H.F -(BAB 4)-

2079 Kata
Seorang pemuda dengan cepat masuk ke dalam mobilnya. Ia tersenyum puas saat berhasil mendapatkan barang gratis, terlebih lagi barang-barang itu dibayar oleh gadis yang menyebabkan dirinya babak belur. Pemuda itu bernama Zhang Yuwen, ia belajar pada sekolah yang sama dengan Meihua, dan pemuda yang lumayan dikenal oleh banyak orang di sekolahnya. Hanya saja ... Zhang Yuwen jarang masuk sekolah, entah ada alasan apa, tetapi pemuda itu terlihat enggan untuk belajar. Selama ini ia hanya menghabiskan masa-masa sekolah dengan cara yang menurutnya menyenangkan. Zhang Yuwen sudah dua kali tertinggal kelas, dan saat ini ia masih berada pada tingkat pertama Sekolah Menengah Atas. Wajahnya tampan, rambut hitam, tubuh atletis yang menggoda, wangi tubuhnya membuat para gadis terpikat dan mabuk kepayang. Yah ... Zhang Yuwen banyak mendapat penggemar dari kaum hawa, tetapi ia tidak menyukainya. Untuk menghilangkan gangguan dari para gadis, Zhang Yuwen menggunakan kekuasaannya. Siapa saja orang yang berani mengganggu hidup tenangnya di sekolah, akan segera dikeluarkan. Ia tak peduli sekali pun itu anak donatur sekolah, atau anak orang-orang berkuasa lainnya. Dan karena itulah tidak ada satu pun orang yang berani mengusik. Memang, kekuasaan adalah hal yang menguntungkan. Sebagai anak dari pemilik sekolah, jelas saja ia memiliki kekuasaan mutlak. Ia memang tidak akan mendapatkan persetujuan secara langsung dari ayahnya, tetapi dengan wajah polos dan sikapnya yang manis, sang ibu akan melakukan apa saja untuk melawan kehendak sang ayah. Begitulah Zhang Yuwen, ia menggunakan apa yang ada dengan sangat baik, lalu membuat hidupnya sejalan dengan hal-hal menyenangkan dalam versi dirinya sendiri. “Kau terlihat sangat senang,” komentar seseorang. Zhang Yuwen menatap ke arah samping, ada orang lain yang duduk bersamanya di dalam mobil. “Ayolah, aku sedang senang dan kau malah menghancurkannya.” Zhang Yuwen meletakkan barang-barang itu ke kursi belakang, ia kemudian melepas jaket yang menempel pada tubuhnya. Pemuda lain yang ada di dalam mobil bersama Zhang Yuwen hanya menarik napas panjang, ia cukup tahu jika temannya itu memang orang yang aneh. Bagaimana tidak? Zhang Yuwen selalu menghabiskan waktunya untuk merawat kaktus dan itu sangat aneh untuknya. Zhang Yuwen yang menyadari temannya melamun tersenyum, ia kemudian meraih ponselnya dan membuka beberapa pesan yang masuk. Hanya beberapa hal tak penting, dan itu dari ayahnya. “Paman Zhang sepertinya sudah tahu kau membobol ruang arsip sekolah.” Pemuda yang duduk di samping Zhang Yuwen mencoba menebak. “Tidak ada hal serius, tenang saja, namamu aman.” Zhang Yuwen meletakkan ponselnya lagi, ia menatap ke arah minimarket tempat Meihua bekerja. “Kau menyukai gadis itu?” tanya pemuda yang ada di samping Zhang Yuwen. “Aku tak tahu ini suka atau tidak, tetapi cukup menyenangkan jika gadis itu menjadi hiburan bagiku.” Pemuda itu bersedekap, ia menyeringai kala mengingat bagaimana Meihua memperlakukan dirinya. Selama ini, para gadis yang baru bertemu dengannya akan berusaha menarik perhatiannya. Tetapi tidak dengan Meihua, ia malah dihajar habis-habisan oleh gadis bar-bar itu. “Yuwen, ku harap kau tidak membuat hidup gadis itu semakin sulit. Untuk sekarang saja ia sudah punya banyak musuh karena berasal dari keluarga miskin, bagaimana jika banyak murid yang tahu kau tertarik padanya. Walau itu bukan rasa suka, tetapi tetap saja kau punya perhatian khusus untuknya.” Pemuda itu kembali memberi pengertian kepada temannya, ia cukup waspada dengan keanehan Zhang Yuwen kali ini, karena ia juga tahu jika Meihua murid yang mendapat beasiswa, dan akan sulit baginya bertahan pada keadaan sekolah yang kacau balau. Meski tak terlihat, banyak sekali gadis-gadis di sekolah mereka yang mengidolakan sosok Zhang Yuwen. Mereka bahkan berharap bisa bersanding dengan pemuda itu, dan yang lebih parahnya lagi, ada beberapa gadis dari keluarga kaya yang memaksa orang tua mereka agar mengusulkan pertunangan dengan Zhang Yuwen. “Liang Fai, kau terlalu kaku.” Zhang Yuwen tersenyum lebar, ia kemudian mengatur cara duduknya sampai mendapatkan posisi yang nyaman. “Jadi, kau ingin menunggu gadis itu keluar, atau kita pergi sekarang?” tanya Liang Fai. “Menurutmu, mana yang lebih baik?” Zhang Yuwen balik bertanya, ia terlihat begitu polos saat menatap ke arah minimarket, entah kenapa pemuda itu terlihat sangat tak berdosa dan menggemaskan saat ini. Liang Fai kembali menahan rasa kesalnya, seharusnya Zhang Yuwen menjawab, bukan malah bertanya padanya. “Yuwen, apa kau ingin aku menendang bokongmu? Astaga, kenapa kau sangat menyebalkan?” Zhang Yuwen yang tak mengerti dengan ucapan temannya mengalihkan tatapan. “Kenapa kau malah terlihat kesal? Apa salahku padamu?” “Lupakan!” Liang Fai membuang muka. Kedua pemuda itu kemudian sama-sama terdiam, mereka duduk dan menatap ke arah minimarket. Zhang Yuwen yang menunggu Meihua keluar, dan Liang Fai yang harus menemani Zhang Yuwen menyelidiki Meihua. Bukan menyelidiki, lebih tepatnya Zhang Yuwen tak ingin kembali sekarang karena menghindari amukan dari ayahnya. Beberapa saat berlalu begitu cepat, dan jam juga sudah berganti. Sudah sangat lama kedua pemuda itu menunggu Meihua keluar dari minimarket tersebut, tetapi gadis itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. “Hoammm ....” Liang Fai yang merasa lelah segera menggeliat, ia melepas penat yang beku pada otot-ototnya. Pemuda itu merasa lebih baik sekarang, ia menatap ke samping dan malah mendapat Zhang Yuwen yang sudah tertidur. “Anak ini,” gumam Liang Fai dengan nada berat, ia tak habis pikir dengan kelakuan Zhang Yuwen. Seenaknya pemuda itu tidur, dan selama beberapa jam terakhir, dialah yang mengawasi pergerakan Meihua dari dalam mobil. “Yuwen ... Yuwen ... bangunlah, atau aku akan membuang semua kaktus kesayanganmu,” ujar Liang Fai dengan nada malas. Tetapi percuma, Zhang Yuwen sudah mengarungi alam mimpi terlalu jauh. Jangankan membuka mata, pemuda itu bahkan tidak bergerak dari posisinya sama sekali. Liang Fai yang melihat kelakuan teman baiknya itu tak tahu harus melakukan apa. “Yuwen, bangunlah. Cepat, jangan sampai aku menendangmu dari dalam mobil.” Tetapi ucapan Liang Fai sama sekali tak mempan, Zhang Yuwen malah mendengkur halus. Wajah tampan pemuda itu malah membuat Liang Fai kesal, pemuda itu segera mengulurkan tangannya dan menggoyangkan tubuh Zhang Yuwen. “Emmssss ... Ibu, aku masih ingin tidur,” ujar Zhang Yuwen dengan mata tertutup. Tangan pemuda itu menepis tangan Liang Fai cepat, kemudian ia memasukkan jempol tangan kanannya ke dalam mulut. Liang Fai membelalakkan mata. Oke ... ia tahu Zhang Yuwen memang pemuda yang sangat manja kepada ibunya, tetapi ... kenapa harus sampai bertingkah seperti bayi walau pun ia terlelap? Arrrkkk ... bagi Liang Fai ini benar-benar sudah keterlaluan, ia sudah tak tahan, rasa kesalnya meletup-letup, dan sekarang malah akan meledak. “ZHANG YUWEN ... BANGUN!” teriak Liang Fai. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan cepat, ia bahkan sampai terengah-engah karena lelah menahan emosinya sendiri. Zhang Yuwen membuka matanya sedikit, ia menatap Liang Fai. “Kau sangat berisik, jangan ganggu tidurku.” Setelah mengatakan itu Zhang Yuwen kembali tidur, dan Liang Fai yang melihat kejadian tersebut benar-benar tak habis pikir. “Aku bisa gila,” ujar pemuda itu pada akhirnya. Merasa tak ada gunanya berada di tempat itu, Liang Fai segera menghidupkan mesin mobilnya. Ia menjalankan mobil itu perlahan, dan saat berada pada jalan poros dirinya segera menambah kecepatan. Persetan dengan penyelidikan Zhang Yuwen, semuanya tak akan berguna karena pemuda itu sudah tertidur lelap. ... Meihua baru saja tiba di apartemennya, ia tadi juga terpaksa harus keluar dari pintu belakang minimarket. Semua itu terjadi, karena rasanya ada yang janggal di pintu depan, dan ia sebisa mungkin menuruti nalurinya sendiri agar tetap aman. Gadis itu mengembuskan napasnya kasar, ia menatap bangunan dua puluh lantai yang terlihat tua. Tetapi, Meihua patut bersyukur. Meski pun daerah tempatnya tinggal tergolong kumuh, setidaknya tempat itu masih tergolong aman dari tindak kriminal. Ralat ... memang tergolong aman, tetapi tidak menutupi kemungkinan tindak kriminal tak akan ada. Kaki gadis itu kembali melangkah cepat, udara dingin menusuk hingga ke tulang, angin malam juga tak baik untuk kesehatannya. Meihua kemudian menatap kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang asing yang akan menghalangi jalannya. Waspada bukan hal yang salah, bukan? Apalagi Hongkong termasuk tempat yang besar dan berkelas. Pada setiap tempat, paling tidak ada satu atau dua tindak kriminal, bahkan di dalam istana saja masih banyak kejahatan, apalagi di wilayah yang terbuka. Beberapa saat berlalu, dan Meihua kini benar-benar ada di pintu masuk ke gedung apartemennya. Ia mendorong pintu itu, lalu merasa lega karena sampai dengan selamat. Ditariknya napas panjang, setelah napas itu berembus Meihua segera melangkah ke arah lift. Gadis itu terlihat terburu-buru, ia benar-benar ingin cepat berada di dalam ruangan yang hangat. Pintu lift kemudian terbuka, Meihua lekas masuk dan menekan angka lima. Perlahan pintu lift segera tertutup, dan Meihua yang berada di dalam sama segera bersandar pada dinding. Drrrt ... Drrrt ... Ponsel Meihua bergetar, gadis itu segera merogoh saku celana pendeknya. Ia tersenyum, merasa senang saat melihat nama pemanggil. Panggilan itu dari sahabat baiknya di Amerika, dan orang yang sangat mengerti dirinya. “Grezlie ... aku sudah lama menunggu kau menghubungiku,” ujar Meihua saat sambungan telepon telah tersambung. “Di mana kau sekarang? Aku sudah datang ke mansion, dan Mommy Camilla mengatakan jika kau pindah ke luar negeri.” Grezlie mengucapkan itu dengan cepat. Meihua yang mendengar intonasi suara Grezlie yang tidak seperti biasanya tersenyum. “Aku ada di suatu tempat yang sangat jauh, dan aku akan melakukan penyelidikan.” “Kau gila? Kau tak tahu betapa khawatirnya aku padamu?” tanya Grezlie secara bertubi-tubi. “Hei ... hei ... aku baik-baik saja,” balas Meihua. “Iya, untuk sekarang kau baik-baik saja. Bagaimana dikemudian hari? Apa kau bisa meramalkan nasibmu pada satu detik selanjutnya?” tanya Grezlie. Andai saja ia tak menjalani banyak pelatihan dari ayahnya, ia pasti bisa menahan kepergian Meihua. Sial ... gadis itu juga sepertinya sengaja mengambil waktu saat ia benar-benar tak ada. Meihua yang mendengar omelan sahabatnya itu memutar bola matanya kesal. Grezlie adalah anak dari rekan bisnis ayahnya, dan Grezlie satu-satunya pewaris kekayaan keluarga Xrezone. Persahabatan mereka sudah terjalin sangat lama, dan hal tersebut menyebabkan mereka menjadi sangat dekat, bahkan banyak orang yang mengira mereka saudara kandung. Meihua sangat tahu jika Grezlie menyayanginya, tetapi kali ini ia harus melakukan penyelidikan tentang siapa orang yang akan menjadi jodohnya itu. “Apa kau mulai memutar bola matamu karena kesal, dan sekarang kau sedang memikirkan cara untuk membela dirimu?” tanya Grezlie. “Grezlie, aku baik-baik saja. Percayalah, aku sudah bisa menjaga diri sendiri, dan aku akan kembali secepatnya ke Amerika.” Meihua melembutkan suaranya, jika sudah seperti ini ia tak bisa menggunakan cara keras atau pun mendebat sahabatnya. “Katakan ... di negara mana kau sekarang?” tanya Grezlie. Meihua mengembuskan napas kasar, ia kemudian menatap ke arah pintu lift yang terbuka. Dengan cepat gadis itu keluar, ia kemudian menuju pada pintu paling ujung di lantai lima. “Jawab aku, Meihua!” “Kenapa kau tidak bertanya kepada Mommy?” Meihua bertanya dengan nada malas, ia berhenti melangkah di depan sebuah pintu, lalu memasukkan kode kunci agar bisa masuk ke dalam apartemen. “Mommy tak ingin mengatakan padaku,” jawab Grezlie. Meihua yang mendengar jawaban sahabatnya menyeringai, ia kemudian mendorong pintu dan masuk ke dalam. Tanpa aba-aba Meihua menutup pintu, ia melepaskan sepatu putih yang ia kenakan saat bekerja, lalu menggantinya dengan sandal rumah. Dihidupkannya lampu di ruangan utama apartemen, kemudian melangkah ke arah single sofa di depan telivisi dan duduk dengan nyaman. “Jika Mommy tak bicara, maka aku juga tidak akan bicara.” Meihua merasa menang, ia juga tak menyangka jika ibunya tidak memberitahukan kepada Grezlie tentang di mana ia tinggal saat ini. “Meihua ... kenapa kau semakin menyebalkan, hah?” “Aku masih tetap manis dan menggemaskan, apa kau ingin mencubit pipiku? Cepat temukan aku jika kau bisa,” ujar Meihua. “Hei, aku serius bertanya. Di mana kau sekarang ini? Aku khawatir, dan aku ingin menjagamu. Aku juga mendengar perjodohanmu dari Ayahku, dan aku khawatir jika kau melarikan diri karena hal ini.” “Ck ... sepertinya kabar perjodohan itu sudah tersebar luas. Aku akan kembali secepatnya, aku hanya ingin menyelidiki siapa pemuda itu, dan membawanya berunding tentang masalah ini.” “Kau tak perlu melakukannya, aku bisa membantumu dengan sangat baik. Apa kau tak percaya padaku?” Meihua diam, ia tahu Grezlie memang selalu membantunya. Tetapi kali ini masalahnya berbeda, kedua orang tuanya benar-benar serius menjodohkannya. Walau ia tak tahu ini dilandasi oleh apa, tetapi yang ia tangkap keduanya hanya ingin hal baik terjadi padanya di masa depan. “Kau mengabaikanku?” tanya Grezlie. “Aku lelah, bisakah kau jangan mengomeliku sekarang?” Meihua balik bertanya. “Katakan, di mana kau sekarang?” tanya Grezlie, ia benar-benar tak ingin mengalah. “Ahhh ... sebaiknya kau mencarinya sendiri. Aku ingin tidur,” ujar Meihua. Ia segera mematikan sambungan telepon, tak memberi kesempatan bagi Grezlie untuk bicara. “Dia selalu saja berlebihan,” ujar Meihua. Gadis itu kemudian berdiri, ia menggeliat dan merasa sangat nyaman. Meihua kemudian melangkah ke arah dapur, ia ingin membuat s**u dan meminumnya sebelum tidur. Hari ini semuanya sangat melelahkan, dan ia juga harus bersiap-siap menghadapi hari esok. Sampai detik ini ia tak bisa menemukan pemuda yang dijodohkan dengannya, dan itu sangatlah buruk. Ia harus segera menemukan pemuda itu, lalu mengajaknya bekerja sama demi membatalkan perjodohan mereka. “Aku bisa gila,” ujar Meihua kemudian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN