42. Mimpi Buruk di Pagi Hari

1920 Kata

Rifqi’s POV (Pagi hari setelah kejadian) “Aku pulang dulu, Fen,” ucapku sembari memakai jaket dan merapikan rambut. Semalam aku tidur di apartemen Fendi karena harus mengumpulkan barang bukti yang kiranya akan dibutuhkan. Mumpung hari ini libur, jadi aku tidak perlu buru-buru bekerja. Fendi pun begitu. Dia bisa tidur lebih lama. Dibandingkan aku, Fendi jelas lebih sibuk. Pasalnya, posisinya sangat penting, yakni sekretaris CEO yang sekaligus temannya sendiri. Itulah kenapa aku tidak berani menganggunya selain weekend dan tanggal merah. “Ya. Hati-hati, Mas.” Fendi menjawab ogah-ogahan. Karena kami baru tidur pukul dua dan harus bangun pagi subuh, anak itu kini tidur lagi. “File-nya simpan baik-baik. Jangan lupa di-back-up.” “Oke.” “Makasih, ya!” “Sama-sama, Mas. Semoga ada bukti tam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN