Poor Ica

2610 Kata
Poor Ica Sebelum berlalu dari kamar mandi Greg mengedipkan sebelah matanya ke arah Ica, senyum manis tersungging di bibirnya. “Kau harus ingat lain kali aku tidak keberatan untuk mengabulkan imajinasi nakalmu terhadapku.” Sementara itu, sambil tersenyum-senyum Greg berjalan menuju ke arah mobilnya, yang terparkir di halaman rumahnya, dimana asisten pribadinya telah menunggu. Ia merasa sangat bahagia, setelah berhasil menggoda dan mengerjai Nanny putrinya. “Gila, kesambet setan mana tuh Bos, bisa-bisanya senyum sendiri.” Ucap David, asisten pribadi Gregory dengan suara pelan. “Bos kenapa senyum-senyum sendiri, awas!, nanti dikira Bos sudah gila.” Peringat david kepada Greg. Greg memukul lengan David, karena kesal, “Beraninya kamu mengatai Bos gila, kukirim kau ke Negeri Antah berantah, dimana kamu hanya berteman dengan belalang dan ilalang.”Ucap Greg, sambil membuka pintu mobil, kemudian mendudukkan dirinya di jok samping kemudi. “Tega bos mengirim saya ke negeri antah berantah, nanti siapa yang akan mengurus wanita-wanita bos yang patah hati. Selama ini saya kan yang mengurus mereka setelah bos putuskan.” “Kamu kan mendapat bayaran, dengan mengurus mereka. Merekanya saja yang tidak dapat terima saya putuskan padahal mereka sudah saya peringatkan di awal, kalau saya tidak akan serius.” “Iya, bos dan beruntungnya mereka setelah mendapatkan sebongkah berlian dari bos, mereka berhenti meneror minnta balikkan dengan bos.” Greg terkekeh mendengar perkataan David, “Dan untungnya stok bongkahan berlianku masih banyak.” “Tobat bos!, nanti kalau kena bos kena batunya dapat wanita yang menolak bos, bongkahan berlian bos tidak akan ada artinya,” peringat David. “Sudah jalankan saja mobilnya, kamu tidak usah menasihati saya. Lagipula, tidak akan ada wanita yang menolak saya, secara ketampanan saya di atas rata-rata dengan harta yang melimpah,” kata Greg dengan sombong. David melajukan mobil menuju ke kantor pusat Anchard Company, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang property. Sepanjang jalan Gregory tidak dapat menghentikan senyuman di wajahnya, baru kali ini, ia benar-benar merasa bahagia semenjak perceraian dengan mantan istrinya setahun yang lalu. David melirik ke arah Gregory yang masih tersenyum, “sepertinya Bos hari ini luar biasa bahagia, apakah Bos sedang jatuh cinta?, seperti Abege aja si Bos, kalau menang tender biasanya Bos tidak sampai senyum-senyum sendiri seperti ini?,” tanya David kepada Gregory dengan berani. “Kepo aja kamu, urus saja urusanmu sendiri, bawahan dilarang kepo dengan Bos” ucap Gregory. “Apakah kau memiliki data-data pribadi tentang pengasuh Lili, aku ingin kau mengirimkan informasi pribadinya melalui emailku,” perintah Greg kepada David. “Apakah saya juga harus mencari informasi mengenai kekasihnya Bos, atau mungkin suaminya di kampung, tidak mungkinkan gadis secantik Ica masih jomblo,” goda David kepada Greg. “Dengan sekali lihat, aku yakin ia belum pernah punya kekasih, apalagi menikah. Juga reaksi Ica saat saya cium, terlihat nyata benar kalau dia belum pernah disentuh laki-laki manapun.” “sayalah orang pertama yang telah mencium dan menyentuhnya, jadi jangan mengada-ngada kamu dan membuat saya kesal.” Greg kembali tersenyum, Ia terbayang wajah terkejut Ica, ketika ia mencium bibirnya, “Bibirnya terasa lembut, sial, apakah aku telah jatuh cinta dengan gadis itu,” umpat Drake dalam hatinya. “Gila, sampe segitunya, bos dia mau bos cium dan grepe-grepe, gampangan sekali dia bos?, padahal saya pikir dia gadis baik-baik.” Pletak!, Greg memukul kepala David dengan Koran bisnis yang dipegangnya. “Berani kamu mengatai Ica w**************n, saya pecat kamu!. Sekali lagi kamu mengatai Ica w**************n saya pecat kamu. Saya tidak perduli meski kamu sahabat saya sejak lama. Tidak ada yang boleh menghina dan menyentuh Ica. Semua yang berkaitan dengan Ica urusan saya.” Bentak Greg kepada David. David tersentak kaget dengan kemarahan Greg yang sungguh-sungguh. Tidak pernah ia melihat Greg semarah ini. “Biasanya bos tidak pernah marah kalau aku menggoda dan mengatai teman wanitanya, sepertinya Ica menempati posisi istimewa di hati bos,” gumam David dalam hatinya. “Maaf bos!, saya tidak tahu kalau Ica sangat istimewa bagi bos.” “Ok, saya terima permintaan maafmu, dia nanny bagi putriku, aku tidak ingin ada orang yang merendahkan dan menyentuh nanny putriku. Dalam hatinya Greg sendiri bingung mengapa ia bersifat possessive dengan Ica yang baru saja dikenalnya. “Saya rasa Ica memberi kebahagiaan bagi bos, karena baru kali ini saya menemani bos, melihat bos sepanjang jalan tersenyum-senyum sendiri.” “Kau benar, aku sudah lama tidak merasa sebahagia ini, gadis itu benar-benar membuatku merasa bahagia, meski baru saja bertemu. Kuharap ia dapat menjadi Nanny yang baik untuk putriku.” Greg kemudian mendesah, “Aku sadar, putriku kurang mendapatkan kasih sayang dan mendapatkan perhatian dariku, Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusanku sendiri, sehingga aku jarang bersama dengan putriku.” “Anda benar Bos, semoga gadis itu dapat menjadi Nanny yang baik untuk Lili.” Tak berapa lama kemudian mobil yang mereka tumpangi tiba di depan gedung utama Anchard Company. Greg segera turun dari mobil lalu berjalan ke arah lift khusus untuk CEO Anchard Company yang membawanya menuju ke ruangan yang berada di lantai 14. Setiba di ruangannya, Greg kembali disibukkan dengan berkas-berkas yang perlu mendapat perhatiannya, agar pundi-pundi dollarnya terus bertambah. Namun, bayangan wajah Ica terus mengusiknya, membuat ia tidak dapat berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sementara itu Greg di ruangannya, tidak dapat fokus dengan pekerjaannya. Ia selalu terbayang wajah Ica yang merona merah karena ulahnya. “Sialan!, gadis itu benar-benar mempengaruhiku.” Greg kemudian menghempaskan berkas yang ada di tangannya ke atas meja. Diambilnya gawai mahal miliknya., lalu ia menghubungi David asistennya. “Aku akan pulang, batalkan semua janji untuk hari ini dan jadwalkan kembali, kau tangani urusan kantor.” Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya, Greg mematikan sambungan telepon itu. Karena tidak ingin memakan waktu lama untuk tiba di kediamannya, Greg memutuskan menggunakan heli pribadi miliknya,yang terparkir di atas rooftop gedung perusahaan miliknya. Dalam waktu 10 menit, heli yang dipiloti oleh Greg sendiri tiba di halaman rumahnya yang luas dan dilengkapi dengan heliped, agar ia dapat mendaratkan heli pribadi miliknya dengan mudah dan aman. Dihampirinya putrinya Lili, yang sedang bermain dengan Soraya, ia lalu menggendong Lili, diberikannya ciuman di pelipis putrinya. Setelahnya, ia menyerahkan kembali Lili kepada Soraya. “Lili bermain dulu dengan bibi Soraya ya, nanti Daddy akan menemani Lili bermain.” Greg pun kemudian berlalu masuk ke dalam rumah. Dengan tak sabar ia menuju ke kamar