Andreas terlihat menyedihkan sekali Bunga tidak pernah melihat Andreas selemah ini.
“Pak? Bapak kenapa?” Bunga ragu ingin mendekat, dia menggigiti jemarinya sendiri bingung harus berbuat apa.
“Bisakah kamu peluk saya, Bunga?” Pintanya tiba-tiba.
“A-apa?” Bunga shock ini seperti mimpi atau mungkin dia salah dengar.
“Bunga kamu tidak mendengarnya?”
“Ta-tapi pak?”
“Bunga! Peluk saya, saya mohon!”
Rasanya blank otak Bunga seakan sulit mencerna sampai Andreas membentaknya. “BUNGA HANANIA!”
“I-Iya pak!”
Bunga langsung berjalan mendekati Andreas dan pria itu langsung menyambar Bunga seperti santapannya dia menarik tubuh bunga kemudian dia dekap erat menempelkan wajahnya di pundak bunga.
Bunga merasa sesak dan sulit untuk bernapas namun sungguh dia tidak ingin menjadi munafik jujur walaupun ini mengejutkan tapi Bunga menyukai pelukan pria ini, pelukan dari pria yang sudah lama Bunga sukai namun harus dia simpan dalam-dalam sebab hanya seorang karyawan tidak lebih.
Aroma white musk dan citrus parfum mahal bosnya ini tercium secara langsung bukan hanya dari sisa-sisa aroma yang berterbangan saja.
Malam itu menjadi pembuka hubungan keduanya, malam itu Bunga yang lelah lembur harus membawa Andreas pulang apartemen milik laki-laki itu.
Bunga tidak bisa menghubungi siapapun Andreas terlihat kacau sekali entah di mana barang-barang pria hingga ponselnya.
Kekacauan Andreas mungkin ada kaitannya dengan meninggalnya sang papa beberapa waktu lalu, Andreas sempat menyebut tentang papanya namun Bunga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Mau tidak mau Bunga akhirnya merawat Andreas yang tiba-tiba saja demam hingga berhari-hari hari, sampailah di waktu yang akhirnya Andreas jujur merasa dia membutuhkan Bunga.
Andreas dengan percaya dirinya mengatakan pada Bunga bahwasanya dia ingin Bunga terus di sisinya seperti ini, tidak hanya bekerja untuknya di kantor namun juga di luar pekerjaan.
Andreas merasa nyaman dengan hadirnya Bunga, dia merasa Bunga mampu meredam lelahnya hari-hari yang dia jalani. Terbukti Andreas merasa candu dengan memeluk Bunga di malam itu, dia merasa energinya terisi lagi.
Memintaku? Meminta menjadi apa? Kekasih? Atau lebih dari itu? Dia tidak menyatakan cinta, dia menginginkan aku menjadi apa?
“Berkencan pak?”
“Saya tidak melakukan itu.”
“Jadi maksud bapak?”
“Jadi wanita saya.”
Bunga tidak langsung menerima, dia bertanya-tanya kenapa harus dia? Kenapa tidak orang lain, apakah ini seperti kesepakatan seseorang yang rela menjadi wanita simpanan bukan?
“Saya nyaman saat kamu ada, saya mohon Bunga saat ini saya butuh kamu.”
Andreas terus memohon setiap hari mengatakan dia nyaman bersama Bunga, dia butuh orang yang sudah kenal dia, Andreas tidak suka orang baru apa lagi dia sulit untuk dekat dan percaya dengan orang baru.
Bunga tidak pernah menjawab Ya, namun hari-hari terus berjalan seperti yang Andreas harapkan, tanpa sadar kebersamaan mereka di sepanjang hari-hari itu akhirnya membuat Bunga menyerahkan dirinya pada Andreas. Itu semua bisa terjadi karena ada sebuah rasa yang memang sudah Bunga rasakan pada pria itu namun dia juga harus sadar diri. Bunga tidak bisa berharap lebih akan kemana arah hubungan mereka dimana Andreas adalah atasannya dia bukan level pria itu.
Apalagi Bunga tahu seperti apa keluarga Andreas yang sangat strict dan sangat menjunjung tinggi bibit, bebet dan bobot, Bunga hanya bisa menikmati dan menjalani entah sampai mana akhirnya.
Lalu sebaliknya Andreas dengan sadar sudah membuat Bunga masuk ke dalam kehidupannya yang kacau ini, membawa Bunga pada hubungan tanpa tujuan juga status yang tidak pernah jelas, menjadikan Bunga tempatnya pulang pelepasan lelah namun bukan menjadi rumah yang sebenarnya.
Apartemen baru Andreas menjadi tempat mereka bertemu yang sengaja Andreas beli untuk menghabiskan waktu bersama Bunga hingga membuat gadis itu akhirnya memasrahkan kesuciannya, Bunga di berikan segala fasilitas terbaik dari Andreas seperti mobil lalu beberapa kartu tanpa batas yang bebas dia gunakan.
Tidak munafik Bunga memang membutuhkan banyak biaya sebab dia adalah seorang anak dari generasi Sandwich di mana dia harus menafkahi ibunya yang janda lalu menyekolahkan kedua adik-adiknya yang kuliah, lalu Bunga juga masih menjalani sekolah Masternya di sebalik kesibukannya.
Namun meskipun begitu Bunga tidak ingin tinggal di di appartemen itu di luar urusannya dengan Andreas, Bunga lebih suka pulang ke sebuah kontrakannya menjadi dirinya sendiri lalu menjalani hari-harinya yang biasa di luar menjadi Bunga simpanannya Andreas.