Bab 4
Greg dan Ica tertegun mendengar pertanyaan Lili. Ica lalu membungkukkan badannya ke arah Lili, “Tidak sayang, Nanny hanya akan menjadi pengasuhmu. Sekarang ayo kita mandi!” Ajak Ica kepada Lili, digandengnya tangan Lili menuju ke arah kamar mandi. Meninggalkan Greg yang masih berdiri terpaku.
Setelah keterdiamannya, Greg berlalu pergi menuju ke arah kamarnya. Ia lalu membersihkan badannya dan setelahnya dikenakannya celana selutut dengan kaos Polo berwarna biru.
Pagi ini Greg harus berangkat terburu-buru menuju ke kantornya, karena ada masalah yang terjadi di perusahaannya, hingga ia tidak sempat untuk bertemu dengan putrinya Lili.
Ica membangunkan Lili yang masih tertidur, “Ayo sayang bangun!, hari ini Lili harus pergi ke sekolah bukan.” Kata Ica sambil mengguncang-guncangkan pelan bahu Lili.
Lili terbangun dari tidurnya, “Nanny, aku masih mengantuk, sebentar lagi ya.” Ucap Lili dengan suara serak khas bangun tidur.
Ica kemudian menggelitik pinggang Lili, hingga Lili merasa kegelian. Akhirnya Lili pun terbangun. Ica kemudian memandikan Lili dan setelahnya memasangkan seragam sekolah untuk Lili.
usai sarapan pagi, Ica menemani Lili kesekolah nya dengan diantar sopir pribadi Lili Dodi, yang ternyata beda usianya tidak terlalu jauh dengan Ica. Selama di perjalanan menuju ke sekolah Lili, Dodi mengajak Ica untuk mengobrol.
“Kenalkan, nama saya Dodi, saya berasal dari Indonesia, tepatnya dari Jawa Tengah. Kamu boleh panggil nama saya saja Dodi, atau kalau kamu tidak keberatan saya senang kamu panggil dengan panggilan Mas,” kata Dodi sambil bercanda.
Ica berseru kesenangan, karena ia menemukan teman satu negara lagi, bahkan satu provinsi. Meski mereka beda kota.
“Nama saya Ica, alhamdulillah senang rasanya menemukan teman senegara di perantauan dengan usia yang sebaya kata Ica,” dengan antusias. “Saya panggil nama kamu saja ya.”
“Senyaman kamu aja Ca, aku tidak keberatan kok.”
“Iya, saya juga senang. Saya harap kamu merasa betah bekerja dengan tuan Greg dan nona Lili.”
‘oh, iya simpan nomor saya ya, biar kita enak berkomunikasi. Siapa tahu juga nanti kamu mau saya ajak jalan-jalan di waktu liburmu.”
“Tentu saja, tunggu ya, saya ambil dulu hp saya darai dalam tas.”
Ica kemudian mengeluarkan hp bututnya, hp yang dibelinya dengan harga second.
“Berapa nomormu?, biar saya simpannya.”Tanya Ica kepada Dodi.
Dodi lalu menyebutkan nomor hpnya kepada Ica. Dan bertepatan dengan itu mobil telah memasuki kawasan sekolah Lili.
Lili dan Ica turun dari mobil yang dikemudikan Dodi.
“Apakah saya perlu menghubungi kamu saat pulang sekolah nona Lili?,” tanya Ica.
“Tidak perlu, saya sudah memiliki jadwal pulang sekolah nona Lili.”
“Baiklah kalau begitu.”
Ica dan Lili kemudian memasuki halaman sekolah Lili, berbekalkan informasi dari Soraya yang terbiasa menemani Lili selama beberapa bulan sebelumnya kalau Lili menempati kelas yang berada di ujung lorong.
“Nanny menunggu di luar, ya!. Dengarkan apa kata gurumu. Pesan Ica kepada Lili.
Lili memeluk Ica, “Lili sayang nanny,” lalu iapun masuk ke dalam kelasnya bergabung bersama-sama teman-teman seusianya.
Setelah 2 jam lamanya menunggu Lili, didengarnya bunyi bel sekolah yang menandakan pelajaran telah usai.
Dengan berlari-lari Lili menghampiri Ica yang dengan sabar menunggunya di kursi yang ada di halaman sekolah Ica.
“Nanny!,” teriak Lili dengan penuh kegirangan.
“Iya sayang, ayo kita pulang.” Kata Ica sambil menggandeng tangan Lili menuju ke mobil yang dikemudikan Dodi. Ternyata Dodi benar-benar sopir yang tepat waktu, ia telah hafal dengan jadwal masuk dan pulang sekolah Lili.
Setelah duduk di jok mobil bagian belakang, Lili berkata. “Nanny, aku mau makan es krim.”
Ica menoleh ke arah Lili, “Tentu saja kita akan makan es krim.”
Ica lalu berkata kepada Dodi, “Dod, kamu tau tidak kedai penjual es krim.” Tanya Ica kepada Dodi.
“Iya saya tahu, baiklah kita ajak nona Lili makan es krim, karena bos juga tidak pernah melarang nona Lili memakan es krim.” Tambah Dodi.
Mobil berhenti di depan sebuah kedai es krim, Ica, Lili dan Dodi turun dari mobil yang mereka tumpangi. Mereka berjalanan berdampingan, dengan Ica menggenggam tangan Lili, sementara Dodi berjalan di samping Ica.
Mereka lalu memasuki kedai es krim dan memilih untuk duduk di pojokkan yang menyediakan pemandangan taman.
Lili memesan es krim dengan rasa coklat, sementara Ica memesan es krim dengan rasa vanilla dan Dodi hanya memesan chocolate.
Mereka tampak menikmati kebersamaan mereka, orang-orang yang melihat ke arah mereka mengira mereka adalah keluarga kecil yang berbahagia.
Setelah pesanan mereka tiba, Lili memakan es krimnya dengan penuh semangat, hingga belepotan.
Melihat itu Ica tertawa, “Lili makan es krimnya pelan-pelan saja. Tidak akan ada yang mengambil es krimmu.”
Lili hanya tertawa sambil memperlihatkan gigi depannya yang ompong.
Selesai makan es krim, mereka kembali pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, ternyata Greg telah menanti kedatangan mereka. Dihampirinya Lili, “Lili, sama bibi Soraya dulu ya ke kamarnya. Daddy mau berbicara dengan nanny mu,” kata Greg kepada Lili sambil membungkukkan badannya.
“Soraya, tolong kamu ajak Lili ke kamarnya,” perintah Greg kepada Soraya yang telah dipanggilnya begitu mendengar kedatangan mobil yang membawa Lili dan Ica memasuki halaman rumahnya.
Greg kemudian menatap tajam ke arah Ica, “Kamu ikut dengan saya, ke ruang kerja saya.” Kata Greg dengan dingin.
Dalam hatinya Ica bertanya, “Apalagi sekarang salahku?, sepertinya tuan marah lagi denganku.”
Ica mengiringi langkah kaki Greg yang membawanya ke ruang kerja Greg. Setelah memasuki ruang kerja Greg, Greg memerintahkan kepada Ica untuk duduk.
Ica lalu duduk di hadapan Greg. Ditundukkannya kepalanya karena tidak berani menatap ke arah Greg yang memandangnya ke arahnya dengan tatapan tajam.
“Kamu tahu apa salah kamu kali ini?,” tanya Greg.
“Tidak tuan, memangnya apa salah saya tuan?” tanya Ica dengan suara lemah.
“Kamu membawa putri saya jalan-jalan tanpa seizin saya. Apakah kamu tahu hal tersebut sangat berbahaya. Bagaimana seandainya ada yang menculik putri saya. Apakah kamu mau bertanggung jawab!.” Bentak Greg kepada Ica.
“Maaf tuan, saya tidak menyadari hal tersebut. Saya hanya ingin menyenangkan hati nona Lili yang meminta es krim.”
“Tidak semua permintaan putriku harus kamu turuti, asal kamu tahu saya pulang cepat dari pekerjaan saya karena saya ingin menikmati makan siang bersama dengan putri saya (dalam hatinya Greg berucap juga dengan kamu). Namun, apa yang terjadi saya justru harus menunggu lama untuk kedatangan kalian.”
“Saya membuang waktu saya hanya untuk menunggu seorang nanny yang tidak becus menjaga putri saya.”
“Kamu boleh pergi!,” Perintah Greg.
Ica menatap terkejut ke arah Greg, “Maksudnya saya dipecat tuan?,” tanya Ica ketakutan.
“Siapa yang memecat kamu, maksud saya kamu boleh meninggalkan ruangan saya. Ajak Lili ke ruang makan saya menunggu kalian di sana.”
Ica mendesah lega, ternyata tuannya tidak memecat dirinya. “Permisi tuan, pamit Ica kepada Greg.
Ica berjalan menuju ke kamar Lili, setibanya di depan pintu kamar Lili, dibukanya pintu itu, dengan pelan. Dilihatnya Lili sudah berganti pakaian dengan pakaian santai.
“Sayang, ayo kita turun ke bawah untuk makan siang, daddy sudah menunggu.”
Soraya menghampiri Ica, “Apakah tuan memarahimu?,” tanyanya.
“Iya, tuan memarahiku karena mengajak nona Lili pergi mampir makan es krim sepulang sekolah. Ia takut ada yang menculik nona Lili.” Kata Ica dengan pelan takut Lili mendengar ucapannya.
“Tuan terlalu berlebihan, kamu harus sabar ya, dalam menghadapi tuan.” Kata Soraya sambil menyentuh punggung Ica.
“Iya, aku akan sabar. Bagaimanapun juga aku hanya seorang nanny dan ia tuannya bukan?. Dan aku sangat memerlukan pekerjaan ini.” Ucap Ica sambil berjalan keluar dari kamar Lili menuju ke ruang makan, dimana tuannya sudah menunggu.
Tiba di ruang makan, tampak Greg sudah duduk menempati posisi kursi utama sebagai kepala keluarga. Lili segera duduk di sampingnya daddy nya.
“Apakah daddy memarahi nanny?, tanya Lili begitu duduk. Daddy tidak boleh memarahi nanny, kalau daddy memarahi nanny aku akan marah dengan daddy,” kata Lili dengan berapi-api.
“Greg terkekeh geli mendengar ancaman putrinya, “Lihat nanny!, kau mempunyai sekutu yang akan membelamu.” Kata Greg sambil menatap ke arah Ica.
Ica tidak berani menatap ke arah Greg, ditatapnya Lili, “Tidak sayang, daddy mu tidak memarahi nanny, daddy mu hanya berbicara dengan nanny agar menjagamu dengan baik,” kata Ica kepada Lili.
Diambilnya piring untuk Lili dan diisinya dengan menu makanan dalam porsi untuk anak seusianya. Lalu Ica beranjak ke sisi Greg, diisinya piring Greg dengan makanan.
“Bagus, ternyata kamu cepat belajar,” tanpa saya perintah lagi kata Greg pelan.
Ica tidak menanggapi perkataan Greg, ia berjalan menuju ke arah kursinya yang terletak di sebelah kiri Greg, ia lalu duduk dan mengisi piringnya dengan makanan.
Saat mereka sedang makan Lili, bercerita kepada daddy nya, “Dad, aku tadi makan es krim yang banyak dengan nanny. Es krimnya enak sekali,” celoteh Lili dengan riang.
“Lain kali, kalau Lili mau makan es krim di rumah saja ya. Daddy takut ada orang jahat yang akan menculik Lili.” Peringat Greg kepada Lili.
“Lili senang makan es krim di sana dengan nanny, di sana tidak ada orang jahat.”
“Benarkan nanny, di tempat kita makan es krim tidak ada orang jahatnya,” tanya Lili kepada Ica.
Ica menatap ke arah Greg, “Iya benar, sayang di sana tadi tidak ada orang jahat.”
Greg mendengus kesal, “Baiklah, daddy mengizinkan kamu untuk makan es krim, atau kemana-mana dengan nanny, tanpa daddy,” kata Greg sambil menatap ke arah Ica.
“Tapi ingat, ya sayang!, kamu tidak boleh berpisah dengan nanny,” kata Greg menatap lembut ke arah putrinya.
“Ok dad,” janji Lili.
Usai makan siang yang terlambat Greg kembali ke kantornya, sementara Lili yang terlihat sudah mengantuk, diantar Ica kembali ke kamarnya.
Setibanya di kamar nya, Lili menaiki tempat tidurnya dalam sekejap ia tertidur nyenyak. Ica berbaring di samping Lili, dengan mata yang juga setengah mengantuk. ketika di dengarnya gawainya berbunyi.
Diambilnya hp bututnya dari dalam tas, di lihatnya ada pesan masuk ternyata dari Dodi.
“Halo Ca, sedang apa kamu?, nanti sore jalan ketemuan di taman yuk!, kalau kamu tidak keberatan.”
Ica tersenyum menerima pesan dari Dodi, segera diketiknya pesan balasan untuk Dodi, “Saya sedang menemani nona Lili tidur siang, tentu saja boleh. Saya sambil mengajak nona Lili bermain ya. Saya tidak mungkin meninggalkannya sendirian.”
Pesan pun terkirim, yang dalam sekejap mendapat balasan dari Dodi.
“Ok Cantik, sampai ketemu nanti,” bunyi pesan Dodi disertai dengan emot love.
Hati Ica berbunga-bunga menerima pesan balasan dari Dodi dengan emot love.
Lili dan Ica terbangun saat hari sudah menunjukkan sore hari, Ica segera mengajak Lili mandi. Usai Lili mandi dan memakaikan pakaian untuknya, giliran Ica yang pergi untuk mandi, dilanjutkan dengan berpakaian.
“Nona Lili, kita pergi bermain di taman samping rumah ya!,” kata Ica.
“Iya nanny, boleh aku bermain sepeda di taman nanti nanny?, tanya Lili.
“Tentu saja boleh Sayang, kita akan bermain sepeda.”
Dengan penuh semangat mereka turun ke bawah, Ica mengambilkan sepeda roda 3 untuk Lili, sementara untuk dirinya sendiri diambilnya sepeda dengan merk ‘BMX’.
Mereka berputar-putar mengelilingi taman dengan sepeda, setelah merasa lelah bermain sepeda, Lili dan Ica duduk di bawah pohon rindang yang ada di taman itu. Tikar telah tergelar dengan air sirup dan kue-kue kering tampak tersedia di gelaran tikar tersebut.
“Sepertinya ada yang telah menyiapkan bekal piknik untuk kita Sayang,” kata Ica kepada Lili, sambil menuangkan segelas air sirup.”
Saat mereka sedang makan kue kering dan meminum sirup, datanglah Dodi menghampiri mereka berdua.
“Halo Nona-nona cantik, apakah saya boleh bergabung dengan kalian?,” tanya Dodi.
“Tentu saja boleh,” silahkan duduk dan bergabung dengan kami,” kata Ica.
Mendengar perkataan Dodi, Lili terkikik dan bertanya kepada Ica,”Apakah juga cantik seperti, Nanny?.”
“Tentu saja Sayang kamu cantik.”Kata Ica.
Dodi ikut menimpali, “Kamu itu Little Princess Lili, yang tercantik, seperti bunga mawar yang sedang mekar,”
“Aku seperti bunga Mawar, Nanny?, aku senang.”
“Tentu saja, Sayang,” sahut Ica.
“Kamu tampak sangat dekat dan menyayangi anak asuhmu,”kata Dodi kepada Lili.
“Iya, aku merasa dekat dan menyayangi Nona Lili.”
“Hmm, apakah kedua orangtuamu masih hidup di kampung Ca?, tanya Dodi.
“Alhamdulillah kedua orang tuaku masih hidupku. Akan tetapi, mereka sedang sakit-sakitan,” ucap Ica dengan sedih dan tatapan mata menerawang teringat kedua orang tuanya yang sedang berada di kampung.
“Maaf Ca, aku tidak bermaksud untuk membuatmu menjadi bersedih. Kamu tahu awal aku bekerja di sini, aku juga merasa berat, karena jauh dari kedua orang tuaku. Akan tetapi, lambat laun, aku dapat mengatasinya, karena kuyakinkan di hatiku aku pergi bekerja demi membahagiakan kedua orang tuaku. Sehingga aku bisa mengatasi rasa rinduku.
Ica tersenyum ke arah Dodi, “tentu saja. Apakah kamu sudah lama bekerja dengan Tuan Greg?,” tanya Ica.
“Aku baru bekerja selama dua tahun dengan Tuan Greg. Tuan, orang yang baik kepada pekerjanya.”
“Lumayan lama juga, kamu bekerja di sini.”
“Apakah kamu sudah mempunyai kekasih di Indonesia Ca?, tanya Dodi sambil menatap intens ke arah Ica.
“Aku belum mempunyai kekasih.”
Dodi kemudian meraih jemari Ica, ditatapnya Ica dengan lembut, “Aku senang mendengar kamu belum mempunyai kekasih. Aku tahu kita baru saja berkenalan. Namun, aku merasa nyaman saat bersama denganmu.”
Dodi menjeda sebentar ucapannya, ditelannya saliva nya dengan gugup ia bertanya kepada Ica, “Maukah kamu menjadi kekasihku Ca, aku...jatuh cinta sama kamu Ca, aku janji akan serius dan tidak bermain denganmu.”
Ica tertegun, ia tidak menyangkan kalau Dodi akan menyatakan perasaannya secepat ini.
Sementara itu Greg yang baru saja pulang dari kantor mencari keberadaan Ica dan Lili. Soraya mengatakan kalau Ica dan Lili sedang piknik di taman samping rumahnya. Dengan segera Greg menyusul ke sana.
Melihat Ica sedang duduk bersama seorang pria dan tangan pria itu menggenggam tangan Ica, Greg menjadi emosi. Terlebih saat mendengar kalau kalau pria tersebut menyatakan cintanya kepada Ica.
Dengan deheman keras, Greg mengganggu Ica dan Dodi.
“Ekhem...kalian pikir apa yang sedang kalian lakukan, kamu kembali ke tempatmu!” perintah Greg kepada Dodi dengan penuh emosi
“Dan kamu, kita akan berbicara berdua saja setelah ini.” Kata Greg kepada Ica dengan keras.