Ica, dilihatnya kamar itu kosong. “Kemana gadis itu pergi, apakah ia tersesat,” gumam Greg. Diambilnya gawai dari saku jas, untuk memeriksa keberadaan Ica melalui CCTV rumahnya yang terhubung dengan gawai miliknya. Setelah mengetahui dimana keberadaan Ica, Greg dengan langkah panjang segera menuju di mana Ica berada. Di bukanya pintu dengan perlahan, dan dengan langkah pelan ia menghampiri Ica yang sedang memeluk boneka panda dengan ukuran besar. Greg berdiri tepat di belakang Ica, dihidunya rambut Ica yang beraroma wangi lemon yang terasa candu bagi Greg untuk terus dekat dengan Ica. Ica melangkahkan kakinya mundur, karena ia merasa gugup dan takut berada terlalu dekat dengan Greg. Jantungnya berdetak tidak karuan. Namun, tangan Greg menahan pinggang Ica, hingga ia tidak dapat melangkahkan kakinya. Ica meletakkan tangannya di d**a Greg mencegah dirinya agar tidak bersentuhan dengan Greg. Sentuhan tangan Ica di d**a Greg menimbulkan gelenyar aneh di dadanya, dengan sekali hentak Ica jatuh ke dalam pelukan Greg. Mata keduanya saling bertatapan, suasana terasa hening dan intim, hanya kontak mata diantara keduanya yang berbicara. Greg merasakan dadanya berdebar semakin kencang akibat sentuhan tangan Ica di dadanya, untuk mengatasi rasa debar aneh di dadanya, Greg menjentikkan pelan jarinya ke hidung Ica. “Kamu ini harus mendapatkan ruqyah, terus saja berpikir yang tidak-tidak dan memikirkan yang enak-enak dengan saya,” ucap Greg sambil mengedipkan matanya dengan genit kepada Ica. “Kenapa kamu berbicara dengan boneka, saya mau kok menemani kamu berbicara berdua,” tambah Greg kepada Ica. Ica merona malu-malu, lagi-lagi ia kepergok dalam situasi yang memalukan.” “Saya juga tidak keberatan menjadi pengganti boneka itu untuk kamu peluk dan cium, kata Greg sambil berbisik ditelinga Ica.” “Sayangnya, asal kamu tahu, saya tidak akan melakukan hal-hal yang tidak senonoh kepadamu, Kau itu Nanny putriku, tugasmu mengasuh dan mengajak bermain putriku. Bukannya bermain sendiri dengan boneka putriku, seperti anak kecil saja. Atau jangan-jangan kau ingin mencuri boneka putriku untuk kau miliki sendiri,” ucap Greg sambil bercanda. Ia merasa senang untuk menggoda dan membuat Ica menjadi salah tingkah. Ica mendongak menatap Greg, tingginya yang hanya mencapai bahu Greg membuat Ia kesulitan melihat Greg secara langsung. Wajahnya memerah malu mendengar sindiran Greg. Tatapan mata mereka beradu, kemudian Greg menundukkan wajahnya disentuhnya bibir Ica dengan bibirnya. Diciumnya bibir Ica dengan lembut, “Ini pengganti ciuman kamu dengan boneka tadi, lebih enak ciuman saya bukan, kalau kamu merasa ingin dicium, selalu bersedia buat kamu, hubungi saja saya!.” Setelahnya didorongnya Ica dengan pelan, “Sekarang turunlah ke bawah, anakku sedang berada di halaman belakang bersama dengan pelayan.” Dengan mendumel pelan Ica berucap, “Dasar tuan m***m tidak ada akhlak, enak saja aku dibilang seperti anak kecil yang akan mencuri boneka putrinya dan kebiasaan tu bibir main nyosor aja.” Greg terkekeh mendengar omelan Ica, “Beraninya Kau mengatai Tuan yang menggajimu tidak ada akhlak, sekali lagi Kau berkata seperti itu aku akan menghukum mu,” ancam Greg. Tanpa disuruh dua kali, dengan bergegas Ica segera berlalu keluar dari ruang bermain Lili. Di sepanjang lorong Ica mengomeli dirinya sendiri, belum hilang rasa malunya akibat kejadian di kamar mandi, eh sekarang malah di tambah dengan kejadian barusan. “Aku harus menghindari bertemu dengan tuan, berada didekatnya membuatku malu dan marah saja. Ia juga tidak baik untuk kesehatanku, bisa-bisa aku menjadi darah tinggi dan sakit jantung, kalau terus bertemu dengannya. Setelah kepergian Ica, Greg tersenyum sendiri. Membuat gadis itu marah dan malu bagai hiburan tersendiri baginya. Greg membatalkan niatnya yang semula ingin melanjutkan pekerjaan kantor di ruang kerjanya, “Sepertinya menemani dan menggoda nanny putriku lebih menarik daripada berkutat dengan berkas-berkas. Lagipula bersenang-senang dengan sang nanny putriku tidak akan mengurangi kekayaanku yang sudah melimpah,” gumam Greg, sombong dalam hatinya. Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Greg, Ica segera menuju ke halaman samping rumah Greg. Dilihatnya seorang anak kecil perempuan sedang bermain dengan seorang pelayan wanita yang sebaya dengan Bude Kasimah.  “Apakah dia Lili, anak dari Tuan Menyebalkan itu,” gumam Ica. Ica segera berjalan mendekat ke arah mereka. Ica segera mengulurkan tangannya kepada pelayan wanita itu, “Hallo, nama Saya Ica, saya ditugaskan sebagai nanny Nona Lili.” Pelayan wanita itu menyambut uluran tangan Ica, “Namaku Soraya, aku pelayan di rumah ini. Dan itu, Nona Lili, putri Tuan Greg yang akan kau asuh,” tambah Soraya sambil menunjuk ke arah Lili yang sedang duduk dan bermain dengan peralatan masak-masakan. “Saya baru saja tiba disini, dan tadi tersesat, rumah ini begitu luas dan mempunyai banyak kamar, membuat saya kebingungan, karena Bude Kasimah yang membawaku kemari belum sempat menunjukkan ruangan yang boleh saya masuki di rumah ini.” “Kau benar sekali, untuk orang baru rumah ini dapat membuatmu tersesat, aku akan membantumu mengenali ruangan yang ada di rumah ini. Perlu kau tahu kamar yang ada di rumah ini berjumlah 20 kamar, ada kamar pelayan, kamar utama millik Tuan Greg, ada diujung lorong lantai dua, sementara kamar nona muda, seperti yang kau tahu terhubung dengan kamarmu, selebihnya kamar tamu, ruang kerja dan kamar bermain Nona.” “Dapur ada di bawah, ruang makan ada di sebelah kiri dapur. Kita, para pelayan biasanya makan bersama di dapur. Oh iya, di belakang ada bangunan khusus untuk pekerja laki-laki, mereka bertugas merawat dan membersihkan halaman, kolam renang dan juga taman yang ada.” “Pekerja laki-lakinya ada yang masih muda, seusia denganmu dan tampan. Nanti aku akan mengenalkan mu dengan mereka,” ucap Soraya tertawa menggoda Ica. Ica tertawa mendengar candaan Soraya, Ia merasa senang mendapatkan teman seperti Soraya yang baik dan ramah. Greg yang berjalan ke arah Ica dan Soraya mendengar dengan jelas ucapan Soraya yang akan mengenalkan Ica dengan pekerja laki-laki yang bekerja di rumahnya. “Apa-apaan, maksud Soraya mengenalkan Ica kepada mereka, Ica hanya milikku,” geram Greg dalam hatinya. Greg yang dipenuhi emosi karena merasa cemburu berdehem dengan keras. “Ekhem..., Aku menggaji kalian untuk bekerja, bukan untuk menggosip, Apakah Kau tidak ada pekerjaan lain Soraya, dan Kau Gadis Pengasuh, kau pekerja baru sudah berani bersantai dan ikut-ikutan bergosip, temani putriku bermain!.” perintah Greg. Sebenarnya Greg tidak bermaksud sekasar itu kepada Ica dan Soraya. Namun, karena rasa cemburu ia terbakar emosi, mendengar Ica akan dikenalkan dengan lelaki lain. “Tidak akan kubiarkan Ica berkenalan dengan pekerja laki-laki, yang ada dirumah ini, akan kubuat Ica tidak bertemu dengan mereka,” geram Greg dalam hatinya. Mendengar ucapan Greg Ica dan Soraya menunduk, Ica menghentikan tawanya. Hatinya terasa sakit mendengar kata-kata Greg. “Mengapa setiap bertemu dengan Tuan Menyebalkan ini, Ia selalu menyakiti dan menghinaku dengan kata-katanya,” gumam Ica dalam hati. Soraya segera bangkit dari duduknya, “Permisi tuan, Saya akan kembali bekerja,” Ia lalu menolehkan kepalanya kepada Ica, “Ca, aku pergi dulu ya,” pamit Soraya kepada Ica, kita bertemu lagi saat makan malam. Ica pun bangkit dari duduknya, “Permisi Tuan,” pamit Ica kepada Greg, Ia segera menghampiri Lili yang sedang duduk bermain masak-masakan. Disentuhnya tangan Lili dengan lembut, “Hello sayang, Namaku Ica, Aku yang akan menjadi Nannymu yang baru. Aku akan menemanimu bermain.” Ica mengulurkan tangannya mengajak anak kecil tersebut bersalaman. Greg dengan suasana hatinya yang buruk duduk tidak jauh dari Ica dan Lili bermain. Ia memperhatikan interaksi diantara keduanya.        Lili menyambut dengan senang uluran tangan Ica, Ia anak yang mudah dekat dan tidak takut dengan orang asing. Dengan suaranya yang masih belum jelas dan cadel Lili berucap, “Jadi kau Nannyku, Aku mau Kau membacakan buku cerita untukku, setiap malam!, aku juga mau ditemani tidur, kau harus tidur denganku!, kalau malam aku takut ada monster, bibi Soraya terkadang menemaniku tidur kalau aku takut. Sekarang, kau adalah nannyku, jadi kau harus mau tidur denganku!, kau tidak boleh menolakku, nanti Daddyku akan memarahimu” Ica membulatkan matanya, ia seakan tidak percaya, anak sekecil itu sudah dapat memerintah layaknya Bos Besar. “Tentu saja Nanny, akan membacakan cerita untukmu setiap malam juga menemanimu tidur, biar tidak ada monster yang mengganggu tidur Tuan Putri,” ucap Ica. Meski begitu, karena rasa tak percaya anak sekecil itu sudah berani memerintah orang dewasa, tanpa sadar Ia berucap dengan suara perlahan “Daddy dan anak sama-sama suka memerintah seperti diktator, anak Sultan memang bebas melakukan apa saja.”   Greg berdehem mendengar ucapan Ica, “Ekhem!!!.” Ica menjadi kaget mendengar suara deheman Greg, Ia lupa kalau Greg masih ada di tempat yang sama dengannya, Ia pikir Greg telah pergi meninggalkannya berdua dengan Lili. Nanny, apa itu diktator?, dan mengapa kau menyebutku anak Sultan?, aku anak Daddy, bukan anak Sultan,” tanya Lili polos. Greg telah beranjak berdiri dari duduknya, Ia sekarang ada dihadapan Ica, “Iya Nanny, tolong kau jelaskan kepada kami, mengapa kau menyamakan kami dengan diktator dan suka memerintah, Kau tahu Nanny, anakku ini anak yang cerdas, dan aku tidak ingin mendengar kau berbicara asal di depan putriku. Kau juga harus tahu, meski ia masih kecil, Ia tahu nama Daddynya bukan Sultan,” ucap Greg sambil bercanda kepada Ica. Ditatapnya Ica dengan tatapan mata yang tajam, “Dan sepertinya Kau sudah lupa Nanny, bukankah aku sudah memperingatkan mu, sekali lagi aku mendengar kau mengataiku, aku akan menghukummu,” bisik Greg ditelinga Ica. Ica terpukau dengan tatapan Greg yang begitu intens ke arahnya, jantungnya berdetak kencang, diteguknya salivanya. Karena tidak tahan dengan tatapan mata Greg yang begitu menghipnotis Ica menundukkan kepalanya. Namun, Greg mencekau dagu Ica agar kembali menatap matanya, tatapan mata mereka kembali beradu, Lili terlupakan, begitu juga dengan sekitarnya, seakan-akan saat ini yang ada hanyalah mereka berdua. Melalui matanya, Greg seakan merayu Ica.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN