Penuh Tekanan

1167 Kata
Masih dengan topik yang sama dan karena hujan belum juga berhenti, ARION tidak beranjak dari kafe Gema. Mereka memikirkan konsekuensi terburuk yang akan mereka jalani akibat perjanjian beberapa saat yang lalu. "Mulai kapan aturan ini berjalan?" Terdengar helaan berat di sela-sela pertanyaan Sera. "Dimulai dari besok sampai 5 bulan sebelum promnight kita," jawab Leron. "Gimana bisa gue dapet cowok secepet itu Ron? Tau sendiri kan gue orangnya gimana!" Sera sangat keberatan. "Serenata itu gampang. Lo tinggal ubah gaya berpakaian lo. Tiru Medi, cewek banget. Fashionista." Leron dengan biasa merangkul bahu Melodi kemudian membandingkan cara berpakaiannya dengan Sera. "Apa lo siap lihat gue pakai gaun tiap hari? Bedak tebel terus pake gincu, siap?"  "Nggak usah Ser. Terima kasih banyak. Lebih baik lo gini aja, normal." Rey mengambil wafel yang masih tersisa dan memberi penengahan untuk Sera. "Masih ada waktu banyak kan? Gue yakin bisa dapat sebelum satu bulan," ujar Leron menyombongkan diri. "Rey kan cool. Pekerja keras juga. Gampang lah Rey." Melodi memuji dan Rey bersemangat setelahnya. "Medi pinter." ***** Malam ini, Melodi merenung di dalam kamarnya. Di dekat jendela yang mengarah pada pepohonan di luar rumah. Melodi menatap langit, mendung. Sama dengan pikirannya saat ini yang sedang kalut. Melodi merutuki dirinya sendiri. Mulutnya memang tidak bisa diajak kompromi. Di masa seperti ini, saat dia sedang giat-giatnya belajar, Melodi malah harus terbebani dengan usulnya sendiri. Melodi harus mencari pacar sebelum promnight  nanti. Meskipun masih lama, tetapi Melodi tidak tau harus menargetkan siapa. Melodi mengembuskan napas kasar, dia kembali memegeng teralis besi jendela kamarnya. Di luar sana mungkin Leron atau Rey akan berterima kasih karena usulnya, walaupun mereka tidak memberi tahu Melodi. Namun, lihatlah di sisi lain. Melodi, Serenata, dan Gema. Melodi bahkan tidak sanggup membayangkan bagaimana usahanya dan kedua sahabatnya itu. Ah Melodi tiba-tiba mendapat ide, dia bisa saja memilih satu diantara temannya. Tunggu, apa mereka mau dengan Melodi? Mereka taunya Melodi itu anak yang pendiam, pemalu, dan sangat jarang bergaul dengan teman-teman di kelas. Namun mereka tidak tau Melodi jika bersama ARION. Ini semua sungguh membingungkan. Lebih baik Melodi tidur dan berhenti memikirkan hari esok. ***** Kakinya melangkah memasuki gerbang SMA PELITA HARAPAN. Melodi masih tidak rela uangnya tadi digunakan untuk membayar ojek. Ia bisa lebih berhemat jika naik bus atau angkutan umum. Ini semua karena tadi malam dia lembur berpikir. Namun nyatanya tidak menghasilkan apa-apa. Buktinya, sekarang semua masih sama saja. Tidak ada yang berubah. Seseorang memegengi tasnya sehingga Melodi harus berhenti. Dan ketika ia menoleh, benar dugaannya. "Ser!" Serenata cengengesan, "tumben banget Med lo naik ojek, kenapa?" "Gue kesiangan Ser," keluh Melodi. "Pulang nanti gue anter lo gimana?" "Serius?" "Iya lah, gue kapan sih nggak serius?" "Aduh!" Melody berhenti dan menghadap Sera. "Gue lupa bawa baju ganti buat kerja di kafe Gema! Ntar gue pakai apa di kafe Gema?" "Minta baju yang sama aja ke Gema. Ya kan Ser?" Tiba-tiba saja Leron ikut berjalan di samping mereka. "Nggak ah, gue nyusahin dia lagi." Benar, sudah terlalu banyak Gema membantu Melodi. "Kalau buat satu baju apasih artinya buat dia?" Rey tiba-tiba juga ikutan bergabung di sebelah Melodi. "Tenang aja Med. Di kafe masih ada cadangan." Pagi ini sangat aneh. Gema ikut berjalan di samping Rey. "Eh! Nanti jadi latihan nggak? Gue ada latihan judo jam tiga." Seketika Sera langsung panik menghebohkan. "Ya ampun Ser! Lo itu cewek tapi nggak kelihatan cewek ya." Leron geleng-geleng kepala membedakan penampilan Melodi dan Sera. "Tau tuh. Contoh Melodi. Kalem, lembut, NGGAK KASAR!" Rey menekankan perkataannya. "Apanya yang kasar?" Sera kesal dan menjauh. "Tunggu Ser! Kalau lo latihan, gue sama siapa?" Melodi hampir lupa. "Sama kita aja. Ya kan Gem?" usul Rey. "Gue sih oke aja. Biar lo irit juga Med."  "Oke deh, makasih banyak ya." Seperti biasa, siswa dan siswi yang ada di koridor membicarakan pesona dan bakat ARION. Sudah tidak diragukan lagi jika ARION adalah kebanggaan PELITA HARAPAN. Mereka berpisah di depan kelas Melodi. Hanya Sera dan Leron yang satu kelas. Melodi, Rey, dan Gema berbeda kelas. Baru saja Melodi masuk ke kelasnya, seseorang datang dari pintu. Tergopoh-gopoh dan berpegengan pada meja depan. Melodi menengok sebentar, tenyata Bian. Dia hampir telat lagi. Melodi melanjutkan berjalan ke tempat duduknya. Entah disengaja atau tidak, pak Rahmat senang menempatkan tempat duduk Melodi di antara anak laki-laki. Asal kalian tahu, Melodi duduk di meja paling pojok di belakang dan sekelilingnya adalah anak laki-laki semua. Melodi melirik sebentar Bian yang sudah duduk dan selonjoran di kursi. Melodi mengeluarkan buku pelajaran di jam pertama, tiba-tiba Azril datang dan membanting buku Melodi. "Lo taruh mana uang gue? Dasar pencuri lo!" Melody memandang horor muka Azril, dia benar-benar syok. Azril datang-datang langsung menanyakan uang dan Melodi tidak tahu uang apa itu. "Gue nggak ngambil uang lo Ril," kata Melody lirih sambil menunduk. "Gue tau lo itu nggak punya uang Mel! Tapi lo juga jangan seenaknya ambil uang gue!" tuduh Azril sembarangan. "Lo juga jangan seenaknya nuduh Melody gitu dong! Lo punya bukti?" Untunglah ada yang membela Melodi. Dinda, dia sangat baik terhadap Melodi, bahkan untuk urusan ini dia mau ikut andil. Tidak seperti temannya yang lain, hanya melihat mereka seperti tontonan gratis. "Ri, gue bosen tiap hari liat Melodi di bully, dituduh yang enggak-enggak. Gue kasihan liat dia." Eri menoleh ke arah Bian, dia menyentuh kening cowok itu. "Nggak panas." Bian menepis tangan Eri dan kepalanya dia selonjorkan di meja, menatap lantai kelas. Andai saja dia punya nyali besar, andai saja dia superhero, Bian mungkin akan menghentikan penindasan ini. Melodi menangis, dia rapuh di kelas. Melody selalu seperti ini. Dia tidak terlalu kuat untuk menerima tuduhan Azril. Melodi sadar siapa dirinya, maka dari itu mungkin teman-temannya memanfaatkan Melodi sebagai sasaran empuk. "Gara-gara lo, Melodi jadi nangis! Lo pergi atau gue beritahu bk?" Dinda menunjuk Azril tepat di depan matanya, sampai Azril mundur beberapa langkah. Kemudian dia pergi dari kelas. Melodi masih menangis, Dinda memeluknya. Mengelus punggung Melodi yang bergetar. "Udah Mel, gue ada di sini, gue yang akan lindungin lo, gue yang akan bela lo." "Makasih Din." Dinda terus mengusap punggung Melodi sampai gadis itu berhenti menangis dan sudah tidak sesenggukan. ***** Seperti biasa, ARION selalu pergi ke kantin saat istirahat. Entah mau makan atau menemani Leron mencari gebetan, mereka senang berada di sini. Meja pojok dekat jendela ini sudah seperti bascamp ARION selain di studio musik sekolah. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Sera, Melodi tampak resah. "Med lo gapapa?" Melodi tidak mendengar Sera, dia masih melamun. Akhirnya dengan terpaksa Rey menggoyangkan mangkok Melodi sehingga gadis itu gelagapan. "Jangan ngelamun Med, cerita ke kita ada apa?" tanya Rey lembut. Tiba-tiba ponsel Sera bergetar, ada pesan masuk dari klub latihan judonya."Gue mau latihan, Samuel udah cariin gue nih." "Yaudah pergi sono Ser, jangan balik ya!" Leron berteriak seakan Sera sangat jauh, padahal jarak mereka tidak ada satu meter. Melodi tetap bungkam, pesan yang menyuruh Sera untuk latihan menyelamatkan Melodi sementara. Sekarang ARION terfokus pada pembahasan lagu yang akan mereka bawakan saat promnight kakak kelas nanti. Gema sadar Melodi menangis. "Med ..." Melodi tidak mendengarkan Gema dan berlari keluar dari kantin menuju kamar mandi sekolah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN